Bagian 8

4.1K 580 69
                                        

*Kalau ada tokoh/ nama yang belum diganti atau yang bikin kalian bingung bisa komen ya^^

Berat rasanya meninggalkan Desa ini. Terlalu banyak hal yang membuat Jeno merasa nyaman tinggal di Desa ini sebagai orang biasa. Di Istana yang seluruh kebutuhannya terpenuhi dengan mudah, ia tetap saja merasa ada sesuatu yang kurang. Dahulu, ia bertanya-tanya. Kekurangan apa yang di rasakannya? Semuanya nampak sempurna. Dan ia mencoba menikmati seluruh kesempurnaan itu meski sisi lainnya berontak akan kekosongan itu.

Namun, di sini. Di desa yang penuh dengan kekurangan ini. Pada akhirnya ia menemukan apa yang hatinya inginkan dan butuhkan. Ia mulai memahami kekosongan apa selama ini yang selalu membuatnya merasa kurang sempurna meski di kelilingi dengan berbagai kemudahan yang banyak rakyatnya inginkan.

Cinta.

Sebuah perasaan yang awalnya membuatnya menyerah, putus asa, namun pada akhirnya menimbulkan efek menggelitik sendiri pada perasaannya.

Sungguh betapa murah hatinya Tuhan dan para Dewa. Meski akan ada banyak hal yang akan menghadang kebahagiannya di depan sana dengan Ratu-nya nanti, Jeno yakin jika Tuhan dan para Dewa akan melindungi kebahagiannya nanti.

Karena Tuhan tahu apa yang akan terjadi dan Tuhan juga pasti telah menyiapkan segalanya untuk mendukung jalannya.

"Aku akan pergi lusa." Pada akhirnya kata itu harus terucap. Berat mengucapkannya. Jika dapat memilih, dan mengesampingkan tugasnya sebagai seorang Raja, Jeno ingin berada disini lebih lama. Menatap Jaemin setiap saat, menghabiskan waktu bersamanya, dan memeluk pria cantik itu selama apapun yang ia mau. "Tapi, aku akan kembali. Untukmu."

Jaemin menatapnya. Dia yang sejak tadi hanya diam menatap ke arah lain, kini menatap dirinya dengan tatapan yang Jeno sendiri tidak yakin akan arti tatapan dari sepasang mata indah itu.

Bisakah ia berharap jika Jaemin tidak ingin dirinya pergi?

"B-bagus. Itu adalah hal yang aku tunggu sejak kedatangan kalian."

Dia tidak pintar menutupi perasaannya. Dan Jeno bersyukur akan hal itu. Meski tatapan matanya tidak terbaca, gestur tubuh dan nada suaranya, membuat Jeno mengerti yang pada akhirnya menimbulkan senyum simpul dari wajahnya yang tegas.

Jeno tahu jika semua ini begitu membingungkan bagi Jaemin sendiri. Dia mungkin ragu akan perasaannya. Atau mungkin merasa di permainkan. Semua memang serasa seperti begitu mendadak. Tapi Jeno sendiri bisa apa? Perasaannya juga tidak dapat di tahan. Andai saja dia mengetahui perihal ramalan itu, mungkin dia akan mengerti. Mengerti jika semua ke-angkuhannya di awal pertemuan mereka, hanya karena rasa fruatasinya yang sulit mengabaikan makhluk seindah Jaemin.

Tangan kecil dan pucat itu bahkan terasa dingin dan bergetar ketika Jeno coba menyentuhnya. Dan Jaemin masih dengan ketidak nyamanannya, coba melepaskan genggaman tangannya dengan sedikit memaksa.

"Aku tahu ini semua membuatmu bingung. Tapi percayalah, apa yang aku rasakan kepadamu adalah sebuah kejujuran. Kau bisa merasakannya, kan?" Ujar Jeno meyakinkan.

Ia hanya ingin Jaemin mengerti tentang perasaannya. Saat ini bukanlah saat yang tepat bagi Jaemin untuk mengetahui perihal ramalan itu. Jaemin hanya perlu tahu dan mengerti tentang perasaan tulusnya, bukan yang lain.

Dan ia yakin jika Jaemin mulai mengerti saat sepasang mata bulat itu kini mulai berani membalas tatapannya. Mengambil selangkah mendekat, dan mulai memeluknya dalam diam.

"Kau berengsek, Pedagang Lee." Ucapnya yang teredam dalam pelukannya.

Jeno hanya tersenyum mendengarnya dan membalas pelukan itu tidak kalah erat.

Eternal (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang