*Noted : Jika ada typo dan nama karakter belum diubah bisa dikomen ya^^Anak panah itu mulai di tariknya, sepasang mata bulatnya berkilat tajam pada seekor kijang hutan targetnya.
Slappp!
Tembakannya meleset -hampir- kalau saja seorang lelaki bertubuh tegap yang tertutup oleh cahaya tidak berdiri dan menghalangi buruannya.
"Sial!". Jaemin mengumpat.
"Kau salah sasaran, Hyung". Chenle di sampingnya berkomentar.
"Harusnya kau lebih fokus". kali ini Haechan ikut berkomentar.
Dengan pandangan malasnya, Jaemin melirik kedua sahabatnya pada sisi kanan dan kirinya. Memberikan cibiran kecil kepada mereka.
"Itu kijang terakhir, aku sudah tidak mau berburu lagi. Aku ingin pulang saja". seru Jaemin kesal.
Haechan dan Chenle saling berpandang sekilas, mereka tahu Jaemin tengah merajuk dengan gayanya yang angkuh. Lelaki cantik itu sangat tidak suka di kritik apalagi di remehkan. Meski memliki paras yang cantik dan lembut, namun Jaemin tetaplah seorang lelaki yang memiliki harga diri cukup tinggi. Dia cukup keras, namun juga cengeng secara bersamaan. Seakan sifat wanita dan pria melebur jadi satu didalam dirinya.
"SIAPA YANG BERANI MENGARAHKAN ANAK PANAH INI PADA KU!"
Teriakan penuh kekesalan itu terdengar oleh mereka yang tengah bersembunyi pada sebuah semak belukar panjang. Chenle menyenggol bahu Jaemin dengan sikutnya, bertanya melalui tatapan matanya 'siapa?'.
"Menunduk!".
Haechan bergerak cepat, menahan kepala kedua lelaki cantik itu semakin menyentuh dengan tanah. Ini adalah kondisi yang tidak di perhitungkan olehnya. "Aku lupa, malam ini Raja akan melewati Desa kita. Aku takut itu adalah salah satu prajuritnya". ucap Haechan. Manik gelapnya memantau lelaki bertubuh tegap yang telah terkena anak panah milik Jaemin tadi. "Aku yang akan menemuinya, kalian tetaplah disini. Jangan keluar!" Perintahnya.
Chenle paham akan situasi. Lelaki manis itu tidak banyak protes dan hanya menuruti perintah yang di berikan Haechan. Berbeda dengan Jaemin yang terlihat tidak terima dan melemparkan tatapan tajamnya. "Itu hanya satu orang, apa aku masih harus sembunyi?. Ayolah berhenti melindungiku seperti ini, permainan pedangku tidak akan ada kemajuan jika aku tidak memperaktekannya secara langsung". keluh Jaemin tidak terima.
"Jaemin, mengertilah posisi mu. Mengertilah kami dan juga Ayahmu. Lagi pula, jika kau maju, kau juga akan membahayakan Chenle".
Jaemin berdecih pelan, memandang muak pada Haechan. "Aku tidak suka diperlakukan seperti ini terus menerus. Chenle hanya kau jadikan alasan. Sampai kapan kalian akan memperlakukan ku seperti wanita begini?".
"Na Jaemin... ja–".
"Siapa kalian?".
...
"Aku berjalan terlalu jauh ternyata".
Raja mengeluh kecil, ia terjebak di tengah hutan yang gelap pada puncak malam seperti ini. Karena pikiran yang tengah berkecamuk, ia tidak bisa tidur di tenda nyamannya. Memutuskan untuk berjalan keluar, menghirup aroma angin malam yang diharapkannya dapat sedikit menenangkan pikirannya.
Ia merasa kecewa, gagal, dan marah pada dirinya sendiri. Saat ini memang belum terlihat titik terang dari permasalahan Desa ini. Tapi, satuhal yang disadarinya kini adalah, jika ia telah di bodohi oleh Panglima dan para prajuritnya. Mereka sungguh manusia-manusia rendah yang memanfaatkan pangkat dan tugasnya untuk mengambil ke untungan bagi diri mereka sendiri. Mereka harus menerima hukuman berat atas apa yang telah mereka lakukan. Tidak peduli seberapa banyak ia akan kehilangan seorang prajurit nantinya, tidak peduli apapun jasa yang telah di lakukan oleh Panglima Han untuk Istana, ia akan tetap memberikan hukuman pada mereka seberat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal (Nomin Remake)
Fiksi PenggemarRemake story by @escoutemoi on Wattpad Na Jaemin adalah seorang pemberontak dari desa terisolasi Bucheon. Lee Jeno adalah seorang Raja kesepian. Perbedaan kedudukan, dan ramalan menggariskan mereka bertemu dalam suatu lingkaran takdir. ❗ BxB