Bagian 7

4.1K 613 65
                                        

*Kalau ada tokoh/ nama yang belum diganti atau yang bikin kalian bingung biasa komen ya^^

Malam hari, seorang kurir istana datang. Namanya Moon Taeil, dia datang atas perintah Soobin untuk memberi kabar keadaan istana. Minhyung-lah yang menerima surat itu terlebih dahulu. Dia membacanya bersama dengan Jaehyun yang kebetulan menemaninya bertemu Taeil di perbatasan Desa malam itu.

Lagi-lagi Soobin memberikan kabar tidak baik. Minhyung sampai mengumpat hal itu. Di sana Soobin menjelaskan keadaan Istana yang semakin kacau. Selir Bae membuat konspirasi besar-besaran dengan mengadu domba kedua belah pihak partai yang sangat berkuasa. Soobin menyarankan Raja untuk segera kembali ke Istana, tapi yang membuat Minhyung yakin Rajanya akan bimbang adalah kalimat terakhir dari surat Soobin.

'Laporan dari perbatasan, 20 pria berwajah feminim di kabarkan hilang. 10 diantaranya di temukan dalam keadaan tidak bernyawa'

Dan, Minhyung maupun Jaehyun sudah dapat menebak siapa dalang yang berada di balik semua ini.

"Selir Bae!" Gumam mereka secara bersamaan dan segera bergegas.

Namun, langkah mereka terhenti saat di depan tenda. Suara Jisung yang sedang berbicara dengan Raja terdengar jelas dari luar. Mereka mendiskusikan kebutuhan obat-obatan untuk desa, dan bahan makanan pokok lainnya.

Jaehyun menahan tangan Minhyung yang hendak masuk. Dia berkata...

"Apakah bisa kita memberitahukannya kepada Raja?" Tanya nya ragu.

Minhyung mengeluh, "Aku ragu" jawabnya. "Didalam juga sedang ada Jaemin-nim yang sedang tertidur."

Jaehyun mengangguk dan mengajak Minhyung kembali menjauh dari tenda. Mereka duduk pada sebuah batang pohon yang telah tumbang, terdiam dalam kesunyian menatap langit malam yang gelap.

Tidak ada yang berjalan dengan mudah. Ketenangan seakaan enggan hinggap lebih lama. Belum lama saat mereka melihat bagaimana Raja mereka tersenyum bahagia, kini mereka harus membuat Raja mereka memposisikan diri sebagai seorang Raja dan seorang Pria yang ingin melindungi masa depannya secara bersamaan. Minhyung mencetuskan untuk menghapus tulisan terakhir dari pesan Soobin agar Raja bisa kembali ke Istana dengan tenang. Tapi Jaehyun dengan tegas menolak hal itu. Tidak ada hak bagi mereka untuk menipu Raja.

"Apa yang harus kita tutupi? Kau tidak percaya dengan Yang Mulia? Beliau seorang Raja, beliau pasti akan selalu siap untuk berada di posisi ini." tutur Jaehyun.

Beberapa saat mereka terlibat perdebatan kecil. Minhyung tetap pada pendiriannya, begitupun dengan Jaehyun.

Jaehyun sendiri mulai merasa lelah menghadapi Minhyung yang keras. Ini bukan hanya tentang hukuman yang akan mereka terima jika membohongi Raja. Lebih dari itu, ini tentang sejauh mana mereka mempercayai Raja-nya.

Tidak lama Jisung datang. Dia duduk dihadapan mereka. "Aku melihat bayangan kalian. Kenapa tidak jadi masuk?" Tanyanya.

"Apakah Jaemin-nim masih didalam?" Minhyung justru balik bertanya.

Jisung tertawa kecil dan mengangguk. "Beliau bahkan tengah tertidur dalam sandaran Yang Mulia. Aku malu untuk melihatnya." Aku Jisung.

Helaan nafas yang berat tersengar dari Minhyung. Jisung yang belum mengetahui apapun menatap penuh tanya kepada Jaehyun yang juga terlihat resah. "Sesuatu terjadi?" Tanya-nya.

Tanpa banyak bicara, Jaehyun menyerahkan gulungan surat itu kepada Jisung. Kini mereka sama-sama terdiam. Hingga Jisung kembali membuka suara.

"Jangan mengambil keputusan apapun. Kita istirahat saja dahulu dan mulai ambil keputusan disaat pikiran kita mulai jernih. Setelah apa yang terjadi kepada Yang Mulia, Jaemin-nim dan Juga Chenle, aku rasa hal-hal tersebut akan mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan."

Eternal (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang