--Chapter 44--

197 49 20
                                    

Happy reading...

---

Aliana masih belum sadarkan diri juga hingga saat ini. Hal itu membuat keluarganya juga Aksara merasa tidak tenang.

Aksara kembali mengingat penyebab Aliana menjadi seperti ini adalah karena ulah Reynand. Ketika dirinya akan melangkah pergi mencari keberadaan Reynand, seorang dokter pribadi Aliana yang bernama Yusuf hadir di tengah-tengah mereka semua.

"Maaf pak, buk, dan yang lainnya, saya harus memberitahu kabar ini kepada kalian semua sekarang juga." Ungkap Mahendra dengan berhati-hati. "Kondisi jantung Aliana semakin lemah dan itu membuatnya harus segera mendapatkan donor jantung, jika tidak saya tidak yakin Aliana masih bisa bertahan."

Sinta yang mendengar itu merasakan syok berat. Tubuhnya melemas, dengan sigap Rama menahannya. "Mamah tenang, gak boleh pesimis, Anna anak yang kuat, Papah yakin dia bisa melewati ini."

Adinata juga Aksara yang mendengar itu, memutuskan untuk menguatkan Sinta juga. Walaupun mereka juga merasakan rasa takut yang serupa seperti Sinta. Ya, takut kehilangan seorang Aliana.

"Apa yang bisa saya lakukan untuk ini, Dok?" Tanya Rama dengan penuh harapan. "Tolong bantu saya, selamatkan Anak saya."

Mahendra mengangguk. Dia begitu mengerti perasaan keluarga pasiennya saat ini. Lagian siapa sih yang ingin di tinggal pergi oleh orang terkasih? "Saya akan membantu sebisa saya, tentunya dengan mencarikan seorang pendonor yang cocok untuk Aliana."

"Baik Dok, terimakasih." Balas Rama yang masih berusaha untuk bersikap tenang. "Saya juga tidak akan tinggal diam."

"Saya harap kalian semua tidak merasa putus asa dengan ini. Karena selama saya merawat Aliana saya tau dia anak yang kuat, itu terbukti dengan dia bisa bertahan sampai sejauh ini." Ungkap Mahendra dengan tersenyum ramah.

"Iya Dok, saya tidak akan pernah putus asa, selagi tuhan masih memberi anak saya kesempatan untuk bernafas." Ucap Rama yang membuat mereka semua merasa tersentuh.

Di sisi lain ada sepasang mata yang memperhatikan kejadian itu. Dia sudah berada sejak lama disana. Memantau keadaan Aliana adalah sebuah tujuannya. "Gue bahkan Rela mati, demi lo Na."

• • • •

Berantakan, satu tempat yang dapat mewakili tempat ini. Bangunan yang sudah lama menjadi markas banyak preman itu terlihat begitu ramai, salah satu manusia yang berada di sana adalah Sigara. Ya, Sigara Dewana. Orang yang tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa kata pamit dari orang-orang di sekitarnya.

Sekedar informasi, Sigara memang sering sekali berkunjung ke sana. Apalagi jika dirinya merasa tidak ada yang bisa mengerti dirinya. Namun, ketika sedang asik dengan hisapan rokok miliknya seseorang dengan tanpa aba-aba menghampirinya. Dia adalah Willy, ketua preman di markas itu.

"Kenapa gak lo hadapin?" Tanya Willy kepada Sigara yang tengah asik merokok.

"Maksud lo?" Tanya Sigara balik, dengan tidak mengerti.

"Kalo lo menghindar gak akan ada yang selesai." Balas Willy santai. "Kemarin gue liat Rega, gue yakin dia lagi nyariin lo."

"Lo kenal dia?" Tanya Sigara lagi dengan sedikit menoleh.

Willy mengangguk. "Dia orang baik Gar, hanya orang bodoh yang mau jadi musuh dia."

Sigara terdiam. Yang di katakan oleh Willy memang sebuah kebenaran, namun kenapa sulit sekali untuk dirinya menerima Regafa kembali?

"Dari awal gue kenal lo, gue udah tau lo adiknya Rega, sedikit banyaknya Rega udah cerita tentang masalah dia sama lo." Ungkap Willy. "Maka dari itu gue ngebiarin lo disini. Sekarang lo mau pulang dan selesaikan semuanya atau gue yang ikut turun tangan?"

Dua Rasa [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang