--Chapter 46--

182 49 26
                                    

---

Sekolah SMA Malaga terlihat sudah begitu ramai, wajar saja karena saat ini jam sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Aksara memutuskan untuk berangkat bersama dengan Clarissa hari ini, sesuai dengan janjinya kemarin.

"Aku turun disini aja, Sa." Pinta Clarissa dengan tiba-tiba yang membuat Aksara menghentikan laju motornya.

Aksara memutuskan untuk menolehkan kepalanya ke samping. "Kenapa? Gak mau bareng aja sampai kelas?"

"Gak enak aja, Sa." Balas Clarissa ragu.

"Udah, bareng sama aku aja ke kelasnya." Ujar Aksara yang tidak ingin di bantah.

Aksara sangat paham jika Clarissa tidak enak kepada yang lain terutama kepada teman-temannya sekelasnya.

Setiba di kelas tidak sedikit pasang mata yang memperhatikan Aksara juga Clarissa saat ini. Bagaimana tidak? Aksara menggenggam satu tangan milik Clarissa dengan begitu erat. Tentu saja hal itu memancing sebuah keributan.

"Cie.. ada apa nih?" Celetuk salah satu lelaki bernama, Rayan. Dia adalah murid receh, namun tidak sereceh Athalan.

Sontak saja hal itu membuat Elvano memutuskan untuk melihat kejadian itu juga, walaupun tadinya dia sedang asik bersama game yang sedang di mainkannya itu. "Oh, ternyata pilihan lo yang ini."

Kalimat elvano barusan tentu saja membuat Aksara terdiam. Memang dasar elvano selalu saja gampang menyeletuk. "Diem!"

Setelah sama-sama mendudukkan bokongnya di kursi milik masing-masing, Aksara maupun Clarissa sama-sama terdiam dalam pikiran.

"Aksa kiyut kan, Ris?" Goda Elvano yang sudah menoleh ke belakang, yang dimana di sebelah Clarissa sudah ada Adinda. Tentunya tanpa memperdulikan Aksara yang sudah memberikan tatapan tidak bersahabat kepadanya.

Clarissa yang mendengar itu hanya terdiam. Walaupun dengan jelas rona wajahnya berubah menjadi berwarna merah muda.

"Jangan godain yang lagi kasmaran kali." Sambung Adinda yang di tunjukkan kepada Elvano.

"Yaudah, kalau gitu aku godain kamu aja, biar bisa jatuh cinta sama aku." Balas Elvano dengan begitu manis yang hanya di balas respon biasa saja dari Adinda.

Walaupun sudah berjuang hampir setengah mati, tetap saja Adinda tidak menunjukkan rasa tertariknya kepada Elvano hingga detik ini. Sedih sih.

Dua jam telah berlalu, jam istirahat pun akhirnya tiba. Aksara bersama dengan teman-temannya pun sudah ikut serta untuk meramaikan kantin, tentunya dengan sebuah hidangan favoritnya. Apalagi jika bukan Siomay Bi Elah. Singkat cerita, Siomay itu sudah menjadi primadona di antara menu-menu lainnya yang ada, karena rasanya yang super duper memanjakan lidah juga memuaskan perut. Ya, karena porsinya tidak pelit alias banyak.

Tidak lengkap bukan jika dalam situasi seperti itu tidak ada keributan yang terjadi? Apalagi adanya seorang Athalan disana.

Saat ini, Athalan sedang menikmati siomay yang baru saja di bahas tadi. Namun ketika dirinya beralih kepada segelas minuman yang juga telah di pesannya, pandangan pun tersadarkan kepada seorang Elvano yang terlihat sedang asik melihat ke arahnya.

"What you look look, Me?" Tegur Athalan yang membuat Elvano langsung menegakkan tubuhnya seketika, Elvano merasa terkejut. "I'm not a Banana!"

"Dih... siapa juga yang liatin muka butek lu itu, hah?" Balas Elvano dengan tak kalah heboh. Tentu saja dia merasa kesal. Padahal sejatinya yang ada di pikirannya saat ini adalah Adinda bukan manusia abal-abal itu.

"Jelas-jelas lo kepergok sama gue, ngaku deh lo." Balas Athalan yang tidak mau kalah. "Segala ngatain muka gue yang limited edition ini lagi."

Dua Rasa [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang