Kringg kringg
Jam alarm sudah berbunyi sejak 1 menit yang lalu. Tapi si empunya jam masih nyaman bergelung di dalam selimut, mengabaikan jam alarm yang sesungguhnya membuat telinga sakit. Tapi bagi anak yang masih berbaring itu, itu sama seperti bunyi dering ponsel ayahnya yang hampir setiap jam di dengarnya.
Cklek
"Ni-Ki... Bangun nak... Kamu gamau sekolah? Hari ini hari pertama masuk SMP kan? Semalam katanya ga sabar mau ke sekolah baru."
Pria tegap yang merupakan ayah dari anak yang masih terbaring itu mendudukkan diri di space kosong ranjang anak bernama Ni-Ki itu.
"Ni-Ki..."
"Hmm..."
Gumamnya tidak jelas.Pria tegap itu menggeleng maklum. Pria itu berdiri dan berjalan ke arah jendela, membuka gorden yang membuat Ni-Ki yang masih berbaring terusik dan langsung terduduk.
Ni-Ki menatap ayahnya sebal dengan tangan bersedekap, "Ayah kenapa sih suka banget gangguin aku? Aku ada salah apa kali ini sama ayah?"
Pria tegap itu tersenyum dan berjalan menghampiri anaknya. Menarik tubuh mungil itu ke pelukannya. Pelukan selamat pagi seperti biasa.
"Kan kamu yang minta ayah biar dibangunin pagi ini. Lupa ya? Kamu hari ini masuk SMP."
Ni-Ki seketika terdiam. Memproses ucapan ayahnya. Sedetik kemudian langsung melompat dari kasurnya dan lari terburu-buru ke kamar mandi di dalam kamarnya.
"Hati-hati nak! Awas terpeleset! Nanti nangis!"
"Ayah!!!"
"HAHAHAHAHAH..."
🏠
"Kenapa cemberut gitu sih nak? Harusnya semangat dong. Kan hari ini seragam kamu ganti. Kamu udah lama kan nungguin ini?"
Ni-Ki cemberut dan mendorong piring berisi nasi dan lauk dari depannya. Nafsu makannya mendadak turun.
"Kenapa hm? Anak ayah Heeseung kenapa? Biasanya ceria kok sekarang murung? Ayah ada salah ya?"
Ni-Ki menggeleng lesu, "Semalam aku mimpi. Hari pertama di sekolah ditemenin Ayah sama Bund--"
"Cukup Ni-Ki. Kita udah sepakat buat ga bahas ini lagi."
Ni-Ki menundukkan kepalanya dan perlahan berdiri dari kursi dan jalan dengan lesu ke teras rumah.
Heeseung paham betul anaknya itu kenapa. Bukan sekali dua kali Heeseung dihadapkan dengan sikap anaknya yang begitu. Masalahnya hanya satu. Ni-Ki menginginkan Bunda nya kembali.
Tapi Heeseung bisa apa? Mantan istrinya yang memutuskan pergi bahkan saat Ni-Ki baru lahir. Heeseung sampai bingung, kenapa anaknya itu masih saja menginginkan ibu nya kembali. Padahal Heeseung sudah menjelaskan berkali-kali bahwa ibunya meninggalkan Ni-Ki saat dia masih bayi baru lahir.
"Ni-Ki. Berhenti disitu atau ayah marah."
Kalimat ancaman yang selalu manjur membuat Ni-Ki yang semula keras kepala, tiba-jadi menjadi anak yang penurut.
Mana tahan Ni-Ki diam-diam an bersama ayahnya, yang bagaimana pun adalah sumber kebahagiaan nya.
Heeseung merapihkan setelan jas nya dan beranjak menghampiri anaknya yang berdiri di pintu teras dengan kedua tangan mengepal kuat. Anak itu tengah menahan gejolak emosi yang membuncah saat ini. Tapi berusaha setenang mungkin agar ayahnya tidak khawatir.
"Ayo makan dulu. Nanti kamu ga ada tenaga di sekolah baru. Nurut sama ayah. Ingat kan? Ayah selalu bilang jangan jadi anak nakal kalo mau jadi anak yang berbakti sama orang tuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Papa | Enhypen (✓)
FanfictionAyah tu emang ngeselin, tapi Ayah will always my best Hero - Ni-Ki Meskipun Papa kayak Ibu-ibu rese, tapi Papa tetap jadi Papa kesayangan aku. Oh iya sama Om Hoon juga baik deh suka traktir jajan - Sunoo Walaupun Daddy suka bikin kepala Uwon pening...