"Ni-Ki.. aku takut.."
Lirih Jungwon meremat kaos yang dipakai Ni-Ki. Ni-Ki rasa kaos nya sebentar lagi akan robek ditarik kedua sahabatnya. Untung Ni-Ki sabar."Gausah tarik-tarik dong! Nanti robek aku jadi kayak gelandangan! Mau taro dimana nanti image rich nya Ayah aku?"
"Nanti aja pamernya ih!"
Sunoo menggetuk kepala Ni-Ki dengan kepalanya sendiri, "Sekarang pikirin gimana cara kita keluar dari sini.""Tapi aku masih mau main disini--"
"Ni-Ki!"
Dan pekikan serta gebukan kecil di badannya membuat tawa Ni-Ki meledak. Ni-Ki memang sedikit takut saat ini. Tapi jiwa petualang nya apalagi setelah dia seperti melihat another world, dia jadi ingin berlama-lama disini tanpa tau ada bahaya yang mengintainya dan sahabat-sahabatnya.
"Tiketnya mana?"
Syukurlah mereka masih bisa mengerti apa yang diucapkan kondektur barusan. Setidaknya bahasa mereka masih sama.
Sunoo meraba-raba kantongnya diikuti Jungwon. Tapi mereka tidak menemukan apapun. Ni-Ki juga sama. Dia tidak menemukan apapun.
"Mana? Ada tidak?"
Tanya kondektur yang tampak jelas tidak suka dengan anak-anak SMP yang terkesan manja di depannya."Kalau tidak ada kalian akan kami turunkan dalam 30 detik."
Ni-Ki menoleh ke jendela. Seketika menelan ludah susah payah. Yang dilihatnya sekarang di samping dan ke depan sana hanya ada hutan yang sepi tampak menyeramkan.
Kemudian Ni-Ki memaksa memutar otak. Melihat si kondektur yang memegang seperti iPad. Oke, artinya tiket mereka bukan berupa kertas tapi scan tiket dan barcode.
Ni-Ki membuka sakunya dan mengambil ponsel yang sedari tadi di rumah Jungwon memang tidak dimainkan. Baru dipakai sesaat setelah Ni-Ki melihat orang disampingnya membuka tiket barcode dan langsung memotret dari jarak cukup jauh. Tapi tidak apa, Ni-Ki langsung crop dan jelaskan gambarnya terutama untuk barcode nya.
Entahlah Ni-Ki tidak tau sebenarnya itu tiket atau apa. Tapi insting nya mengatakan untuk memotret nya saja.
Ni-Ki menyodorkan ponsel nya ke depan kondektur. Kondektur langsung mengarahkan iPad nya ke depan ponsel Ni-Ki. Ketiga bersahabat itu bisa melihat si kondektur sedang dalam proses scan barcode di ponsel Ni-Ki.
"Ini tiket kami bertiga. Si--silahkan diperiksa."
Tak lama si kondektur mengangguk dan melangkah begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun membuat ketiga sahabat itu menghela nafas lega.
"Ni-Ki! Kamu kok pinter sih?"
Bisik Sunoo pelan."Aku memang pinter. Makasih."
Menyesal Sunoo memujinya.
Sahabat nya itu memang bisa menjadi songong jika dipuji sedikit saja. Tapi tak apa. Setidaknya Ni-Ki tidak membiarkan mereka tersesat di hutan.
🏠
Ni-Ki tidak tau kenapa mereka tau-tau sudah ada di tempat yang mereka yakin itu adalah kota. Tapi kota ini sangat berbeda. Entahlah Ni-Ki pun tidak tau mendefinisikan nya seperti apa.
Yang jelas kota ini sangat canggih, jauh dibanding kota nya yang asli.
Ni-Ki, Sunoo, dan Jungwon menoleh ke kiri dan kanan seperti anak ayam kehilangan induknya. Ditambah saling berpegangan tangan dengan raut ketara sekali gugup dan takut.
Mungkin kalau di kota nya yang asli banyak orang akan mengerubungi mereka sangking gemasnya.
Tapi berbeda disini, orang sibuk sendiri-sendiri dengan kegiatan nya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Papa | Enhypen (✓)
FanfictionAyah tu emang ngeselin, tapi Ayah will always my best Hero - Ni-Ki Meskipun Papa kayak Ibu-ibu rese, tapi Papa tetap jadi Papa kesayangan aku. Oh iya sama Om Hoon juga baik deh suka traktir jajan - Sunoo Walaupun Daddy suka bikin kepala Uwon pening...