MENYUSUP

48 1 0
                                    

Jam beker berbunyi nyaring, Azla mengulurkan tangannya ke arah jam beker yang berada di atas almari pendek dekat ranjang dan menekan tombol di bagian atas jam, seketika jam berhenti berbunyi, dia membuka kedua mata perlahan sambil menyandarkan tubuh di sandaran ranjang, Azla diam beberapa detik, memandang seisi kamar, di sampingnya ada Serin yang tidur  miring membelakanginya, dia turun dari ranjang, memakai sandal tidur dan berjalan ke kamar mandi yang ada dalam ruang kamar.

Mandi selesai dengan cepat, dia mengambil baju dan celana warna hitam, Azla kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti baju, tidak lama, dia  keluar dari dalam kamar mandi dan melihat penampilannya di depan kaca rias, setelah merasa puas, Azla memakai masker hitam yang di siapkan dari semalam sambil menyemprotkan parfum ke belakang leher dan pergelangan tangan, sebelum pergi, Azla mencium pucuk kening Serin sekilas lalu berjalan keluar kamar dengan langkah cepat.

Ini masih jam tiga dini hari, semua orang dalam rumah masih pada tidur, Azla menyelinap ke kamar Ana, di sana, Ana sedang  tertidur pulas, dia membelai wajah Ana, mencium pucuk keningnya perlahan dan menyelimuti dia dengan kain yang tersedia di dekat ranjang bayi, puas bercengkerama, Azla berjalan keluar dari dalam kamar Ana, dia melangkah cepat tapi tak bersuara, dari jendela ruang tamu nampak dua bodyguartnya yang baru datang menjemputnya.

Mengetahui itu, dia tidak menghentikan langkah dan menghampiri mereka yang berada di teras.

"Apa ada yang melihat kalian ketika kalian berangkat ke sini, hm?" Tanya Azla memastikan keamanan.

"Tidak tuan, bahkan kami sengaja tidak mengunci pagar rumah kami agar bisa keluar dengan mudah dan tanpa suara," jawab salah satu bidyguartnya Azla.

"Good," jawab Azla sambil menuruni tangga di terasnya.

Kedua bodyguart itu langsung bertindak, satu menuruni tangga di teras lebih dulu daripada Azla dan masuk ke dalam mobil bagian depan, dia melajukan mobil  di halaman dan menghentikannya di depan Azla, bodyguart satunya membukakan pintu bagian belakang untuk Azla, Azla masuk ke dalamnya, dia memegangi dan memandangi tubuhnya karena merasa tidak nyaman dengan pakaian berlengan panjang kecuali jas dan kemeja, apalagi bahannya melar seperti yang di kenakan.

Mobil berhenti di halaman markas, tak jauh dari sana ada seseorang memakai serba hitam tengah memandangi markas dari dekat, Azla turun dari dalam mobil tanpa menunggu bodyguartnya membukakan pintu, dia melangkah beberapa langkah lalu menendang punggung orang serba hitam itu sampai terhuyung ke tanah.

Orang itu perlahan bangun, dia hendak memukul Azla dengan salah satu tangannya yang mengepal, sementara Azla tengah merebut ponsel di salah satu tangan orang serba hitam di hadapannya sambil menangkap kepalan tangan orang itu yang mendarat ke arahnya, dia menekuk lengan orang tersebut  ke belakang badan, Azla melihat ke layar ponsel milik orang serba hitam yang menunjukkan bahwa telpon dengan Max masih terhubung.

"Cepat! Katakan padanya bahwa kau berhasil menyekesaikan pekerjaanmu dan akan segera kembali ke markas!" Bisik Azla dengan nada tinggi di telinga orang serva hitam.

"Aku sudah selesai menggambar letak markas, aku akan kembali dan memberikan gambarannya padamu,"  ucap orang serba hitam pada Max yang ada dalam telpon.

"Good job, cepatlah sampai dan jangan sampai ada orang mengetahuimu!" tutur Max dalam telpon.

Azla mematikan telpon sepihak dengan salah satu tangannya, dia memberikan orang serba hitam yang di tahan pada bodyguart yang berdiri  di belakangnya, kebetulan kedua bodyguart yang mengawal Azla bertubuh kekar jadi tidak mudah bagi orang serba hitam itu untuk melarikan diri, sebelum pergi, Azla membanting ponsel milik orang serba hitam ke lantai lalu kembali berjalan menghampiri mobilnya di halaman, di ikuti kedua bodyguart dan orang serba hitam dari belakang.

Mobil kembali melaju keluar dari halaman markas, letak markas geng Escando di belakang bukit melewati jalan berpasir dan lautan jadi untuk menempuhnya sangat menyita waktu, Azla juga sudah mengkoordinasikan semua anggota di sana, mereka membawa senjata dan bersembunyi di bawah bukit sampai Azla datang, semuanya menunggu perintah dari Azla.

Di tengah menyusuri jalan raya, mobil berbelok ke pinggir jalan, melewati jalan berpasir untuk menuju markas Escando,  mobil sangat kesulitan untuk melintas di atas pasir, tapi bila berjalan kaki akan sangat menyita waktu, beberapa saat melewati pasir, mereka berganti melintas di jembatan lebar dan kokoh di atas lautan, jembatan lumayan panjang jadi Azla selalu menjadikan ini petualangan ketika menuju markas Escando, mobil berhenti di halaman markas.

Bodyguart turun dari dalam mobil bagian depan lalu berjalan mengitari mobil, dia membukakan pintu untuk Azla, Azla turun dari dalam mobil bagian belakang, dia tanpa  menghetikan langkah masuk ke dalam markas Escando yang pintunya tidak pernah di kunci, Azla melewati sepanjang lorong dengan memandang sekitar, dia menghentikan langkah di depan pintu ruangan penting, dia membuka pintu dan masuk ke dalamnya.

Di sana, Max sedang membolak-balik berkas yang di dapat selama ini dengan duduk di atas sofa yang ada dalam ruangan, Azla sambil menundukkan kepala menghadap Max, seakan-akan dia adalah suruhan yang di telpon tadi.

"Berikan padaku gambaran denah markasAzla yang telah kau buat!" Pinta Max sambil menegadahkan tangannya.

Azla mengepalkan kedua tangannya, dia mendaratkan pukulan di wajah, perut, secara bergantian dan berulang kali, Max berdiri dari sofa dengan tertatih-tatih, dia memandang Azla di hadapannya dengan tajam, Azla perlahan membuka masker yang menutupi wajahnya, dia  membuang masker ke sembarang tempat, tindakannya membuat Max seketika terdiam, dia mengeluarkan pistol dari dalam saku celana yang di kenakan, pistol di angkat dan di todongkan lurus dengan dahi Max.

Max menundukkan kepala, dia tidak berani mengangkat kepalanya atau dia akan tewas detik ini juga, Azla sedikit menurunkan todongannya, tanpa aba-aba dia melepaskan tembakan tepat di bawah dada Max, peluru dari dalam pistol berhasil mengenai jantung Max, Max langsung jatuh tergeletak di lantai, suara tembakan lain terdengar saling bersahutan di luar setelah dia melepas tembakan pertama, dia melangkah mendekati meja khusus milik Max, dia membuka laci, di sana,  tidak hanya banyak, tapi hampir semua berkas milik Dean ada dalam kaci meja itu.

Dia mengambil semua berkas dan berjalan keluar ruangan, di lorong markas tetap sepi karena geng Escando tidak pernah menyinggahi lorong mereka sendiri, mereka menganggap itu tempat berlalu lalang jadi tidak boleh di singgahi, Azla tanpa menghentikan langkah kelur  markas, semua anggota Escando yang biasa tidur di teras sudah tewas, mereka menjadi mayat yang bergelimpangan di lantai seperti para mayat di ruang bawah tanahnya, dia akan mengurus ratusan mayat itu besok.

                      BERSAMBUNG





MENIKAHI IBU TIRI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang