KERACUNAN

41 2 0
                                    

Lena mendorong stroller keluar rumah, dia hendak membawa Ana berjalan-jalan menghirup udara pagi, di balik tembok, tepatnya dekat pintu ruang tengah , Azla mengintai gerak-gerik Lena detail, dia berjalan ke ruang tamu setelah Lena keluar dari dalam rumah, sebelum memberi perintah pada bodyguartnya, dia mengintip dari jendela, melihat sudah sampai mana Lena berjalan dengan membawa Ana, ternyata cukup jauh, mereka berada di sekitar taman seberang jalan.

Azla menepukkan kedua telapak tangan sambil berjalan ke arah kursi panjang di ruang tamu, dia duduk di atasnya, bodyguart yang berjaga di halaman  langsung berbalik badan dan melangkah cepat menghampiri Azla di dalam rumah ketika mendengar tepukan tangan, mereka berdiri di hadapan Azla sambil menundukkan kepala.

"Kalian melihat Lena bersama Ana bukan?" Tanya Azla memandang dua bodyguart di hadapannya.

"Iya tuan," jawab kedua bodyguart secara kompak.

"Ikuti mereka dari kejauhan, jangan sampai dia mengetahui keberadaan kalian! Rekam apapun yang dia ucapkan, faham?!" ucap Azla dengan nada tinggi.

"Faham tuan!"  jawab bodyguart dengan nada tak kalah tinggi dan kompak.

Dari arah dapur, Serin datang dengan membawa nampan berisi tiga piring nasi goreng, teko dan tiga gelas kosong, dia menyajikan semua itu di atas meja ruang tamu secara perlahan-lahan, selesai menyajikan sarapan, dia tidak duduk di seberang Azla melainkan berjalan pergi keluar rumah, mungkin hendak mengambil Ana sekalian mengajak Lena sarapan, Azla mengambil sepiring nasi goreng bagiannya, dia menuang jus dalam teko ke dalam salah satu gelas kosong.

Serin melihat Ana menangis kencang ketika di kasih susu dalam botol oleh Lena dari kejauhan, dia mempercepat langkah menghampiri Lena yang ada duduk di taman seberang jalan, dia mengambil Ana dari dalam gendongan Lena lalu membawanya melangkah beberapa langkah ke depan, Ana tetap tidak mau diam meski telah berada dalam gendongan Serin, Serin mendongak ke belakang memandang Lena, dia berbalik badan dan berjalan ke arahnya.

"Susu apa yang kau berikan pada Ana?" tanya Serin memastikan sambil mengayunkan gendongan.

"Susunya Ana, takarannya juga sama seperti yang tante bilang kemaren," jawab Lena berdiri dari tempat duduk.

"Benarkah? Coba sini, berikan susu itu padaku," pinta Serin menengadahkan tangan ke arah Lena.

"Ini dia," timpal Lena memberikan sebotol susu yang tinggal separuh pada Serin.

Botol susu telah berada di telapak tangan Serin, dia membuka tutup botol susu dan mendekatkan hidung ke dalam botol susu, baunya sangat tidak enak, warnanya juga bukan seperti susu yang biasa di minum Ana, untuk menastikan, Serin memasukkan jari telunjuknya ke dalam botol susu, perlahan dia memasukkan jari yang telah menyentuh susu ke dalam mulut, seketika Serin meludah ke samping, rasanya asam sekali, dari sini dia tau bahwa susu yang di berikan pada Ana adalah susu basi.

Tanpa berpikir panjang, dia menampar Lena dengan salah satu tangannya, Lena langsung memegangi pipinya setelah di tampar begitu kasar oleh Serin, Serin menatap Lena dengan tatapan penuh kebencian, dia berjalan pergi hendak kembali ke dalam rumah, di saat berjalan, dia meraba kening Ana, terasa panas seperti panci yang baru di pakai memasak, Serin batal masuk ke dalam rumah, dia langsung menghampiri mobil di halaman dan masuk ke dalamnya.

Pak sopir yang sudah berada di dalam mobil bagian depan tanpa di perintah dia menjalankan mobilnya, dia menjalankan mobil sambil menunggu tempat tujuan yang di inginkan Serin, sementara Serin mengambil ponsel dari saku dressnya, dia memencet nomor Azla dan menempelkan ponsel di telinga.

"Apa terjadi masalah, hm?" tanya Azla dalam telpon.

"Kau ada di mana? Apa kau telah berangkat kerja?" jawab Serin balik bertanya.

"Aku masih di rumah, sebentar lagi berangkat, ada apa?" Timpal Azla yang merasa telah terjadi sesuatu.

"Ana demam karena di beri susu basi oleh Lena, aku tengah membawanya ke rumah sakit," ucap Serin memberitakan pada Azla.

"What? Lena? Baiklah, aku akan menyusulmu nanti, biar aku bereskan dulu wanita tidak tau diri itu," jawab Azla dengan nada tinggi seakan tidak percaya.

"Cukup buat jera, jangan melukainya!" tutur Serin, dia takut Azla melakukan sesuatu yang tidak di inginkan.

"Itu terserah padaku! Urusi saja Ana dan jangan pikirkan aku," timpal Serin mematikan telpon sepihak.

Mendengar jawaban semacam itu, Serin hanya bisa menghela napas, dia mengembalikan ponsel ke dalam saku, Ana sudah tertidur pulas dalam gendongannya, dia menangis sampai tertidur, di sisi lain, Azla menggebrak kaca jendela sampai kacanya retak, dia berjalan keluar rumah dengan langkah cepat hendak menghampiri Lena yang tengah berjalan di halaman rumah.

Azla menghentikan langkah dan mendaratkan tamparan kasar pada kedua pipi Lena secara bergantian, Lena kembali memegangi pipingan dengan memandang Azla di hadapannya, bukannya marah karena di tampar, Lena malah tersenyum miring ke arah Azla, hal itu membuat Azla tambah geram dengan Lena, dia mengangkat salah satu tangannya, siap mendaratkan tamparan lagi, tapi di tahan oleh tangan Lena.

"Tamparanmu begitu lembut tuan, apa kau sudah tak memiliki tenaga untuk menampar gadis sepertiku?" Ucap Lena menurunkan tangan Azla.

"Diam kau gadis kurang ajar! Bodyguart! Kurung dia dalam gudang dan jangan di beri makan!" Jawab Azla, mengangkat kerah baju yang di kenakan Lena.

Dua bodyguart datang langkah cepat dan kompak, mereka memegang kedua lengan Lena di kedua sisi agar Lena tidak bisa  melarikan diri, Azla melanjutkan langkah menghampiri mobil pribadi Serin yang terparkir di halaman rumah, dia masuk ke dalam mobil bagian belakang, pak sopir sudah ada di dalam mobil bagian depan, mobil perlahan melaju meninggalkan kawasan rumah, di rumah sakit, Serin sedang menunggu Ana dengan duduk di kursi tunggu luar ruang rawat, dia berharap Ana baik-baik saja.

Dokter keluar dari dalam ruang rawat, Serin yang menyadari itu langsung berdiri dari tempat duduk, dia berdiri di hadapan dokter agar dokter itu tidak pergi terlebih dahulu sebelum melaporkan keadaan Ana padanya.

"Bagaimana keadaan Ana dok?" Tanya Serin dengan raut muka khawatir.

"Anak nyonya mengalami keracunan,  dia beruntung hanya mengalami demam, biasanya bila keracunan pada bayi bisa mengakibatkan sesak napas dan gangguan saluran pencernaan, anak nyonya harus di rawat di sini beberapa hari ke depan untuk perawatan lebih intensif, " jawab dokter menjelaskan dengan rinci.

"Baik, terimakasih dok," timpal Serin merasa sedikit lega.

Dokter berjalan pergi dari hadapan Serin setelah menjelaskan keadaan Ana, Serin membuka pintu ruang rawat dan masuk ke dalamnya, di sana,  dia melihat Ana berbaring dalam ranjang bayi dengan salah satu tangan di infus,  dia melangkah masuk  perlahan  agar suara kakinya tidak menganggu lalu duduk di sofa  yang tersedia dalam ruangan.

                      BERSAMBUNG

MENIKAHI IBU TIRI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang