Azla berjalan masuk ke dalam cafe, dia memandang sekitar tanpa menghentikan langkahnya, kebetulan cafe lagi sepi jadi dia tak akan terganggu meski berlama-lama di sini nantinya, Azla duduk di salah satu kursi pada meja nomor sepuluh dan membuka botol soda yang di sediakan di atas meja, dia menuang soda pada gelas lalu meneguknya perlahan sampai habis dan meletakkan gelas ke tempat semula.
Dua bodyguartnya datang, yang satu membawa buku menu dan satunya lagi membawa nota dengan bulpen, mereka bisa bebas mengambil itu karena mereka merupakan bodyguartnya Azla. Azla mengambil nota dan bulpen dari salah satu bodyguartnya, dia menulis menu baru yang masih banyak stoknya dan memesan beberapa, satu untuknya dan sisanya untuk Serin di rumah, setelah menulis menu pada nota, Azla mengembalikan dua benda itu pada bodyguartnya dan mereka berdua kembali berjalan ke tempat pemesanan menu.
Sambil menunggu, Azla mengeluarkan ponsel dari dalam saku, dia memencet nomor Richard lalu menempelkan ponsel ke telinganya, anak itu jika tidak di ingatkan berulang kali bisa membuatnya menunggu lama dan membuang waktu hanya untuk menemuinya. Telpon berdering sesaat sampai akhirnya tersambung.
"Kita jadi bertemu bukan? Jangan membuatku menunggu!" Tanya Azla dalam telpon dengan tegas.
"Aku sudah sampai, kau ada di meja mana? Coba beritahuku agar tak membuang waktumu" jawab Ricard, kedengarannya dia srdang berjalan.
"Meja nomor sepuluh, aku tunggu!" Timpal Azla, dia mematikan telpon sepihak.
Richard datang dari arah pintu menghampirinya, dia duduk di kursi depan Azla sambil menata tempat duduknya lalu mengeluarkan beberapa foto yang baru di cetak dari dalam saku, sebelum ke sini Ricard bersama dua bodyguart lain melihat rekaman cctv di perusahaan Azla, markas Escando, markas Labirin dan memotret rekaman cctv di setiap tempat lalu mencetaknya. Azla tak berekspresi melihat poto yang di perlihatkan Richard, seakan dia sudah mengetahui semuanya jauh sebelum ini.
"Max dan Zheir bebarengan menyelinap ke dalam ruanganmu, kalo menurut jamnya ini tengah malam, sekarang coba cek, apa yang hilang dari ruanganmu," ucap Richard memandang Azla di depannya.
"Apa lagi yang mereka inginkan, hm?" Tanya Azla, dia mengambil ponsel di sampingnya lalu melihat ke layar, ada pesan masuk dari Skate, jempol tangan Azla memencet pesan itu, ada beberapa foto yang di kirimkan padanya.
Setelah di unduh, Azla melihat potret dari rekaman cctv, yang di ucapkan Richard barusan benar, Max dan Zheir menyelinap bersama ke ruangannya, mengambil sesuatu dari laci lain, tepatnya pada tempat di simpannya kunci ruangan penting yang ada di rumah, hal itu membuat Azla mengepalkan tangan lalu menggebrak meja dengan kasar hingga mengeluarkan suara, membuat Richard sedikit terlonjak. Azla meletakkan ponselnya di tempat semula, dia menyangga dagu dengan telapak tangan sambil memandang ke tempat lain.
"Benar kan apa yang aku bilang, sekarang kau harus lihat ini," Timpal Richard, dia mengambil ponsel dari dalam saku dan memutar video yang tampil di layar ponsel.
Video menunjukkan Max sedang berkumpul dengan anggota gengnya, mereka sedang mengadakan rapat tertutup, biasanya rapat ini diadakan bila pemimpin atau salah satu anggota ingin mencari mangsa baru, gelar bandar pembunuh terbaik dalam kota belum ada yang menempati dan masih di rebutkan semua geng, salah satu tujuan Mafia Escando adalah untuk mendapatkan kedudukan ini. Tapi mereka sanhat erat bersahabat dengan geng Racher yang sekarang di pimpin oleh Azla.
"Aku sudah berhasil mendapatkan semua berkas Dean dan meracuninya hingga tiada," ucap Max di dalam Video itu, srakan mengumumkan kemenangan.
"Good, sebentar lagi Dean akan tersingkirkan setelah kita mengetahui semua rencananya," timpal Zehir dalam video sambil mengacungi jempol.
"Besok temani aku mengambil kunci ruang rahasianya," ajak Max sambil tersenyum miring.
"Siap, Azla tak akan mengetahui ini semua dan kita harus menutupinya rapat-rapat, mengerti!" ucap Zheir antusia lalu menggebrak meja.
"Mengerti!" Jawab semua anggota dengan kompak lalu video berakhir.
Azla semakin memanas melihat video di layar ponsel Richard, dia mengambil ponsel itu dan memecahkannya di lantai membuat Ricard sontak berdiri, untung saja yang membanting Azla, jika orang lain pasti sudah dia marahi habis-habisan. Ricard kembali duduk di tempatnya sambil menghela napas, besok terpaksa harus memindah semua bukti yang ada pada ponsel itu oada ponsel baru, hal itu tentu sangat menyita waktu.
"Sampaikan dariku, ini perintah! Tangkap Max secepatnya! Dan kerahkan pasukanmu untuk menangkap semua anggota Escando!" Teriak Azla lantang lalu dia berjalan pergi meninggalkan Richard yang terdiam di tempatnya.
Dengan di buntuti dua bodyguart, Azla keluar dari cafe, amarahnya masih menggumpal di dalam dada tapi kini bukan saat yang tepat untuk menghabisi mereka, nanti bila Mafia Escando berhasil di tangkap oleh para mafia lain, Azla akan turun tangan dan menguliti mereka satu persatu. Dia masuk ke dalam mobil bagian belakang sambil menghela napas, sahabat macam apa mereka itu, tega sekali hendak menyingkirkan Mafia yang di pimpin hanya demi kedudukan.
Dua mobil melaju berbuntutan, Azla memandang ke luar melalui jendela, dia mendapati seorang ibu muda dan anaknya hendak menyebrang, hal itu membuat Azla jadi teringat dengan Serin, apa nasibnya akan menjadi seperti itu nantinya, membesarkan anak tanpa ayah dan berjuang sendiri untuk merawatnya. Jika di pikir berulang kali, permintaan Dean dalam mimpi ada benarnya, tapi mau bagaimana pun Azla tetap keberatan, Serin sudah di anggap seperti ibunya sendiri, mana mungkin di nikahi.
Karena di tinggal melamun cukup lama dan larut, membuat Azla terlonjak saat mobil berhenti, ternyata sudah sampai di teras rumah, dia turun dari dalam mobil dengan dua bodyguart yang siaga di belakangnya. Azla berjalan masuk ke dalam rumah, satpam yang berjaga di teras menyapa sambil menundukkan kepala, dia tidak menghentikan langkah hingga berhenti di ruang tamu, di sana Serin sedang membuka album poto yang di penuhi potonya dengan Dean.
Azla melanjutkan jalan mendekati Serin, dia tau bagaimana hancurnya hati Serin meski Dean sudah lama tiada, Serin memang kejam dan berbahaya tapi hatinya selembut sutra bila di hadapkan dengan cinta.
"Aku pulang, ini ada menu baru dari cafe untukmu," ucap Azla menyunggingkan senyum lebar.
"Thank you, anak manis," jawab Serin menyingkap album yang menutupi wajahnya dan membalas senyuman Azla.
"Apa yang kau lakukan,hm?" Tanya Azla berpura-pura tidak tau yang di lakukan Serin.
"Menyusun gambar," timpal Serin singkat.
Serin meletakkan album di atas meja lalu dia berdiri mengambil menu baru itu, ketika tutupnya di buka kelihatan enak, membuat selera makannya naik derastis, Serin mengambil ayam goreng dari dalam kardus lalu mengigitnya perlahan membuat Azla memiringkan senyum melihat pemandangan itu, baru kali ini dia melihat tingkah ibu tirinya seperti anak kecil, atau mungkin karena dia sedang mengandung jadi pengaruh anak dalam kandungannya.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKAHI IBU TIRI [END]
De Todo"Azla, daddy tau jika Serin adalah cinta pertamamu, dia pujaan hatimu, maafkan daddy jika telah merebut kekasih dari dalam hatimu, daddy hanya ingin membuatmu bahagia karena selalu ada di dekatnya meski hubungan kalian sebatas anak dan ibu, sekarang...