Di dalam kamarnya Ana, Serin duduk di tepi ranjang, dia sedang membantu Ana untuk menyedot susu dalam botol, dia sesekali mengelus rambut Ana yang mulai tumbuh, Ana memukulkan tangan mungilnya perlahan ke mulut Serin, Serin berpura-pura kaget di pukul oleh tangan mungil Ana, hal itu membuat Ana tertawa lepas hingga melepaskan kulumannya pada ujung botol susu, belum sempat di kulum kembali oleh Ana, Serin meletakkan botol susunya di atas almari dekat ranjang.
Dia menyudahi minum susu untuk Ana sore ini, setengah botol telah memberikan nutrisi yang cukup untuk Ana, selebihnya dia telah beri Asi setiap satu jam sebelum memberikannya susu dalam botol, Serin berdiri dari tepi ranjang, dia meletakkan Ana dalam ranjang bayi agar Ana bisa bermain sesuka hati, pintu kamar dibuka dari luar, Azla masuk ke dalam kamar dengan langkah pelan, dia tersenyum ke arah Serin yang memandanginya.
"Apa yang membuat kau terlihat sangat bahagia?" Tanya Serin merasa aneh dengan senyuman Azla padanya.
"Aku akan mengadakan pesta malam ini, aku sangat senang, mari bantu aku membuat pestanya," pinta Azla memegang pergelangan tangan Serin.
"Pesta? Memangnya kau habis mendapat kemenangan? Atau ada acara di keluarga kita?" Timpal Serin mengajukan pertanyaan bertubi-tubi.
"Tentunya, aku mendapat kemenangan yang sangat besar, jadi harus di rayakan bukan?" Jawab Azla berbalik badan tanpa melepas pegangannya pada pergelangan tangan Serin.
"Kemenangan apa?" Timpal Serin tidak mengerti.
"Ikuti saja aku," ucap Azla mebarik Serin keluar kamar.
Azla menarik Serin ke belakang rumah, dia melewati lorong dengan langkah cepat dan membuka pirntu belakang, di sana, ada Skate, Track dengan dua bodyguart Azla sedang menumpuk kayu, kayu di posisikan berdiri dan di susun melingkar, Serin hanya bisa terdiam di dekat pintu menyaksikan penyusunan kayu, sementara Azla membantu keempat rekannya menyusun kayu agar cepat selesai, di tengah menyusun, dia melambaikan tangan ke arah Serin yang memandangi dari kejauhan.
Serin menggelengkan kepala perlahan, dia tidak tertarik membantu membuat pesta, bila mereka mengadakan api unggun agar pesta meriah, kayu yang di susun tidak akan setinggi itu, namun untuk apa kayu di susun dengan rapi jika tidak di pakai untuk membuat api, pertanyaan itu menghantui pikiran Serin, matahari telah tenggelam, sekitar pun mulai gelap bahkan belakang rumah tidak bisa di lihat dengan jelas, Azla mengambil kayu terakhir dan meletakkan di tempat yang masih kosong, dia membersihkan kedua telapak tangan sambil berjalan mundur memandang kayu yang di susun.
"Pesta apa yang akan kau gelar? Api unggun tidak mungkin di nyalakan dengan kayu setinggi itu bukan?" Tanya Serin mendekati Azla dari belakang.
"Pesta yang sangat besar, semua yang menyaksikan akan berbahagia termasuk kita," jawab Azla mendongak ke belakang, dia bicara dengan di barengi senyuman lebar di mulutnya.
"Aku harap ini benar-benar pesta, jangan berbuat hal buruk," tutur Serin meragukan perkataan Azla.
"Baiklah nona, aku tidak berbuat hal buruk," ledek Azla menumpukkan pandangan pasa Serin di belakangnya.
"Benarkah? Aku tidak yakin, tatapan dan senyumanmu tidak bisa membohongiku, kau pasti akan berbuat hal buruk," ucap Serin mengalihkan pandangan ke tempat lain.
"Yang terpenting menyenangkan bukan?" Timpal Azla tanpa melepas senyumannya.
Jawaban yang berhasil membuat Serin menggelengkan kepala berulang kali, dia tau betul bahwa senyuman Azla padanya barusan menandakan isyarat bahwa dia akan melakukan suatu hal buruk, entah itu apa tapi yang pasti hal buruk akan terjadi oleh ulah Azla, sementara Azla melangkah ke depan sambil melambaikan tangan ke arah ketiga rekannya, mereka berjalan menuju halaman depan, Azla menaiki tangga teras dengan cepat, dia membuka pintu rumah yang sengaja tidak di kunci selebar mungkin dan berdiri di sana dengan melipat tangan di depan dada.
Track menaiki tangga teras dengan di buntuti Skate dan dua bodyguart di belakangnya, mereka masuk ke dalam rumah melewati Azla di dekat pintu, Azla ikut masuk ke dalam rumah setelah keempatnya masuk, mereka berjalan di lorong rumah tanpa suara, bodyguart memilih diam sambil memandang sekitar, Skate dan Track mempercepat langkah dengan pandangan fokus ke depan, Azla malah bergaya ketika melangkah di barisan paling belakang, dia mengambil kaca hitam dan memakainya.
Azla berhenti di dekat pintu, dia melipat tangan di depan dada, tiga lainnya masuk ke dalam ruangan secara berbuntutan, dia menunggu di luar karena mereka berempat tidak akan lama mengangkat dua mayat yang tersimpan dalam ruangan itu, beberapa saat, Track dengan Skate keluar dari dalam ruangan dengan menggotong mayat Max, di susul dua bodyguart dari belakang yang menggotong mayat kakaknya Max, mereka keluar dari ruang rahasia secara berbuntutan melewati Azla di depan pintu, Azla melangkah mengikuti keempat rekan di depannya.
Mereka membawa kedua mayat itu ke belakang rumah melewati pintu belakang, Azla mempercepat langkah mendahului empat rekannya, dia membuka pintu belakang dengan satu tangan dan mendekati Serin di dekat pintu, Serin hanya melihat Azla sekilas lalu meluruskan pandangan ke depan, Track dan Skate keluar dari dalam dengan membawa mayat Max, Serin hanya memandanginya sampai mereka membawa mayat itu ke tumpukan kayu.
Dua bodyguart datang dari dalam membawa mayat kakaknya Max, Serin tak sengaja melihat mayat yang di gotong dua bodyguart, dia melangkah ke depan salah satu bodyguart dan menghadangnya agar bodyguart itu berhenti, Serin melanjutkan langkah ke depan satu langkah, dia menekuk lutut di dekat mayat kakaknya Max sambil menahan tangis, terlihat dari kedua matanya yang berkaca-kaca.
"Hallyn, kau ternyata masih ada selama ini, kau kemana saja? Aku ingin berterimakasih banyak karena kau telah menjadikanku pengganti nyawa orang yang kau bunuh, lihat, aku sudah bahagia," ucap Serin membelai pucuk kepala kakaknya Max sambil meneteskan air mata.
"Pengganti nyawa? Apa maksudmu?" Jawab Azla di dekat pintu.
"Iya, Dean minta nyawa pengganti atas kematian istrinya pada Hallyn, kala itu aku masih kuliah dan numpang di rumahnya karena rumah Hallyn dekat dengan kampus, Hallyn tidak banyak berpikir, dia langsung memberikan aku sebagai nyawa pengganti," ucap Serin bercerita sambil sesekali mengusap air mata.
"Lalu?" Jawab Azla semakin hanyut dalam cerita.
"Lalu aku menyetujuinya, pikirku, aku numpang jadi tidak pantas bila memberontak meski di jadikan nyawa pengganti, Dean menikahiku dan aku putus kuliah," timpal Serin mengakhiri cerita.
"Kembalikan mayat Hallyn ke dalam peti, dan kalian di sana, langsung bakar saja mayat Max," perintah Azla pada bodyguart dan rekannya.
Dua bodyguart membawa mayat yang di gotong kembali masuk ke dalam rumah, di sisi lain, Mayat Max telah berada di atas tumpukan kayu dan Track tengah mengguyur tumpukan kayu dengan minyak tanah, selesai mengguyurkan minyak tanah, dia mengambil salah satu kayu, di beri kain lusuh di atasnya, Skate memberi sedikit minyak tanah pada kain lalu menyalakan api, dia mengambil kayu dari tangan Track, menularkan api ke kayu-kayu yang tertumpuk.
Dalam sekejap api membesar, cahayanya mampu menerangi belakang rumah, Azla merangkul Serin sambil memandang pembakaran mayat Max dari kejauhan, akhirnya musuh bebuyutan Dean hingga ke anaknya sudah di basmi dengan mudah, dia berharap Dean juga melihat dari alamnya.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKAHI IBU TIRI [END]
Losowe"Azla, daddy tau jika Serin adalah cinta pertamamu, dia pujaan hatimu, maafkan daddy jika telah merebut kekasih dari dalam hatimu, daddy hanya ingin membuatmu bahagia karena selalu ada di dekatnya meski hubungan kalian sebatas anak dan ibu, sekarang...