PEMBERIAN NAMA

98 1 0
                                    

Seisi rumah pada sibuk menyiapkan acara yang sebentar lagi berlangsung, di kamar, Serin merias dirinya sendiri secantik mungkin karena dia akan di sorot beberapa orang penting termasuk sahabatnya Dean, hari ini putrinya akan di beri nama dan Azla menggelar acara ini secara besar-besaran, Azla memang tidak menyewa gedung tapi semua isi rumah telah di hias  layaknya gedung, Serin memakai dress  ketat selutut bewarna merah dengan belt mutiara, anting  dan kalung juga mutiara, rambutnya yang panjang di gerai indah dengan bubuhan mahkota mutiara menjadikan Serin seakan putri raja, tema riasannya kali ini mutiara jadi hampir seluruh riasannya menggunakan mutiara asli.

Selesai merias diri, Serin berdiri dari tempat duduk hendak melihat putrinya yang sedang di rias oleh pelayan di kamar lain, tapi, baru berbalik badan, pintu kamarnya di ketuk dari luar, mungkin itu pelayan yang hendak menyerahkan putrinya pada dia. Serin membukakan pintu kamar, benar saja, nampak pelayan menunduk sambil membawa bayi di gendongannya dengan berkata bahwa putrinya telah selesai di rias, dia mengambil bayi dari gendongan pelayan lalu mengucapkan terimakasih dan menyuruhnya untuk kembali bekerja.

Pelayan menganggukkan kepala lalu pergi, Serin menutup pintu perlahan saat pelayan pergi dari hadapannya, entah dari arah mana, Azla datang dan berdiri di depan pintu, dia membuka pintu yang hendak di tutup oleh Serin sambil masuk ke dalam kamar, Serin hanya terdiam mengikuti Azla dari belakang, bisa jadi para tamu sudah berdatangan dan Azla datang ke kamar untuk memberitaunya tapi dia tidak berani bertanya sebelum Azla sendiri yang mulai pembicaraan.

"Kau begitu cantik hari ini, apa kau sudah siap menyambut para tamu bersamaku?" Tanya Azla tanpa membalikkan badannya yang mengadap tembok.

"Tentu, putri kita juga sudah siap mengikuti acara ini," jawab Serin sambil berjalan ke depan mendekati Azla.

"Baiklah, mari kita sambut para tamu yang berdatangan," ajak Azla membuka telapak tangan dan mengulurkannya ke arah Serin di depannya.

"Mari," jawab Serin  menyunggingkan senyum, dia meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan Azla yang terbuka.

Mereka berdua berjalan keluar kamar dengan bergandengan tangan, sepanjang jalan  menuju ruang tamu di hias dengan daun kertas yang berbentuk memanjang, setiap pintu kamar terpasang kelambu motif berwarna pink, ruang tamu berubah menjadi aula gedung, di tengah ruang tamu, ada rangkaian balon tinggi melengkung dengan dua boneka raksasa di tengahnya dan banyak boneka-boneka kecil yang menghiasi sekitar balon. Para tamu mulai berdatangan dari keluarga bangsawan sampai ketua mafia dalam kelompok kecil.

Bayinya Serin dan Azla tampil cantik di balut kain sutra berwarna merah muda, dengan bubuhan mahkota kecil yang di kaitkan bedong bagian atas yang menutupi kepalanya, meski wajahnya sangat mirip Dean tapi itu tidak menutupi kecantikan bayi mereka. Pembawa acara memandang sekeliling, dia memastikan semua tamu yang di undang sudah memasuki ruang tamu dan menduduki tempat yang sudah di sediakan.

"Selamat pagi tuan nyonya, selamat datang di acara  pemberian nama bayi tuan Azla dan nyonya Serin, tidak perlu membuang waktu lama lagi, kita akan menuju ke acara pertama yaitu berdoa sesuai agama masing-masing, berdoa di mulai," ucap pembawa  acara membuka acara dengan doa, beberapa saat seisi ruangan terdiam dengan menundukkan kepala.

"Berdoa selesai, acara pertama kita telah rampung dengan hikmat, kita ke acara kedua, pemberian papan harapan pada sang bayi, kepada nyonya Serin dan orang-orang yang di pilih, waktu dan tempat di persilahkan," sambung pembawa acara sambil kembali duduk.

Serin berdiri dari tempatnya yang berada di sudut ruang tamu, dia membawa bayi dalam gendongannya ke kedua boneka raksasa dan meletakkannya di tengah-tengah boneka tersebut secara perlahan-lahan, Serin berbalik badan, dia kembali berjalan ke tempatnya dan duduk seperti semula, tempat Serin dan Azla di khususkan pada  kursi panjang berwarna putih yang berada di sudut ruang tamu, kursi itu biasa di gunakan untuk pernikahan sederhana tapi meski di pakai untuk mereka, fungsinya tetap untuk duduk berjajar bersama pasangan, hanya beda acara yang di gelar.

Beberapa orang di barisan depan berdiri, mereka mengambil papan kecil dan menuliskan sesuatu di papan itu dengan spidol yang menempel di belakang papan, selesai menulis, mereka berbaris hendak menancapkan penyangga papan pada boneka yang ternyata di buat dari stearofoam, satu persatu orang terpilih telah menancapkan papan mereka pada bagian lengan, bahu, telinga dan kepala, mereka mengecup kening bayinya Serin setelah menancapkan harapan pada boneka. Orang-orang tersebut kembali duduk di tempat masing-masing.

"Acara selanjutnya, pembacaan doa oleh Kyai Haji Adi ma'rufan, pada Kyai Haji, waktu dan tempat kami persilahkan," ucap pembawa  acara sambil berdiri lalu kembali duduk.

Di seberang tempat duduk Serin dan Azla, ada satu kursi tinggi yang di khususkan untuk Kyai Haji, pak Kyai berdiri dari tempatnya, dia berjalan mengampiri bayi Serin dan Azla yang berada di tengah-tengah boneka raksasa, dia mengambil bayinya Serin perlahan, mulutnya berucap tanpa suara lalu meniupkan ke kepala bayi, pak Kyai Haji mendendangkan sholawat dengan suara merdu khasnya sambil membelai kepala bayi berulang kali, setelah selesai, pak Kyai Haji meletakkan bayi ke tempat semula lalu berjalan pergi, dia kembali duduk di tempatnya.

"Baiklah itu tadi pembacaan doa oleh Kyai Haji Adi Ma'rufan, semoga bayi Tuan Azla dan Nyonya Serin bisa menjadi anak yang baik, bisa menjadi penerus dari Ayah ibunya, kita menuju ke acara inti pada acara ini, yaitu pemberian nama pada  bayi yang akan di lakukan oleh Tuan Serin dan Nyonya Azla, pada yang bersangkutan wakru dan tempat kami persilahkan," ucap pembawa acara sambil duduk kembali di tempatnya.

Azla dan Serin berdiri dari tempat duduk, mereka berdua berjalan dengan bergandengan tangan menuju dua boneka raksasa, Serin mengambil bayinya dari tengah boneka lalu pelayan yang menyaksikan di sudut ruangan mulai berjalan membawa nampan berisi kalung rangkaian bunga, dia berhenti berjalan di tengah Serin dan Azla.

"Deandrana Zexril Yazema," ucap Azla sambil mengambil satu rangkaian bunga dari atas nampan dan mengalungkannya di leher bayi dalam gendongan Serin.

Semua penonton bertepuk tangan sambil berdiri setelah mendengar nama yang di sebutkan Azla, Serin membawa  bayi dalam gendongannya duduk di tengah boneka raksasa, Azla ikut duduk di sampingnya sambil memandang penonton yang masih berdiri menyaksikan mereka.

"Acara selanjutnya dan acara terakhir kita yaitu makan bersama, bagi para tamu yang ingin foto bersama Tuan Azla dan Nyonya Serin dengan bayinya di persilahkan, selamat menikmati hidangan yang telah di sediakan, saya selaku pembawa acara mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya bila selama memandu acara saya banyak salah, terimakasih dan selamat siang," ucap pembawa acara menutup acara.

Para tamu berbaris panjang hendak berpoto dengan mereka bertiga, satu persatu orang berhasil mendapatkan poto bersama, mereka berlanjut menikmati hidangan yang tersaji di atas meja dorong, meja itu sediri baru saja di dorong ke ruang tamu oleh beberapa pelayan, meja dorong di tempatkan di depan kursi para tamu barisan depan, jadi sebelum menikmati hidangan, mereka harus mengambil kursinya yang di tempati tadi untuk di tata melingkari meja.

                       BERSAMBUNG

MENIKAHI IBU TIRI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang