16 | Air mata

125 19 1
                                    

"Ibumu pasti akan sedih....kau belum mendapatkan nilai yang bagus...aku akan membantumu belajar, kita akan belajar bersama-sama. Iya kan, Chifuyu?"

"Tenanglah, Miyu..." Chifuyu menatapku dengan air mata.

"Baji! Kau harus bangun!!" Aku mengguncang tubuh Baji. "Kau...terlihat jelek jika menangis..."

Aku terbelalak. "Ini karenamu" aku berkata dengan terisak. "Maaf...jangan menangis, waktu itu kau sudah berjanji untuk tidak menangis lagi, kan?"

"Tersenyumlah..."

"Tidak!!"

"Kumohon...aku sudah tak sanggup"

"Jangan membuat ini rumit!!"

"Aku merindukan senyum mu..aku ingin melihatnya"

Aku menarik kedua sudut bibirku, tersenyum sebaik yang ku bisa. Baji tersenyum lalu menutup matanya. "Kau cantik, jadi tetap tersenyum"

Tidak, kumohon jangan tutup matamu, kau seakan bisa kehilangan nafas kapan saja jika menutup mata. Aku takut.

"Chifuyu, aku ingin makan peyoung yakisoba"

"Akan ku belikan"

"Bagi tiga, oke?"

"Terimakasih, Miyu...Chifuyu" Baji Keisuke menutup matanya. Kali ini nafasnya benar-benar hilang.

"Baji-san?"

Nafasku memburu. Aku menatap tubuh Baji yang sudah mulai dingin.

"BAJI-SAAN!!"

Teriakan Chifuyu membuatku semakin gemetaran. Nafasku semakin berat.

"Sudah kuduga, dia tidak berkhianat. Baji-san bertarung sendirian, padahal aku mengetahui itu. Padahal aku mengetahui itu. Aku tidak bisa melindunginya! Aku tidak bisa menyelamatkannya!"

Aku tidak bisa menyelamatkan Baji Keisuke. Kenapa? Memang apa tujuanku kemari? Baji Keisuke sudah meninggal, menyisakan isak tangis orang-orang yang menontonnya.

Aku tak berhasil.

Aku gagal.

Aku bodoh.

Aku payah.

Aku tak bisa menyelamatkan Baji Keisuke.

"Baji...hey..."

"Buka matamu! Kau harus hidup! Aku akan memaafkan mu jika kau bangun! Kita....kita sudah berjanji akan berlibur bersama, kan?"

"BAJI! KUBILANG BANGUN!"

"Miyu-chan..." Takemichi menahan tubuhku yang mengguncang Baji.

"Lepaskan!" Aku menghempaskan tangan Takemichi dari pundak ku.

"Baji!" Tidak peduli seberapa keras, seberapa banyak aku memanggil namanya, Baji Keisuke takkan membuka matanya lagi.

"Miyu..."

Aku tak peduli tentang orang-orang yang memanggil namaku. Di pikiranku hanya terisi Baji, Baji, dan Baji.

"Minggir. Kubunuh juga kau"

"Hentikan ini, Mikey-ku—"

Bugh!

"Mikey, Baji tak menginginkan ini" ucapku masih memeluk Baji. "Kau tidak pantas bicara tentang Baji" ucap Mikey datar.

"Tidak pantas? Baji-kun sudah meninggal, tau!!"

"Baji–" Aku menyeka air mataku. "—dia mengobarkan dirinya demi Touman. Kenapa kau tidak paham-paham, Mikey!! Pikirmu untuk apa Baji mengobarkan dirinya?!" Aku beralih menatap Mikey dengan tajam. "Ini demi Touman! Ini demi kau!!"

乱闘 | Brawl (Tokyo Revengers x OC) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang