Day One - After Dinner

123 15 3
                                    

Setelah menelan potongan terakhir Baked Salmon Roll di piringnya, Kwon Joo menyelesaikan makan malamnya. Ia mengangguk riang, meminum air mineral dari botol yang ia bawa.

"Bagaimana makanan di sini?" Derek tersenyum lebar melihat Kwon Joo menghabiskan semua makanannya. "Tidak buruk?"

Kwon Joo memasukkan botol minumnya ke ransel, tersenyum lebar. "Sama sekali tidak buruk."

"Saya membawa anda ke sini untuk makan makanan yang tidak asing dulu," Derek berbicara sambil menatap Kwon Joo. "Biasanya orang- orang yang pergi berlibur mencari restoran dengan makanan yang familiar dulu, lalu di hari- hari berikutnya baru makan makanan yang tidak familiar."

Sambil menganggukkan kepala, Kwon Joo menatap ke luar. Jalanan masih ramai, banyak orang berlalu- lalang, dan hampir setiap toko dipenuhi pengunjung. Ia memperhatikan seorang anak perempuan di seberang jalan, yang berdiri di depan toko es krim.

Anak itu menarik- narik tangan ayahnya, meminta untuk dibelikan es krim, tapi pria itu sedang sibuk bertelepon. Kwon Joo bisa mendengarnya dengan jelas. Pria itu membicarakan proses jual beli kokain. Dan Kwon Joo berharap ia tidak mendengarnya.

"Centerjang?" Derek mengerutkan kening, menelengkan kepala untuk melihat wajah Kwon Joo yang menghadap ke luar. "Ada apa?"

Otak Kwon Joo sedang memproses percakapan pria di telepon itu, saat ia mendengar suara anak perempuan menjerit. Seketika ia berdiri dari kursinya, berlari ke luar restoran dengan ransel di punggung.

Karena terlalu syok, Derek sampai tidak bisa bergerak selama 3 detik berikutnya. Kemudian ia tersadar dan langsung berlari mengejar Kwon Joo. Ia sudah meninggalkan 40 dollar di meja.

"Kang Kwon Joo!" Derek berteriak di antara orang- orang yang berjalan berlawanan arah dengannya, berusaha mencapai Kwon Joo sebelum gadis itu melukai dirinya sendiri dengan berlari ke tengah jalan. Dan yang ia takutkan ternyata terbukti. Kwon Joo berlari menyeberangi jalan dengan cepat, tanpa menoleh ke kanan kiri.

Jantung Derek sudah hampir berhenti berdetak karena Kwon Joo, tapi gadis itu berhasil tiba di seberang jalan dengan selamat. Derek sampai menghela napas panjang saat melihat Kwon Joo berlari di seberang jalan, menuju sebuah belokan.

Derek tidak tahu apa yang sebenarnya dikejar oleh Kwon Joo, tapi tentu saja ia harus mengikuti gadis itu. Jadi ia menoleh ke kiri dan kanan, lalu berlari menyeberang jalan. Ia mengikuti Kwon Joo ke belokan sempit yang dimasuki Kwon Joo.

"Berikan anak itu padaku," Kwon Joo memegang pepper spray di balik punggungnya, berjalan mendekati seorang pria yang memegang bahu seorang anak perempuan berambut keemasan. Anak itu gemetar.

Pria dengan topi dan masker hitam itu berjalan mundur, masih mencengkeram bahu anak itu dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang silet. "Kenapa aku harus menurutimu?"

Dari suaranya Kwon Joo tahu pria itu hanyalah seorang remaja, dan dari caranya mengambil napas, ia tahu remaja itu gugup. Pasti ini pertama kalinya ia melakukan kejahatan seperti ini. Jadi Kwon Joo memutuskan untuk memasukkan pepper spray ke saku belakang jeans-nya. Ia tidak membutuhkan benda itu.

"Berikan anak itu padaku dan aku akan membiarkanmu pergi," Kwon Joo mencoba untuk membujuk remaja itu, tapi tampaknya remaja itu masih belum sepenuhnya terbujuk. "Jangan sia- siakan masa depanmu. Kau seharusnya bersekolah, bukannya tinggal di penjara."

Derek berdiri dengan punggung menempel di tembok, di sebelah kotak- kotak kardus bekas yang menumpuk tinggi. Ia mendengarkan Kwon Joo yang sedang berusaha membujuk si remaja saat seorang pria tinggi berlari ke arahnya dengan mata melebar ketakutan.

Ia langsung tahu pria itu memiliki hubungan darah dengan anak yang dipegangi oleh remaja itu. Dengan tenang Derek mengangkat satu tangan ke arah pria itu, membuat pria itu berhenti sebelum berbelok, lalu Derek menggunakan satu tangan lainnya untuk menunjukkan identitas polisinya.

Travel LogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang