!!!
The second half of this part is a little bit spicy.
Please note that you have been warned.
Enjoy~
!!!
Di depan pintu apartemen ada sebuah kotak kertas berwarna cokelat. Dari ukuran dan bentuknya Derek tahu kotak itu pasti berasal dari Duke. Mungkin isinya kue? Tapi kenapa ada di depan apartemennya?
Kwon Joo berdiri dekat di belakang Derek, menatap lorong di sebelah pintu apartemen pria itu yang diterangi dengan lampu. Ia bisa melihat sebuah lukisan di salah satu sisi dinding. Lukisan padang rumput dan langit biru.
"Silakan masuk," Derek mengambil kotak dari karpet dan mendorong pintu hingga terbuka lebar untuk Kwon Joo. Ia masuk setelah gadis itu, lalu menutup pintu di belakangnya.
Apartemen Derek terdiri dari satu ruang tengah yang luas, dua kamar tidur, dua kamar mandi, dan satu dapur menyatu dengan ruang makan. Di sebelah pintu masuk ada partisi kaca yang membatasi dapur dan pintu masuk, lalu masuk sedikit lebih jauh ada kamar mandi dan di sebelahnya kamar tidur.
Di dekat dapur ada satu kamar tidur lagi. Pintu kamar itu tepat berada di sebelah sofa besar di ruang tengah. Sofa itu terbuat dari kulit berwarna hitam, dan ukurannya cukup untuk memuat dua orang dalam posisi berbaring. Di depan sofa ada satu meja kopi dari kaca, lalu di depannya sebuah televisi 55 inch menempel di dinding.
Kwon Joo berjalan melewati ruang tengah, hingga ke dinding sebelah sofa. Ada dua jendela besar yang tertutup tirai, jadi ia menarik tirai hingga terbuka sehingga ia bisa melihat pemandangan di luar. Apartemen Derek di lantai tiga sebuah kompleks apartemen, jadi yang bisa ia lihat hanya taman di tengah bangunan- bangunan apartemen dan jalan masuk mobil.
"Pemandangannya jauh berbeda dengan kamar hotel anda, ya?" Derek berkata, ikut tertawa kecil karena Kwon Joo tertawa, sambil berjalan ke meja makan dengan kotak di tangannya. Ia meletakkan kotak itu ke meja dan membuka perekat bagian atasnya.
Sebuah stoples kayu ada di dalam kotak kertas itu. Derek mengeluarkan stoples itu, menemukan ada kartu tersangkut di lipatan kotak. Dengan kening berkerut ia mengambil kartu itu dan membacanya.
Sudah selesai melihat pemandangan, Kwon Joo melepas ranselnya dan meletakkannya di ujung sofa, lalu duduk di sebelah ranselnya. Ia merasa sangat nyaman duduk di sofa itu, apalagi kakinya bisa sampai menggantung karena dudukan sofa itu cukup panjang hingga ke betisnya.
Kwon Joo meletakkan kepala di sandaran sofa, menutup mata sambil menikmati kenyamanan, saat suara langkah kaki membuatnya kembali membuka mata. Derek berjalan ke arahnya dengan senyuman dan stoples kayu di tangan.
"Duke memberi anda biskuit sebagai permintaan maaf," Derek mengulurkan stoples di tangannya pada Kwon Joo. "Ia meninggalkannya di depan apartemen dan menyuruh saya memberikannya pada anda."
"Biskuit?" Kwon Joo menatap Derek dengan sedikit curiga, tapi ia tetap menerima stoples itu dan membukanya. Ia menemukan biskuit- biskuit berbentuk hati warna putih.
"Sugar cookies," Derek menunjuk biskuit di dalam stoples. "Sepertinya ia bahkan tidak repot- repot menghiasnya."
Kwon Joo tertawa, menatap Derek. "Beritahu dia permintaannya diterima dan sampaikan juga ucapan terima kasih saya."
"Tidak masalah," Derek menjawab dengan tawa kecil. Setelah itu mereka berpandangan, beberapa detik, sampai Derek tersadar. Ia tersenyum kikuk. "Apa anda mau wine? Saya punya yang cocok untuk biskuitnya."
Sambil menganggukkan kepalanya Kwon Joo tersenyum. Jadi Derek berjalan kembali ke dapur, meletakkan ranselnya di kursi makan, lalu mulai membuka- buka lemari counter. Ia menemukan satu botol yang ia simpan baik- baik, dua gelas, dan satu pembuka botol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel Log
FanfikceBecause Kang Kwon Joo deserves a vacation. (What If) Kang Kwon Joo tidak mengikuti si Dokter dan memilih untuk pergi liburan. #1 kangkwonjoo september 2021