Day One - Before Midnight

105 16 0
                                    

Bar yang direkomendasikan oleh Derek sedang sepi saat mereka tiba. Dengan keras kepala Derek kembali membukakan pintu untuk Kwon Joo, yang membuat gadis itu menggelengkan kepala, tapi tetap melangkah masuk lebih dulu saat Derek terus memegang pintu dan menatapnya.

Derek berjalan mendahului Kwon Joo, melewati meja bar panjang di tengah ruangan. Jika duduk di salah satu kursi bar itu, pengunjung bisa langsung memesan dan menonton bartender meracik minuman mereka, tapi sepertinya Kwon Joo tidak akan suka duduk di tengah ruangan, yang pasti akan menarik perhatian semua orang di bar.

Bahkan tanpa mempertimbangkan duduk di meja bar itu, Derek berjalan ke bagian ruangan yang lebih dalam. Di samping kirinya beberapa meja kayu dengan sofa dan kursi berada tepat di depan jendela- jendela kaca besar yang menghadap trotoar.

Ia sempat berpikir untuk duduk di salah satu sofa itu, tapi kemudian ia menyadari seseorang di balik meja bar menyeringai ke arahnya. Jadi ia menoleh dan menatap langsung pada seseorang itu.

Pria bertubuh besar dengan kemeja kotak- kotak dan topi cowboy tersenyum lebar pada Derek. "Halo, sudah cukup lama tidak melihatmu. Informasi apa yang kau butuhkan sekarang?" Lalu pandangannya teralihkan pada gadis kurus tinggi yang mengekor di belakang Derek.

Kwon Joo merasa ditatap, jadi ia mengangguk singkat pada pria tidak dikenal itu, yang sekarang menatapnya dengan mata berbinar- binar.

"Hei, Derek. Aku tidak tahu kau bisa membawa gadis secantik ini ke sini. Apa ini berarti kau tidak sedang mencari informasi? Apa kalian sedang kencan? Aku bisa membuatkan minuman khusus untukmu, Nona!"

Dengan protektif Derek berdiri di depan Kwon Joo, menghalangi pandangan pria bertubuh besar itu dari Kwon Joo. "Jika kau membuatnya tidak nyaman, kau harus membayar dengan memberiku informasi secara gratis."

Si pria bertubuh besar langsung mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Baiklah, baiklah. Silakan nikmati kencan kalian. Aku tidak akan mengganggu."

Derek menganggukkan kepala, tersenyum kecil. "Aku pesan Budweiser, Duke. Tolong bawakan menunya untuk si Nona Cantik."

Duke, si pria bertubuh besar, langsung tersenyum lebar, mengacungkan ibu jarinya dengan bersemangat. Ia berjalan cepat ke belakang meja bar, membungkuk untuk mengambil menu dan membuatkan pesanan Derek.

Kwon Joo jelas mendengar dan mengerti kata- kata Derek, tapi ia tidak ingin ambil pusing dengan itu. Sudah cukup lama juga ia tidak dipanggil "Nona Cantik", mungkin terakhir kali saat ia kuliah di New York. Ia memutuskan untuk tidak membahas perkataan Derek tadi dan memilih duduk di sofa paling ujung.

Derek mengikuti Kwon Joo, lalu duduk di kursi yang berseberangan dengan sofa Kwon Joo. Ia mencuri pandang pada Kwon Joo, merasa sedikit bersalah karena sembarangan menyebut Kwon Joo dengan tidak sopan. Jadi ia berusaha memulai percakapan dengan bahan pembicaraan baru.

"Centerjang," Derek memanggil, membuat Kwon Joo menatapnya. "Apa ada tempat yang anda ingin kunjungi? Saya bisa buatkan jadwal untuk anda sesuai daerahnya."

Mata Kwon Joo kembali berbinar dengan semangat, membuat Derek menghela napas lega karena gadis itu tidak jadi merasa kesal. Kwon Joo meletakkan ranselnya di pangkuan, lalu mengeluarkan sebuah buku notes ukuran B6 dengan cover warna hitam dan hiasan bunga- bunga kecil. Ia membuka bukunya, menatap sekilas halaman- halaman awal, lalu langsung menuju ke halaman- halaman di tengah.

Derek yang mengamati gerak- gerik Kwon Joo, merasa penasaran dengan halaman- halaman awal buku Kwon Joo. Apa yang gadis itu tulis di situ? Kenapa ia langsung ke halaman tengah? Apa ia menyimpan rahasia?

"Hollywood Walk of Fame," Kwon Joo membaca dari bukunya. Ia menatap Derek malu- malu. "Saya suka menonton film, meskipun tidak pernah sempat ke bioskop."

Travel LogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang