"Bagaimana pemandangannya?"
Kwon Joo menatap matahari terbenam. Langit sudah berubah warna menjadi gradasi biru, pink, dan jingga. Lapisan tipis awan menggaris cakrawala, dan di kejauhan tampak bayangan gunung berwarna biru tua. Di bawah tampak puncak- puncak bangunan pencakar langit.
Derek sudah sering ke Griffith Observatory, terutama di saat- saat spesial seperti ulang tahun dan tahun baru. Tapi kali ini ia merasa pemandangan matahari terbenam hari ini tampak lebih cantik daripada biasanya. Atau mungkin sebenarnya yang ia lihat bukan matahari terbenam. Matanya tidak bisa beralih dari Kwon Joo.
Gadis itu berdiri di belakang pagar kaca, menjulurkan leher sejauh mungkin untuk melihat pemandangan yang lebih luas tanpa menekan pagar. Matanya melebar dengan terpesona. Foto- foto indah yang ia lihat di internet sama sekali tidak sebanding dengan aslinya.
Kwon Joo bisa mendengar suara anak- anak kecil berlarian di belakangnya, suara pembicaraan orang- orang dewasa yang duduk di atas rumput di taman, dan suara kicauan burung. Ia merasa sangat senang, menikmati matahari terbenam bersama dengan Derek.
"Terima kasih."
Derek melebarkan mata, tersenyum, lalu ikut berdiri di sebelah Kwon Joo dengan posisi yang sama persis dengan gadis itu, menatap matahari. "Untuk apa?"
"Untuk hari ini. Saya menikmati semuanya." Kwon Joo menoleh sesaat pada Derek, tersenyum manis, lalu kembali menatap langit. "Dan pemandangannya benar- benar luar biasa."
"Tidak sebanding dengan yang saya lihat sekarang."
Kwon Joo mengerutkan kening, kembali menoleh pada Derek. Bukankah saat ini mereka sedang sama- sama melihat matahari terbenam?
Derek tidak mengalihkan pandangan dari Kwon Joo, dan gadis itu mengerti apa yang ia maksudkan. Ia bukan ingin memaksakan perasaannya, tapi kata- kata itu muncul begitu saja tanpa sempat ia proses ulang.
"Apa dari dulu anda memang pintar merayu?" Kwon Joo mengalihkan pandangan dari Derek. "Atau mungkin anda terlalu lama tinggal di sini dan sudah memiliki kemampuan itu?"
Sambil menggeleng Derek menumpukan siku kirinya ke pagar, tubuhnya menghadap Kwon Joo. "Saya tidak sembarangan merayu. Hanya anda."
Kwon Joo menggelengkan kepala, tertawa kecil. "Baiklah. Mungkin saya harus percaya kata- kata anda."
"Saya jujur, Centerjang," Derek membela diri, membuat Kwon Joo kembali tertawa. "Saya serius."
Merasa tidak ingin menjawab, Kwon Joo memutuskan untuk memandang matahari yang sekarang sudah terlihat sangat kecil. Langit juga sudah mulai berganti warna menjadi biru gelap.
Tiba- tiba Kwon Joo teringat. Ia melepas ranselnya dan mengambil sesuatu dari dalamnya. Ia memakai lagi ranselnya, menatap Derek yang menatapnya dengan ekspresi ingin tahu. Dengan lembut Kwon Joo membuka telapak tangan Derek saat sikunya masih berada di pagar. Ia memasukkan benda itu ke genggaman Derek, lalu berdiri menghadap matahari.
Derek menatap benda di genggamannya. Sebuah pisau lipat mungil dengan pegangan berbahan kulit. Mata Derek melebar menatap pisau itu dengan takjub, lalu menatap Kwon Joo, mencari penjelasan.
"Saya melihatnya di toko tadi, dan saya teringat anda, jadi saya membelinya." Kwon Joo menjelaskan tanpa menoleh sedikitpun pada Derek. "Akan aneh juga jika saya sudah membelinya tapi tidak memberikannya pada anda."
Senyuman Derek melebar. Ia nyaris memeluk Kwon Joo karena terlalu senang. Ia memainkan pisau lipatnya, memperhatikan benda itu dengan hati- hati. "Terima kasih, Centerjang."
Kwon Joo tersenyum mendengar ucapan terima kasih Derek, lalu mengulurkan satu pisau lipat lagi pada pria itu. "Yang ini untuk Letnan Chad."
Seketika ekspresi Derek menggelap. Ia menatap pisau lipat di tangan Kwon Joo. Ekspresi cemburunya bisa terlihat jelas. "Jadi bukan saya saja yang mendapat pisau lipat?"
![](https://img.wattpad.com/cover/283279826-288-k208114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel Log
FanfictionBecause Kang Kwon Joo deserves a vacation. (What If) Kang Kwon Joo tidak mengikuti si Dokter dan memilih untuk pergi liburan. #1 kangkwonjoo september 2021