Last Day - A Good Morning

172 15 24
                                    

Derek ditinggalkan dalam posisi menggantung. Secara biologis dan psikis.

Setelah membuat Derek terlalu bersemangat dan terlalu senang, Kwon Joo tertidur. Derek baru saja menarik ujung kaus Kwon Joo ke atas saat gadis itu menjatuhkan diri, berbaring rata di atas tubuhnya. Dan Derek tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa.

Tapi saat Kwon Joo mengerutkan kening sambil menggosokkan pipinya ke dada pria itu, Derek berusaha berhenti tertawa. Mungkin Kwon Joo terganggu karena ia tertawa hingga tubuhnya berguncang. Dan ia masih harus menghadapi satu masalah lagi.

Supaya tidak mengganggu tidur Kwon Joo, Derek beringsut turun dari sofa. Sekarang posisinya setengah duduk dan setengah berbaring, dengan tubuh Kwon Joo di atas tubuhnya. Derek memeluk pinggang Kwon Joo dan menariknya sedikit ke atas. Ia sama sekali tidak ingin mengganggu tidur gadis itu.

Sambil menepuk dan mengelus lembut punggung Kwon Joo supaya gadis itu bisa tidur dengan tenang, Derek juga ikut menenangkan diri. Tubuh Kwon Joo sedikit melorot dan dengan segera Derek menahan pinggul Kwon Joo. Ia menariknya lagi hingga tubuh Kwon Joo sekarang bertumpu ke perutnya. Ia belum sepenuhnya tenang (secara biologis) jadi ia tidak bisa mengambil resiko Kwon Joo terganggu karenanya.

Derek menarik dan menghela napas panjang beberapa kali sampai akhirnya ia benar- benar tenang. Ia tersenyum melihat Kwon Joo tidur tanpa suara di atas tubuhnya, tampak sangat nyaman dan tenang. Dengan lembut ia membelai kepala Kwon Joo, membuat gadis itu tersenyum dengan mata tertutup.

Jam di atas televisi menunjukkan pukul satu lewat lima menit.

Kwon Joo bernapas dengan teratur di atas tubuh Derek. Kedua tangannya melingkar di pinggang pria itu. Sebenarnya ia masih sedikit sadar, tapi ia sudah tidak sanggup membuka mata. Lagipula ia sudah merasa terlalu nyaman untuk berpindah tempat. Mendengarkan detak jantung Derek yang semakin lambat membuat jantungnya sendiri tenang. Ia merasa sangat aman dan nyaman, sampai ia benar- benar tertidur.

Derek sama sekali tidak marah meski ditinggalkan menggantung. Sedikit kecewa, tapi ia benar- benar bisa memahami Kwon Joo. Setelah seharian di Disneyland Park, tentu saja gadis itu kelelahan. Ditambah dengan biskuit vodka dari si gila Duke, tentu saja Kwon Joo tidak akan bisa menahan kantuknya. Ia mengerti.

Sebenarnya Derek tidak keberatan menjadi tempat tidur untuk Kwon Joo, tapi sepertinya tidak masuk akal juga jika mereka tetap tidur dengan posisi ini. Bisa- bisa besok mereka berdua terkena encok.

Jadi dengan sangat perlahan Derek memposisikan dirinya duduk. Ia menggunakan tangannya untuk menahan punggung Kwon Joo dengan protektif, lalu mendudukkan Kwon Joo kembali ke pangkuannya sambil memutar tubuh. Saat gadis itu kembali mengerutkan kening dan menggumamkan protes, Derek berhenti bergerak.

Dengan lembut Derek menepuk- nepuk punggung Kwon Joo dengan satu tangan, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk melepaskan pelukan Kwon Joo dari pinggangnya. Ia meletakkan Kwon Joo dalam posisi berbaring di sofa, dengan sangat perlahan dan hati- hati.

Setelah memastikan Kwon Joo tetap tertidur, Derek baru bisa menghela napas lega dan berdiri. Ia menatap wajah Kwon Joo, lalu tersenyum seperti orang bodoh. Gadis itu terlalu manis hingga ia tidak bisa mengalihkan pandangan.

Ia berpikir untuk menggendong Kwon Joo ke kamar, tapi ia menggelengkan kepalanya. Sepertinya ia tidak perlu menantang dirinya sendiri dengan melakukan itu. Akan lebih aman jika gadis itu tetap tidur di sofa. Kalau mereka ada di tempat tidur bersama--

Derek terlonjak kaget saat mendengar Kwon Joo bersin.

Sambil memukul pahanya sendiri untuk menyadarkan diri, Derek segera masuk ke kamarnya, mengambil selimut dari atas tempat tidur, dan membawanya ke ruang tengah. Dengan sangat lembut dan hati- hati Derek melebarkan selimut dan menutupi tubuh Kwon Joo dari leher hingga ujung kaki.

Ia menatap Kwon Joo yang sekarang tidur dengan mulut sedikit terbuka dan ia kembali tersenyum seperti orang bodoh. Melihat Kwon Joo dengan begitu nyamannya tidur di sofanya membuat Derek merasa bangga. Sepertinya ia memiliki sofa yang tepat untuk Kwon Joo.

Meskipun masih ingin menatap Kwon Joo yang tertidur pulas, Derek mulai sedikit gemetar. Ia merasakan kausnya basah karena keringat. Lebih tepatnya karena stimulus berlebihan dari Kwon Joo tadi. Jadi ia masuk kembali ke kamarnya, mengganti kausnya, lalu membawa selimut lain ke ruang tengah.

Dengan nyaman ia duduk bersila di karpet di depan sofa, menyelimuti tubuhnya sendiri, dan menumpukan kepalanya di atas kedua tangan ke sofa. Ia mengamati wajah Kwon Joo sambil sesekali mengelus kepala gadis itu saat gadis itu mengerutkan keningnya.

Setelah Kwon Joo tidur tidak bergerak dan keningnya tidak lagi berkerut, Derek akhirnya merasakan kelopak matanya juga mulai berat untuk tetap terbuka. Ia mengelus pipi Kwon Joo dengan lembut, mengecupnya, lalu membaringkan diri di karpet.

Rupanya ia juga memilih karpet yang tepat untuk apartemennya. Karpetnya sangat nyaman hingga ia bisa langsung tertidur dalam beberapa detik.

-----

Derek sudah berusaha untuk bergerak dengan cepat, tapi ia tetap terlambat. Sinar matahari sudah membangunkan Kwon Joo sebelum ia sempat menutup tirai jendela di ruang tengah. Jadi ia duduk kembali di karpet, di depan sofa.

Sinar matahari membuat Kwon Joo membuka matanya dengan kening berkerut, jadi Derek mengulurkan tangannya, menghalangi sinar matahari langsung ke mata Kwon Joo. Dengan senyuman Kwon Joo berguling menyamping di sofa, menghadap Derek.

"Selamat pagi," Derek menyapa dengan lembut, menggunakan tangan kirinya untuk merapikan rambut Kwon Joo yang jatuh di kening gadis itu. "Anda bisa tidur dengan nyenyak?"

Mata Kwon Joo masih belum terbuka sepenuhnya, tapi ia tersenyum dan mengangguk, menikmati belaian lembut dari Derek di kepalanya. "Bagaimana dengan Anda?"

"Sepertinya kemarin tidur paling nyenyak yang pernah saya alami selama 6 bulan ini." Derek berbicara dengan lembut, masih belum bosan duduk bersila di karpet sambil mengelus kepala Kwon Joo. "Mau sarapan apa?"

Kwon Joo meraih tangan Derek yang menutupi matanya dari sinar matahari, menggenggam tangan itu erat- erat dengan kedua tangannya. Ia sudah membuka mata seluruhnya dan sekarang menatap Derek dengan sungguh- sungguh. "Detektif Cho."

Kening Derek berkerut. Nada suara Kwon Joo membuatnya sedikit panik sehingga ia berhenti mengelus kepala gadis itu dan menurunkan tangan ke pangkuan. "Ya?"

"Saya belum membereskan barang- barang saya di hotel." Mata Kwon Joo melebar. "Sekarang jam berapa?"

Derek tidak bisa menahan tawanya. Tadi ia panik tanpa alasan. "Masih jam 8. Masih banyak waktu untuk sarapan dan saya akan langsung mengantarkan Anda ke hotel setelah itu."

Setelah menghela napas lega, Kwon Joo tersenyum, menganggukkan kepala. "Terima kasih, Detektif Cho."

Kwon Joo turun dari sofa ke pangkuan Derek, dengan posisi lutut menjepit pinggang pria itu. Kwon Joo menyadari ia masih berpakaian lengkap saat ini, begitu juga dengan Derek. Ia melingkarkan tangan di belakang leher Derek, menatap mata pria itu sambil menelengkan kepala dengan senyuman lebar.

"Kenapa?" Derek bertanya dengan manis, memeluk pinggang Kwon Joo.

Sambil menggigit bibir bawahnya Kwon Joo menjawab ragu. "Kemarin--"

"Tidak apa- apa," Derek menjawab, menempelkan ujung hidungnya ke hidung Kwon Joo. "Kemarin pasti melelahkan sekali untuk anda."

Kwon Joo menganggukkan kepalanya dengan senyuman malu- malu. "Semoga saya tidak membuat anda merasa--"

"Saya baik- baik saja. Semua sudah terkontrol."

Sekarang mata Kwon Joo berbinar dengan jahil. "Untuk sarapannya, bagaimana dengan makanan pembuka dulu?"

Derek menelengkan kepala tidak mengerti. "Sejak kapan sarapan memiliki 'makanan pembuka'?"

Kwon Joo menunjuk bibirnya sendiri. "Sejak saya menawarkannya pada anda?"

Dan Derek tidak menunggu satu detikpun untuk segera menikmati makanan pembuka yang ditawarkan.

Travel LogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang