Day Two - Green Palm Trees

98 14 1
                                    

Di jalanan Hollywood Walk of Fame, rombongan turis berjalan berlainan arah dengan mereka, sehingga Kwon Joo dan Derek terpisah. Kwon Joo berjalan di bagian trotoar yang paling dalam sementara Derek nyaris berjalan di luar trotoar. Meskipun terpisah, Derek tetap berjalan dengan mata memperhatikan Kwon Joo. Tentu saja ia tidak bisa membiarkan gadis itu hilang dari pandangannya.

Kwon Joo mendengar alunan musik dari sebuah toko, dan ia tahu Derek masih memperhatikannya, jadi ia masuk lebih dulu ke toko itu. Ia berjalan di antara anak- anak kecil, sesekali menahan ransel atau boneka anak- anak itu yang nyaris menyenggol barang di atas meja display.

Si pemilik toko, seorang wanita tinggi dengan senyuman lebar, menatap Kwon Joo dengan pandangan berterima kasih. Tokonya menjual banyak barang dari kaca, tapi entah kenapa kebanyakan tamu yang datang ke tokonya hari ini hanyalah anak- anak.

Seorang gadis remaja dengan rambut diikat ekor kuda mendekati Kwon Joo. Ia bertanya dengan manis. "Ada yang bisa saya bantu?"

Kwon Joo balas tersenyum, menatap meja display di dekatnya. "Belum ada. Kalau saya membutuhkan bantuan, saya akan memberitahumu."

Si gadis mengangguk riang, berjalan melewati Kwon Joo untuk menanyai tamu- tamu lainnya. Kwon Joo memperhatikan bola kaca berisi air dengan tulisan Los Angeles dan serbuk glitter yang ada di dalam lemari kaca.

"Anda menyukainya?" Tiba- tiba suara Derek bertanya di sebelahnya, membuat Kwon Joo sedikit terkejut.

"Bola kacanya memang cantik," jawab Kwon Joo jujur, lalu menoleh pada Derek dengan senyuman. "Tapi saya tidak terlalu suka membeli hiasan meja semacam ini."

Derek mengangguk- angguk. "Memang benda ini akan sangat mengganggu jika meja anda selalu penuh dengan berkas."

Kata- kata Derek membuat Kwon Joo tertawa kecil. Ia sama sekali tidak membantah.

"Centerjang," Derek melihat jam tangannya. "Sudah lewat jam makan siang. Apa anda mau makan sambil jalan- jalan? Atau kita makan dulu?"

Kwon Joo berpikir sejenak. Ia memilih untuk makan sambil jalan- jalan. Lagipula jalanan yang terbentang masih panjang, masih banyak hal untuk dilihat. Jadi Derek membelikan Kwon Joo dan dirinya sendiri burger, lalu mereka kembali berjalan bersebelahan sambil makan.

Setelah dari Sunset Strip dan membeli gaun untuk Eun Soo --juga menambah pengetahuan Derek tentang keberadaan tato Kwon Joo-- Derek mengajak Kwon Joo ke tempat ini. Tempat yang memang ingin dikunjungi oleh Kwon Joo.

Jalanan panjang dengan banyak nama di dalam bintang- bintang di trotoar. Kwon Joo memperhatikan bintang- bintang yang ia injak, membaca nama- nama, mencari selebriti yang ia tahu. Meskipun tidak banyak nama yang familiar, ia masih menemukan beberapa nama yang ia kenali.

Sambil berjalan menatap ke bawah, Kwon Joo mendengarkan suara di sekelilingnya. Sesekali ia menegakkan kepala jika ia mendengar suara speaker di dalam toko yang menarik perhatiannya. Ia mendengar alunan musik country dari dalam sebuah toko dan ia langsung ingin mengunjungi tempat itu.

Derek menunggu di depan toko dengan dua tangan memegang burger. Ada larangan membawa makanan ke dalam toko, jadi ia menunggu Kwon Joo di luar sambil membawakan burger yang baru dimakan setengah. Menunggu di luar bukan sesuatu yang menyenangkan, tapi ia sama sekali tidak keberatan jika yang ia tunggu adalah Kwon Joo.

Di dalam toko berjajar rak- rak dan lemari display kaca. Kwon Joo berjalan melewati meja display yang ada di tengah ruangan, menuju sisi kanan toko yang ditutup dengan rak- rak tinggi. Di salah satu rak berjajar berbagai macam topi baseball, dan Kwon Joo tertarik dengan salah satunya.

Topi baseball itu menggunakan bahan washed denim berwarna merah dengan tulisan Hollywood terbordir di depannya. Kwon Joo langsung teringat pada Detektof Goo saat melihat topi itu, jadi ia memutuskan untuk membelinya.

Saat berjalan menuju kasir, matanya menangkap sesuatu yang berkilau di meja display. Ia berdiri di depan meja, menatap benda berkilau itu dengan senyuman lebar. Benda ini mengingatkannya pada seseorang. Jadi ia mengambil benda itu dan membawanya juga ke kasir.

Derek sedang mengetukkan ujung sepatunya ke sebuah bintang di trotoar saat Kwon Joo muncul dari dalam toko, tersenyum lebar padanya. Ia balas tersenyum, lalu menyadari keberadaan kantong kertas di tangan Kwon Joo.

"Apa yang anda beli?" Derek bertanya ingin tahu sambil mengulurkan burger Kwon Joo pada pemiliknya.

"Topi untuk Detektif Goo," Kwon Joo menjawab sambil menerima burgernya. Ia memperhatikan tangan Derek yang masih terulur. "Saya akan masukkan ke ransel saja."

Derek menganggukkan kepala, menggigit burgernya. "Kalau berat, biar saya bawakan. Tolong beritahu saya kalau anda butuh bantuan."

Senyuman Kwon Joo sudah cukup untuk menjawab Derek, jadi mereka kembali berjalan sambil menikmati suasana. Sekarang hari sudah mulai sore dan pejalan kaki mulai berkurang, membuat Kwon Joo dan Derek bisa menikmati jalan- jalan mereka tanpa bertabrakan dengan orang lain.

Deretan pohon palem berjajar rapi di tepi luar trotoar, dan angin yang berhembus membuat suara gemerisik daun yang menyenangkan di telinga Kwon Joo. Ia berdiri di dekat sebatang pohon palem, mendongakkan kepala dengan mata tertutup. Telinganya sedang dibuai dengan suara angin dan daun saat suara klik membuatnya kehilangan konsentrasi.

Kwon Joo menoleh pada Derek, yang sedang memegang ponsel dengan kamera terarah padanya. Bukannya ia tidak suka difoto, karena memang tim Golden Time sendiri juga mengambil foto sesekali, tapi saat ini ia sedang menikmati suasana dan suara ponsel Derek mengganggunya.

"Maaf," Derek menyeringai, sama sekali tidak merasa bersalah. "Pose anda tampak sangat bagus tadi, cahayanya juga bagus--"

"Terima kasih," Kwon Joo menyela, lalu lanjut berjalan, meninggalkan Derek yang masih berdiri di depan pohon.

Derek jelas tidak ingin membuat Kwon Joo kesal, tapi sekarang pikirannya teralihkan oleh hal lain. Ia berjalan di belakang Kwon Joo dan otomatis matanya menatap punggung Kwon Joo. Ia kembali teringat soal tato yang ia lihat beberapa jam yang lalu, dan rasa penasaran nyaris menenggelamkannya jika Kwon Joo tidak berbalik di saat yang tepat, menatapnya.

"Apa anda mau es krim?"

Derek menelan rasa penasarannya, terbatuk, lalu menganggukkan kepala. Kwon Joo menatapnya dengan satu alis terangkat, jadi ia menyeringai, membuat Kwon Joo mengalihkan pandangan.

Mereka masuk ke sebuah toko es krim. Kwon Joo memilih cone waffle dengan es krim vanilla sementara Derek memilih Caramel Shake. Mereka menikmati es krim masing- masing sambil berdiri sebentar di depan toko.

Kaki Kwon Joo sudah mulai lelah, padahal biasanya ia berdiri di call center seharian dan ia sama sekali tidak merasa lelah. Mungkin ia lelah jalan- jalan. Biasanya ia berfokus pada telinganya, mendengarkan orang- orang yang menelepon 112, tapi hari ini ia hampir memakai semua inderanya sekaligus. Dengan mata, telinga, lidah, dan kaki yang terus berjalan.

"Anda lelah?" Derek bertanya dengan manis, membuat Kwon Joo menoleh. "Kita berangkat ke tujuan selanjutnya?"

Kwon Joo menatap Derek. Di belakang pria itu cahaya matahari yang sudah meredup membuat sekeliling kepalanya bercahaya, dan Kwon Joo baru menyadari betapa tampannya pria yang menjadi tour guide-nya itu.

"Centerjang?"

Seketika Kwon Joo tersadar. Ia mengangguk lalu mengalihkan pandangan kembali pada es krim-nya. 

Travel LogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang