Last Day - A Good Day

115 14 13
                                    

Semua barang sudah selesai dimasukkan ke dalam koper. Kwon Joo mengenakan kaus putih, jaket jeans, dan celana jeans panjang, dengan sepatu sneakers putih. Ia menyisir rambutnya di depan cermin di depan meja serbaguna di kamar hotel.

Kwon Joo menatap ponselnya yang tergeletak di meja di depannya. Ia duduk di kursi, menumpukan siku ke atas meja. Setelah berpikir untuk beberapa menit, akhirnya ia mengambil ponselnya.

Belum sampai dering ketiga terdengar, telepon tersambung.

"Hai, Eun Soo."

"Eonni!" suara ceria Eun Soo langsung membuat Kwon Joo tersenyum lebar. Terdengar gemerisik kertas dari seberang sana. "Eonni akan terbang kapan?"

"Dalam 4 jam lagi," Kwon Joo melihat arloji di pergelangan tangan kirinya. "Apa yang sedang kau lakukan? Aku tidak mengganggu tidurmu, kan?"

Eun Soo seperti sedang mengunyah sesuatu. "Tidak apa- apa Eonni. Aku sedang makan malam. Eonni sudah makan siang?"

"Belum," Kwon Joo menjawab, lalu berdeham. "Sebenarnya, ada yang ingin kutanyakan."

"Silakan," jawab Eun Soo. Ia sedang mengiris kimbab-nya menjadi potongan kecil.

"Soal Detektif Cho--"

Tiba- tiba Eun Soo menghela napas keras, membuat Kwon Joo sedikit syok. Tapi Eun Soo tidak membiarkan syok-nya mereda dengan berkata, "kalian berdua bukannya bertemu setiap hari? Kenapa saling menanyakan satu sama lain padaku? Tidak bertanya langsung saja pada orang yang bersangkutan."

"Apa maksudmu?"

"Detektif Cho menelepon untuk menanyakan soal Eonni. Kami sama sekali tidak membahas apapun selain Eonni, jadi jika Eonni mencurigaiku, itu tidak perlu," Eun Soo berbicara cepat tanpa menarik napas. Ia sampai tersedak sebelum melanjutkan kata- katanya. "Ingin tahu apa yang ia katakan?"

Kwon Joo menganggukkan kepalanya. "Beritahu aku."

Terdengar suara air dituang ke gelas, lalu gemerisik kertas, sebelum akhirnya Eun Soo menjawab. "Ia cemburu pada Do Timjang-nim, cemburu pada Moo Timjang-nim, dan..."

"Apa?" untuk kali ini saja Kwon Joo tidak bisa menahan diri untuk bertanya. "Apa lagi?"

"Tato."

Mata Kwon Joo langsung melebar. Ia meraba tulang belikat kirinya. Kapan pria itu melihat tatonya?

"Eonni," Eun Soo terdengar menahan tawa. "Detektif Cho jelas menyukaimu. Dan soal tato itu, aku juga tidak tahu karena aku tidak pernah melihatnya. Aku cukup syok Detektif Cho tahu soal tato Eonni."

Kwon Joo menelengkan kepalanya. "Apa maksudmu dengan kalimat itu?"

Eun Soo tertawa. "Aku hanya ikut penasaran dimana tatomu berada dan bagaimana Detektif Cho bisa melihatnya--"

"Aku juga tidak tahu," Kwon Joo menjawab dengan cepat tanpa memikirkan konsekuensinya.

Tawa Eun Soo terhenti. "Pria itu tidak melakukan apa- apa tanpa persetujuan Eonni, kan?"

"Semua dilakukan dengan persetujuan--"

"APA?!"

Kwon Joo tersentak kaget. Sepertinya ia kelewatan bicara. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan. "Sudahlah. Kau habiskan makananmu dan cepat tidur."

"Eonni!" Eun Soo berteriak penuh semangat. "Kalian setuju melakukan apa?! Apa saja yang sudah kalian lakukan?!"

"Berhenti berteriak, Eun Soo-ya," Kwon Joo memprotes, tapi tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk tidak tertawa. "Aku akan ceritakan saat kita bertemu."

"Eonni sudah janji, ya!" jawab Eun Soo riang. "Kalau begitu, tutup teleponnya. Hanya tersisa tiga jam untuk bersama Detektif Cho. Sampai bertemu! Hati- hati!"

"Iya, iya." Kwon Joo mengucapkan perpisahan lalu memutuskan sambungan. Ia tersenyum sendiri. Jadi rupanya pria itu menelepon Eun Soo untuk menanyakan tentang dirinya. Apa Derek sudah lama menyukainya?

Satu- satunya orang yang bisa menjawab pertanyaan Kwon Joo tiba tepat pada waktunya. Kwon Joo mendengar suara Derek dari balik pintu hotel, dan ia berlari menyeberangi ruangan untuk segera membukakan pintu.

Tanpa mengatakan apa- apa Derek menarik pinggang Kwon Joo ke pelukannya. Bahkan sebelum ia masuk ke dalam kamar.

"Detektif Cho," Kwon Joo tertawa, menarik diri, lalu meraih pergelangan tangan Derek. Ia menarik tangan Derek hingga mereka masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. "Apa makanan yang anda bawa untuk makan siang?"

"Ah, anda sudah lapar?" Derek dengan ceria meletakkan kantong kertas di tangannya ke atas meja di dekat pintu. "Saya membelikan kimbab untuk makan siang. Supaya anda tidak mendapat masalah pencernaan di dalam pesawat."

"Terima kasih," jawab Kwon Joo dengan manis, menerima gulungan kimbab yang dilapisi kertas aluminium foil. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mulai membuka makanannya.

Derek duduk di sebelah Kwon Joo, ikut melakukan hal yang sama. Mereka duduk dengan tenang, tanpa suara mengunyah makanan masing- masing.

"Apa ada hal yang ingin anda lakukan sebelum pulang?" Derek bertanya, menjauhkan kimbab yang baru ia makan setengah dan menutupnya lagi dengan kertas alumunium foil. Ia menatap Kwon Joo. "Mungkin ada yang ingin anda beli atau--"

"Saya sudah dengar dari Eun Soo kalau anda meneleponnya untuk menanyakan soal saya," Kwon Joo menjawab tanpa menoleh pada Derek. "Jadi saya ada satu pertanyaan."

Derek menganggukkan kepalanya. Tangannya menggenggam kimbab dengan gugup.

"Sejak kapan anda menyukai saya?" Kwon Joo menatap lurus ke mata Derek.

"Saya tidak tahu pasti," Derek tersenyum, mengalihkan pandangan dari Kwon Joo. "Tapi yang saya tahu, saat kita berpisah di dermaga pulau Vimo, saya merasa sangat sedih harus berpisah dari anda."

Kwon Joo menganggukkan kepala, kembali menggigit kimbab-nya.

"Saya juga ada satu pertanyaan," Derek kembali menoleh pada Kwon Joo. Saat gadis itu menganggukkan kepalanya, ia bertanya. "Apa arti tato anda?"

Dengan sedikit susah payah Kwon Joo menelan kimbab di mulutnya. Ia tahu kurang lebih apa yang akan ditanyakan oleh Derek, tapi saat pria itu benar- benar bertanya, ia tetap sedikit kaget.

Derek mengamati ekspresi Kwon Joo, lalu mengambil sebotol air mineral dari kantong kertas. Ia membuka tutup botol itu sebelum memberikannya pada Kwon Joo. Gadis itu minum dengan cepat, tapi tidak menjawab pertanyaannya bahkan setelah ia mengembalikan botol itu pada Derek.

Kwon Joo tersenyum dan Derek menganggukkan kepalanya. Ia ikut tersenyum sambil menutup kembali botol di tangannya. "Kalau begitu, lain kali anda harus ceritakan."

Kimbab Kwon Joo sudah habis saat Derek mengulurkan sebuah kotak berlapis kain velvet hitam padanya. Derek mengambil kertas pembungkus kimbab dari tangan Kwon Joo dan menggantinya dengan kotak itu.

Dengan senyuman kecil Kwon Joo membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah arloji. Kepala arloji itu berbentuk bunga dengan untaian rantai mungil berwarna perak. Karena ukurannya yang sangat mungil, Kwon Joo sempat salah mengira benda di kotak itu adalah gelang.

"Untuk memudahkan anda menghitung waktu sampai kita bertemu lagi." Dengan lembut Derek mengambil arloji itu dari kotak di tangan Kwon Joo. Ia menunggu sampai Kwon Joo melepaskan arlojinya sendiri dan mengulurkan pergelangan tangannya pada Derek.

Arloji itu melingkari pergelangan tangan Kwon Joo dengan cantik. Kwon Joo menatap arloji itu dengan mata berbinar- binar. Ia cukup terkejut ukuran rantai itu pas dengan pergelangan tangannya. Ia menatap Derek dengan senyuman manis.

"Anda suka?"

Kwon Joo mengangguk dengan semangat. "Terima kasih banyak, Detektif Cho."

Derek mengangguk dan tersenyum.

Travel LogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang