Taehyung dan Rosé itu mirip. Sama-sama keras kepala, sama-sama sableng, dan sama-sama bucin sampai ke sumsum tulang belakang. Makanya, mereka klop dengan satu sama lain. Istilah kerennya 'match made in heaven'. Ceilah. Namun, seandainya ditanya, sebab memiliki banyak kesamaan, apa mereka tidak memiliki perbedaan? Maka jawabannya adalah salah.
Soalnya, 1) mereka beda kelamin; 2) Taehyung tim bubur diaduk dan Rosé enggak; 3) Rosé doyan mi benyek puedeees naudzubillah, sementara Taehyung mi setengah mateng pake telor, sawi, plus cengek satu aja soalnya dia gak bisa makan pedes sama minumnya teh sisri gula batu pake es yang banyak—eh sori, kebablasan; dan 4) terakhir sekaligus paling berbahaya ialah perihal Taehyung yang doyan meremehkan sesuatu, sedangkan Rosé gak suka disepelekan sama sekali. Satu hal paling akhir tersebut bahkan pernah menjadi alasan dibalik pertengkaran keduanya, sampai nyaris putus segala.
Saat itu adalah masa-masa di mana Taehyung sedang sibuk-sibuknya di MAPALA. Dia merupakan salah satu anak baru di sana. Saban akhir pekan, ada saja agendanya buat mengapeli gunung di pulau Jawa. Dari Pangrango lah, Merbabu lah, Semeru lah, ini lah, itu lah, ke sini lah, ke situ lah. Lalu, sepulangnya dia akan mendatangi Rosé buat memberikan oleh-oleh berupa foto matahari terbit dan cerita super panjang yang diselingi banyak canda, tawa, serta satu-dua kecupan ringan. Ceilah part 2.
Sebenarnya, Rosé gak punya masalah dengan hobi Taehyung. Pacarnya itu terlihat bangga dan bahagia tiap kali membagi pengalaman perjalanannya. Tentang seberapa berat trek yang dilalui, mengenai seberapa riweuh teman-temannya, serta perihal seberapa cantik matahari yang berhasil bebas dari kukungan kabut dan awan di waktu pagi. Dituturkannya semua menggunakan seluruh otot wajah yang malah berseri-seri kendati gosong sebab terbakar matahari. Biji matanya berkilauan, tulang pipinya terangkat, bibirnya menyempatkan senyum di sini-sana. Gurat ekspresi sederhana yang entah bagaimana tampak begitu pas eksistensinya.
Kebahagiaan itu lantas menjalar ke udara, terangkut angin yang membelai epidermis Roseanne. Detik itu juga, si gadis terpapar. Dia bahkan tidak sadar ketika sudut-sudut bibirnya ikut-ikutan terangkat hingga membentuk kurva manis yang melebar dari pipi ke pipi, netranya turut berbinar, air mukanya secerah sulur-sulur sang surya yang mencoba menerobos kerindangan pohon di atas kepala mereka.
Aw. Padahal topik yang mau diangkat adalah tentang pertengkaran paling parah, tapi kenapa deskripsinya malah ngebucin, ya? Hmm. Parah.
Okay. Back to topic, sebelumnya Rosé enggak punya masalah dengan hobi Taehyung, sampai kemudian pada suatu hari Taehyung berangkat maraton gunung bareng kawan-kawannya di saat kondisinya sedang tidak fit. Padahal semalam sebelumnya lelaki itu mengeluhkan kepalanya yang berat dan pusing, suhu tubuh tinggi, serta ingus menyumbat lubang hidung.
Rosé mendengarkan keluh kesah Taehyung dari rumah bibinya di Semarang. Hari itu keluarga besar dari pihak ibunya mengadakan hajatan pernikahan, jadi dia tidak bisa absen buat merawat sang pacar yang menyerana sendirian di kosan.
Gadis itu menjauh dari kebisingan. Satu tangan mendekatkan ponsel ke telinga, sedangkan satu lainnya terangkat ke mulut, dia menggigiti kuku. Kekhawatiran merambat seperti benalu, mencekik hatinya. Di seberang telepon, makin lama suara Taehyung makin rendah, tersendat, diselingi batuk dan bersin, sebelum akhirnya hilang total, lalu sambungan telepon pun terputus.
Rosé menghubungi ulang berkali-kali, tapi gagal. Keningnya mencureng. "Taehyung, kenapa sih?" gumamnya. Percobaan panggilan terakhir masih dijawab oleh operator yang menginformasikan bahwa nomor Taehyung berada di luar jaringan. Ia mengganjur napas panjang selaku usaha menetralisasi panik, sayangnya tidak berhasil. Dadanya malah makin sesak, biji matanya memanas. "Aku harus gimana?" tanyanya pada diri sendiri, merana.
Selama acara, Rosé tidak seantusias sepupu-sepupunya. Sebentar-bentar matanya melirik arloji di pergelengan kiri, pangkal alisnya senantiasa bertemu, senyumnya sebatas ulasan separuh. Dia bahkan mengabaikan buket bunga yang dilempar Irene hingga seikat mawar putih itu jatuh di depan kakinya. Rosé mengerjap, lantas menendang halus rangkaian bunga tersebut. Dia nyaris didamprat Jennie dan dikepret Seulgi gara-gara hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/212504821-288-k884409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Dari Tiga
FanfictionKencing 1000 Mandi 2000 Alabyu 3000 sunscreamin, 2020.