14 | AMISYU TRITAUSEN

379 68 17
                                    

Pertengkaran tempo hari agaknya membuat Rosé marah besar. Terbukti dari sekian banyak penolakan yang dia berikan saban kali Taehyung mencoba menghubunginya. Tiap disambangi, entah itu di kampus ataupun indekos, sebisa mungkin Rosé berkilah lewat cara pura-pura sibuk serta memberi amanat pada penghuni kos lain kalau dia sedang berada di luar dan masih lama pulang, kendati sebenarnya sedang rebahan.

Pesan singkat dan telepon dari Taehyung pun bernasib sama: enggak ada yang dihiraukan. Rosé sendiri sampai muak menggeser simbol telepon warna merah terus-terusan gara-gara cowoknya itu enggak kunjung menyerah. Nah, untuk mengakalinya, dia menyetel lagu favoritnya sebagai nada dering. Makanya, telepon dari Taehyung selalu berujung dengan ajang karaoke bervolume menyaingi sound system hajatan. Akibatnya Rosé mendapat teguran dari sini-sana plus lemparan sepatu di pintu kamarnya; semuanya kompak menyuruh diam.

Lalu apa Rosé peduli? Oh, tentu saja tydack, kawan. Dia justru mengganti lagi nada dering yang awalnya lagu Bohemian Raphsody milik Queen itu jadi lagu opera, kemudian dia meringkuk di pojok ruangan sambil halu  bahwa dirinya merupakan Juliet Capulet yang tengah bergalau ria lantaran di-ghosting Romeo Montague. Sejenak, lemper yang sedang dimakannya pun terasa seperti voie gras (jangan tanya gimana asal-usulnya nasi ketan berasa hati angsa! Namanya juga halu ye kan).

Hari kelima, Taehyung berhenti mencoba. Dia menyerah setelah sekian banyak panggilan dan pesan tak terjawab. Di saat ponsel Rosé sepi, penghuni kos lain bersorak karena akhirnya mendapat ketenangan.

Rosé tepekur, duduk memeluk lutut di atas kasur sambil memandang handphone yang mati. Kepalanya menyenget ke samping. Dia menghela napas pendek sewaktu benaknya mulai memproyeksi pikiran negatif.

Barangkali, lewat cara ini hubungan mereka bakal selesai. Setelah tiga tahun lebih, mereka yang selalu baik-baik saja mesti pisah hanya karena Rosé terlampau khawatir dan Taehyung tidak bisa menempatkan diri di posisinya ... tapi masa iya?

Badan Rosé oleng. Dia jatuh dengan gerakan slowmo. Wajahnya dibenamkan ke bantal. Dia merengek, "Huweee, Mama. Enggak mau putus. Enggak mau pisah sama Taehyung ...."

Namun, ketika Lisa memberi tahu seseorang bahwa Rosé sudah pulang dari kampus dan siluet profil tajam yang dikenalinya sebagai Taehyung membayang di jendela tertutup gorden tipis, dia serta-merta meloncat dari kasur. Kepalanya celingukan ke sana-kemari, mencari tempat persembunyian. Bersamaan dengan kenop yang berputar, dia menyembunyikan diri di balik pintu. Menghadeh.

"Kosong, Lis," ujar Taehyung.

"Masa?" Lisa ikut cingak-cinguk di ambang pintu. "Tadi udah pulang kok," katanya. "Apa pergi, ya? Soalnya tadi janjian sama anak-anak mau beli lotek di depan. Coba tunggu dulu sebentar, paling bentar lagi juga balik."

Rosé memutar bola mata. "Bego si Lisa," sungutnya, lirih.

Parahnya, Taehyung menurut. Dimasukinya kamar kos Rosé sambil menutup pintu di belakangnya. Ketika dia berbalik, ya otomatis terbongkar lah persembunyian ceweknya.

Mereka bertatapan. Awkward abis.

"Kamu ngapain?" tanya Taehyung. Nadanya mengambang.

Rosé gelapan. Dia memukul dinding di samping dengan kepalan tangan. "Malu," jawabnya, judes.

"Malu kok sambil mukul-mukul tembok?"

"Ya kan malu. Tahu malu gak, sih? Memalu. Memukul dengan palu."

"Oh." Taehyung mengangguk-angguk, tapi bibirnya mencebik. "Bukan malu karena ketahuan sembunyi? Lagian kamu memalu, tapi mana palu-nya?"

Skakmat.

Wajah Rosé merah padam. Bibirnya mengerucut macam bebek. Ogah-ogahan, dia menghampiri pacarnya itu. Mereka duduk di karpet. "Mau ngapain?" tanyanya.

Yaelah. Sok-sokan banget deh, padahal tadi katanya kangen.

"Mau ketemu kamu lah. Mau ngapain lagi?"

"Kenapa mau ketemu?"

Taehyung menghela napas. Rosé ini kalo udah ngambek memang childish abis, untung dia sabar. Diraihnya tangan kanan cewek itu untuk digenggam erat. "Mau minta maaf," katanya. "Maaf karena bikin kamu khawatir, maaf karena kata-kataku bikin kamu marah dan sedih. Aku gak bermaksud kasar begitu. Aku cuma gak mau kamu mengkhawatirkan aku sebegitunya sampe kamu pun mengabaikan keselamatan kamu sendiri. Kalo waktu ngebut itu kamu beneran nabrak gimana? Kalo kamu kenapa-kenapa, apalagi karena aku, aku gimana?"

"Kamu jangan copy-paste kata-kata aku dong! Yang kreatif dikit kek."

Taehyung malah nyengir. "Intinya aku minta maaf, ya? Dimaafin kan? Maafin dong? Capek tahu marahan mulu sama kamu." Telapak tangan Rosé dibawa menangkup pipi. "Aku kan kangen," imbuhnya.

Rosé menghela napas. Ibu jarinya mengusap-usap pipi mas pacar. "I miss you too," akunya.

"I miss you three thousand." Taehyung menatap Rosé lekat. Mengatakan, "Saking kangennya, aku gak bisa berenti mikirin kamu. Pagi-pagi aku gak nafsu sarapan karena mikirin kamu, siang juga gak bisa makan karena masih mikirin kamu, sampe malemnya aku jadi susah tidur—"

"Karena mikirin aku?"

"—karena kelaperan."

Pipi Taehyung yang tadinya dielus sekarang digampar.

Bodo amat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kira-kira begitulah. Babay ^^

Kurang Dari TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang