Part-26

10 1 0
                                    

Melani's Apart.

Tulisan itu tertampang besar saat Aldebara akan memasukan mobil miliknya ke parkiran apartemen abangnya, Alvaro.

Aldebara langsung naik keatas dan membuka pintu dengan sandi yang sudah Alvaro berikan padanya, katanya bila sewaktu-waktu ada kepentingan dan Alvaro malas membuka pintu, Aldebara bisa langsung masuk tanpa memencet bel lama-lama.

Terlihat Alvaro tengah duduk diam dengan aura dingin yang sama sekali tidak dapat Aldebara tebak ada apa dengan Abangnya yang ceria ini.

"Duduk." Ucap Alvaro ketika melihat Aldebara hanya diam dengan raut wajah bingung.

"Kenapa? Bang."

"Lo, masih ga tau kesalahan lo?."tekan Alvaro membuat dahi Aldebara semakin mengerinyit tidak mengerti.

"Maksudnya? Gue baru aja tiba di Belanda dua minggu lalu Bang. Gue rasa, gue belum lakuin kesalaha." Jawab Aldebara.

"Itu masalah lo. Lo tau Meisya Putri kan? Lo bilang sama keluarga dia calon pacar lo kan?" Tanya Alvaro dengan raut muka terlihat emosi.

"Iya, tapi masalahnya, apa Bang?" Aldebara masih belum mengerti.

"Lo masih belum ngerti? ANJING!" Alvaro murka dan langsung membentak Aldebara yang terkejut semakin bingung.

"Maksud lo apa Bang?! Gue salah apa? Jelasin Bang! Gue ga ngerti, sumpah!." Aldebara terlihat termakan emosj Alvaro.

"Lo ga inget? Hah?! Dulu gue bilang gue suka cewek namanya Meisya! Lo lupa? Atau bego?!" Bentak Alvaro emosi.

Aldebara langsung membisu. Aldebara ingat, Abangnya yang memang susah dekat dan suka terhadap perempuan, pernah menceritakan bahwa ia menyukai seorang perempuan. Adik kelas, dan bernama Meisya.

Tapi, sungguh. Aldebara tidak tahu bahwa yang dimaksud Abangnya itu, Meisya yang sekarang telah juga merenggut hatinya. Sekarang Aldebara semakin resah. Cintanya saja, belum tentu diterima pujaan hatinya. Masalah datang dengan Abangnya yang juga menyukai perempuan yang sama.

"Sorry, Bang. Gue gak tahu." Ucap Aldebara menunduk.

Emosi Alvaro mereda melihat adik yang ia sayangi menunduk sedih. Alvaro tidak tega, tapi, ia juga tidak bisa melepas perjuangan Meinya. Alvaro sudah cukup mengalah untuk Satria yang tidak tahu diri itu! Sekarang tidak lagi, ia akan memperjuangkan Meisyanya.

"Sorry dek. Gue gak ngalah buat yang ini." Alvaro ikut duduk di samping Aldebara yang masih menunduk.

"Gapapa Bang. Gue juga masih tahap kagum kok. Belum jauh." Aldebara mengangkat wajahnya dan memberikan senyum menenangkan untuk Abangnya Alvaro, meski di lubuk hatinya, Aldebara juga merasakan patah hati sebelum jadi.

Depok, Indonesia.

Di bagian wilayah Bumi lain terdapat seorang laki-laki tengah menatap layar laptop dengan hidmat. Jari-jari kokohnya menari dengan lancar di sana. Pikirannya khusu yang hanya tertuju dengan soal di layar laptopnya. Satria Haluganesa, nama itu tertulis di bagian paling atas sebelum memperlihatkan soal-soal Matematika di bawahnya.

Ya, Halu. Belajar dengan fokus dan bahkan ikut mengambil semester pendek agar lulus dengan cepat. Halu tidak sabar untuk mendapatkan segalanya. Bukankah untuk mendapatkan sesuatu dengan cepat diperlukan juga usaha yang keras?

Halu sangat yakin. Ia akan lulus dengan cepat dan akan segera mengakhiri drama-drama sialan di dalam hidupnya. Suatu hari, hanya ada ending yang bahagia yang akan menemaninya. Hanya ia, dan seseorang yang paling ia cintai bersamanya hingga tutup usia, dengan Ayah, dan kedua orang tua perempuan yang ia cintai akan menjadi saksi ending bahagia cerita mereka.

Halu adalah tipikal orang yang tidak sabaran. Untuk mendapat apa yang ia inginkan, detik itu juga Halu akan berusaha keras agar lebih cepat mendapatkan harapannnya.

Meregangkan tangan karena terlalu lama mengutak-atik jarinya di laptop, Halu akhirnya dapat menyalesaikan ujiannya dengan baik. Halu berharap ia akan lulus bahkan sebelum atau kurang dari waktu tiga tahun.

Halu mengambil ponsel miliknya yang tepat berada di samping laptop, membuka dengan sidik jarinya dan langsung disuguhkan walpaper seorang perempuan yang tersenyum manis kearah kamera.

Meisya Putri Mahendra, miliknya Satria Haluganesa.

Itu adalah tulisan di bagian bawah, tepat pada rok yang dikenakan perempuan itu dalam potretnya.

Halu hanya bisa tersenyum sendu, ia sangat ingat kapan mencuri poto itu, saat Halu merajuk karena terdapat Alvaro tengah tertawa bersama Meisya di sofa, Halu langsung menarik Meinya dan membawanya kedalam kamar tanpa memperdulikan Alvaro sialan waktu itu.

Halu tersenyum mengingat Ia dan Meisya tertidur dalam satu selimut yang sama dan tubuh yang saling menghangatkan. Meinya saat itu tertidur di dalam pelukannya. Dan saat Mei tidur, Halu banyak mencuri foto Mei dan langsung mengirimkan kedalam ponsel miliknya.

Sungguh, Halu sangat merindukan Mei saat ini. Merindukan kenangan bersama. Merindukan tingkah lucu dan polos Mei yang selalu membuatnya gemas. Merindukan segalanya dari Meinya. Ya, Mei masih miliknya, tidak ada kata putus dari mereka bahkan dari kecil bukan? Halu tersenyum pahit, semoga saja Mei tidak tergoda pria lain di mana pun ia berada. Pria yang mungkin lebih baik darinya. Halu tidak bisa hanya untuk membayangkan saja jika Meinya bahagia bersama pria lain. Tidak. Tidak akan Halu biarkan itu terjadi.

"Tunggu aku, sayang."

Kringg.. kringg...

"Ya?" Halu langsung mengangkat panggilan yang masuk saat dirinya masih terjebak dalam pikiran cintanya.

"Sorry, bro. Semua penerbangan yang dipegang bokap gue, gaada nama Putri sekeluarganya."

Halu langsung memutuskan panggilan tanpa tahu orang yang menelponnya barusan mencak-mencak tidak jelas di tempatnya.

Bahunya langsung melemas, kemana Meinya pergi? Kenapa tidak memberitahu atau memberinya sedikit informasi. Setidaknya keberadaannya yang Halu ingin ketahui.

Halu bisa berusaha datang ke tempat Mei saat libur, Halu bisa berlari memperjuangkan Mei. Seandainya ia tahu di mana Meinya berada.

"Kamu di mana Mei. Please, jangan buat aku menderita dengan kepergian kamu yang bahkan aku tidak tahu kemana tempatmu pergi." Bahu Halu meluruh.

Ini semua memang takdir yang Allah rencanakan. Tapi, Takdir itu semakin rumit saat ia ingat ada satu orang penyebab semua kehancurannya terjadi. Mayang. Ia akan membalas semua perbuatan Mayang.

Mayang, si pembuat kenapa ibunya langsung percaya dan ingin menjodohkan dirinya dengan wanita busuk itu.

Mayang, bahkan wanita itu sangat busuk hingga membunuh ibu kandungnya sendiri. Halu meringis mengingatnya.

Mayang, karena wanita busuk itu, Halu harus mendengar kenyataan pahit yang menimpa orang yang sangat ia cintai, Meinya kehilangan kemampuan untuk berjalan. Walau Halu percaya, suatu saat Meinya akan sembuh seperti sebelumnya.

Dan karena wanita busuk itu, Meinya meninggalkannya, dan pasti dengan kebencian untuk dirinya, Halu semakin pening membayangkannya. Sungguh, saat ini, ia berada di titik kehancuran jika Ayahnya tidak menyadarkan bahwa ia masih bisa menggapai Meinya dengan usaha.

"Makasih Ayah, Halu pasti bisa bawa Mei lagi kedepan Ayah. Halu pasti akan mendapatkan ending bahagia itu, Halu janji." Itu yang Halu ucapkan saat Rizki, Ayahnya menopang dirinya saat ia sudah yakin tidak mau bangkit dari kehancuran itu. Namun, sekarang tidak lagi, Halu akan berusaha keras untuk mendapatkan apa yang ia mau. Halu berjanji, Halu akan mendapatkannya dengan secepatnya.

"Dan buat lo, Mayang, wanita busuk. Lihat pembalasan yang bakal gue berikan."

Siap siap yaa Mayang..

Nih saya sempetin Update sebelum mau belajar.

Mau bikin penawaran ga?

Jadi, saya mau Update tiap seminggu sekali, ada yang mau nawar buat Update hari apa? Yukk komen di sini.

Semangatin dong belajarnya wkwk

Jangan lupa aamiin in biar saya juga lulus UTBK 2022, aamiin. Hehehe.

HaluMeisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang