Part-28

5 4 0
                                    

4 Tahun kemudian..

Sudut bibir seseorang terangkat lebar. Tidak, persisnya hanya menyeringai. Jantungnya membuncah bahagia, akhirnya setelah berusaha selama 4 tahun, usahanya membuahkan hasil.

Hartanya sudah bergelimpah sekarang. Wajahnya semakin tampan dengan ditumbuhi rambut tipis di antara hidung dan bibirnya. Dengan rahang kokoh dan bahu yang tegap membuat semua orang tidak bisa melewatkan menatapnya saat ia turun dari pesawat.

Dunia seakan berhenti, pesonanya mampu membuat orang-orang di sekitarnya berdiri kaku. Mata mereka fokus pada objek di depannya yang sungguh tidak bisa dilewatkan begitu saja.

"Mari, jemput lo sayang." Ucapnya dengan bibir yang semakin menyeringai lebar.

Ga takut sobek tuh, wkwk.

Ia memasuki mobil yang memang sudah ditugaskan menjemputnya. Duduk di mobil dengan tenang, seakan impian itu memang sudah berada di depannya.

Satria Haluganesa.

Siapa yang tidak mengenal nama itu? Namanya sudah terkenal di beberapa negara dengan usaha busana nya yang sudah melejit naik terkenal setengah pelosok dunia.

Setelah menempuh pendidikan dua tahun dengan menyandang gelar yang susah didapatkan. Akhirnya Halu lulus dengan nilai claumde di Universitas Oxford.

Bahkan saat lulus sarjana pertama, Halu langsung memulai bisnisnya dibantu modal dari Ayahnya Rizki.

Ayahnya, mengingat itu hati Halu sedikit sakit. Rizki meninggal enam bulan yang lalu karena kecelakaan yang direncanakan Mayang.

Wanita itu, sudah berapa kali wania sialan itu menghancurkan hidupnya. Bahkan, orang terakhir keluarganya jalang itu bunuh. Saat mengetahui Ayahnya dibunuh oleh Mayang. Halu langsung datang ke rumah wanita itu dan kalap hampir membunuhnya, untung saja sekertarisnya datang dan menenangkannya. Mayang sekarang sudah membusuk di penjara. Halu tidak ingin mendengar nama jalanng sialan itu lagi. Biarlah yang kuasa membalas semua perbuatan keji nya.

Mobil yang ditumpangi Halu berhenti di sebuah perumahan klasik ala Belanda, ya. Setelah mencari tahu kemana kepergian Cintanya selama empat tahun, akhirnya ia menemukannya di negara berkincir angin itu.

Halu tidak langsung kerumah yang telah disewanya, ia harus melihat belahan jiwanya agar hatinya sedikit membaik.

Halu menunggu di depan gerbang tanpa memencet tombol bel di depannya. Ia terlalu takut wanita yang ia cintai akan kabur lagi karena melihat dirinya yang brengsek.

Biarlah Halu mendekatinya pelan-pelan. Agar Meinga, cintanya, belahan jiwanya, bisa kembali dengan dirinya. Untung saja Mahendra, Ayah Meisya berbaik hati mengijinkan ia kembali bersama Mei, walaupun harus dengan perjuangan sendiri. Mahendra hanya menyebutkan bahwa Meinya masih tidak ingin membuka hati untuk siapapun lagi. Mendengar itu, Halu bersyukur.

Setelah sekitar setengah jam Halu diam seperti orang hilang, akhinya yang ditunggu datang. Jantung Halu berdebar dengan cepat, hatinya sedikit ngilu melihat orang yang sangat ia cintai berjalan dengan masih dibantu kursi roda.

Mei-nya di sana. Tengah berusaha mendorong kursi roda ke halaman depan rumahnya, Meinya semakin cantik dengan perubahan yang sangat drastis terakhir kali Halu lihat.

Rambutnya panjang diurai, dulu rambut itu pendek sebahu. Kulitnya semakin cerah dan tubuhnya yang langsing membentuk. Wajahnya yang semakin cantik saat terakhir kali ia rangkum wajah itu. Segalanya, sungguh! Meinya semakin sempurna di mata Halu. namun saat mata indah itu mengalihkan pandangan, dan--

Srett

Tepat kearahnya. Jantung Halu rasanya ingin melompat keluar, hatinya memancar resah, takut cintanya semakin jauh karena ia berhasil menemukannya setelah penantian empat tahun.

Tapi, saat perlahan kursi roda itu terdorong semakin cepat kearahnya, dan tatap mata indah itu terlihat berkaca-kaca. Halu menyerah, ia berbalik akan pergi. Tapi, sebuah suara memanggilnya dengan kencang, menghentikan langkahnya membuatnya kembali menoleh ke belakang.

Meisya Putri POV

"Mei, sekarang makin cantik aja. Belum ada niat ngenalin siapa gitu ke Ayah." Goda Mahendra saat melihat putrinya tengah menyisir rambut.

Meisya menoleh sembari tersenyu. "Ayah. Mei baru aja kuliah semester empat. Masa udah gitu aja si."

"Iya, kan siapa tahu mau nyicil." Ucap Mahendra terkekeh dibalas gelengan kepala Meisya.

"Bunda masih di dapur Yah?" Tanya Meisya karena sudah sejak satu jam ia tidak melihat Bundanya itu.

"Iya, kenapa?"

"Ga papa Yah. Mei mau lihat bunga dulu ah, di depan."

Mahendra hanya mengangguk kaku. Dari pagi tadi, Mahendra dan Elisa terus menemani putri kesayangan mereka. Ayah dan Bundanya Meisya itu tahu bahwa ada seseorang yang akan datang dari masalalu Mei hari ini.

Ya. Halu mengabari Mahendra bahwa ia sudah menemukan tempat mereka. Dan berjanji akan kesana secepatnya. Namun, Mahendra tidak menyangka usaha Halu akan sebesar ini. Mahendra dan Elisa tidak membenci Halu, mereka tahu, Halu hanya korban dalam kejadian empat tahun lampau.

Mei mendorong kursi roda dengan pelan. Saat sudah di depan halaman rumah, Mei tersenyum karena walaupun daerah perumahan mereka termasuk kota, tapi Ayahnya itu sangat pintar karena membeli sebuah rumah dengan halaman cukup lebar di depannya. Meisya melihat bunga-bunga yang ditanam Bundanya mekar dengan segar. Mengalihkan tatapnya kearah lain, Mei membeku. Di sebrang sana, Mei melihat seseorang yang seperti ia kenali. Seseorang yang dangat ia rindukan kedatangannya. Berharap waktu itu kembali dan Mei mau mendengar penjelasannya.

Mei mendorong kursi roda dengan cepat. Air matanya seperti berdesakan ingin keluar saat Mei menyadari orang yang di sebrang rumahnya memang Halu. Dengan tubuh dibalut jas berwarna abu dan celana kain senada. Tingginya bertambah beberapa senti dengan rambut tipis di bawah hidungnya. Halunya semakin tampan dari yang terakhir ia lihat. Namun, bukan itu fokusnya. Ia hanya ingin segera memeluk tubuh tegap itu dan meminta maaf karena pergi tanpa tahu kejadian yang sebenarnya.

Tapi, tubuh jangkung itu tjba-tiba membalikan badan membuat Meisya reflesk memanggilnyan dengan suara keras.

Author POV

"HALUUU!" teriak Meisya membuat tubuh itu kembali menengok kearahnya.

Halu mematung saat melihat Meinya tepat berada di depannya. Ia menundukan kepalanya menunggu reaksi Meisya selanjutnya walaupun Halu tidak tahan ingin segera merengkuh tubuh ringkih itu.

"Kangen." Kata itu yang Halu dengar setelah kata pertama yang Mei ucapkan daat memanggilnya.

Apa Halu tidak salah dengar? Apa benar Meinya menyebutkan bahwa ia merindukan Halu? Apa ini bukan mimpi yang sering mendatanginya ketika malam? Sungguh, Halu ingin mendengarnya sekali lagi sebelum akan mendekap erat tubuh di depannya ini.

"Haluuu. Mei kangen." Ucap Meisya sekali lagi dengan air mata yang sudah jatuh di pipi nya.

Tanpa banyak berkata, Halu langsung berjongkok dan memeluk tubuh itu erat. Mengecup berkali-kali puncak kepala Meisya dan menghirup besar-besar aroma tubuh yang sangat ia rindukan.

"I miss you more." Bisik Halu pelan.

"Ma-maaf Halu." Meisnya mengeratkan pelukan mereka. Halu menggeleng mendengar itu. Ia yang bersalah atas semuanya.



Next ga nih? Wkwk

Padahal saya lagi PTS lhoo, tapi kok update? Yaudah deh gapapa bonus hehehe.

HaluMeisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang