Happy Reading...
***
"Kenapa disini terasa sesak, padahal aku tak punya penyakit asma" Renjun memegang dadanya.
***
Jeno hendak mengejar Renjun. Tapi tangannya ditahan oleh Shotaro.
"Oppa mau kemana, bukankah kita sedang double date"
Jeno melepaskan genggaman tangan Shotaro.
"Maaf sepertinya..." Namun Shotaro kembali menahannya lagi.
"Biarkan saja adik Oppa pergi, mungkin dia akan ada acara dengan pacarnya oppa"
"Dia bukan...."
"Kalau oppa tetap memaksa mengejarnya. Ayo aku temani" ucap Shotaro.
"Shotaro lebih baik kamu menunggu disini aja" ucap Mark
"Iya" ucap Haechan menyetujui perkataan Mark.
Namun Shotaro tetap menarik Jeno keluar dari cafe. Jeno pun hanya menurut saja, karena Jeno ingin cepat menemukan Renjun.
Jeno beberapa kali memanggil Renjun namun tak ada jawaban dari Renjun.
***
Hari ini suasana jalan macet, mungkin karena weekend banyak yang bepergian. Dia melirik kanan dan kiri jalan, sampai dia menemukan seseorang yang telah berjalan dengan cepat.
"Bukankah itu istrinya Jeno, kenapa jalannya cepat sekali" dia terus memperhatikan istri sahabatnya yang 'cantik'. Dia terus memperhatikan istri sahabatnya "apakah dia menangis"
Pada akhirnya dia mengikuti istri sahabatnya, dan berhenti di taman kota.
"Hi... Bukankah kau Renjun"
Renjun mengangkat kepalanya, dan melihat orang yang berada di depannya.
"Akh, kau yang semalam itu kan?"
Dia tertawa "bahkan kau tidak menyebutkan nama ku"
"Emmhh Ja..jae..."
"Na Jaemin" ucap nya cepat.
Tampak sepasang kekasih, akh bukan kekasih sepertinya. Mendekati Jaemin dan Renjun.
"Kau jangan pergi terlalu jauh, kau kan belum mengenal Seoul dengan baik"
"Itu tak masalah, aku bisa bertanya kepada orang lain"
"Kau ini tanggung jawabku, bagaimana jika kau tersesat"
"Oppa, sudahlah bukankah adik oppa sudah besar"
Mendengar Shotaro berbicara seperti itu, Jaemin bisa memahami situasinya. Jaemin segera menarik Shotaro dari keributan rumah tangga orang.
Jaemin merasa bersalah karena mengenalkan Shotaro kepada Jeno yang nyatanya sudah memiliki istri. Jeno juga salah kenapa dia tak mengenalkan istrinya kepada teman-temannya.
Awalnya Shotaro enggan untuk pergi dari situ, Shotaro sudah nekat akan lebih berusaha mendekatkan dirinya kepada Jeno. Namun Jaemin mengganggunya.
Namun saat Jaemin mengucapkan "jangan ikut campur dalam masalah rumah tangga orang" Shotaro terdiam dan mengikuti saran Jaemin.
Hingga akhirnya Shotaro pergi jalan-jalan bersama Jaemin. Jaemin menjelaskan bahwa Jeno telah menikah. Shotaro kesal kepada Jaemin yang telah mengenalkan seorang laki-laki yang sudah beristri.
***
"Aku pikir kau memberi tahu kepada Shotaro jika double date itu tidak jadi"
"Aku lupa oppa"
"Aissshh, aku jadi merasa bersalah kepada istrinya Jeno" ucap Mark.
***
Malam semakin larut, tapi Renjun belum saja tertidur, ia masih duduk pinggir tempat tidurnya. Saat pulang dari taman, sebetulnya Jeno telah menjelaskan bahwa perempuan itu adalah temannya Jaemin.
Jeno juga menjelaskan saat belum menikah, Jaemin mengenalkannya, meski Jaemin mengenalkannya Jeno tidak tertarik kepada gadis yang bernama Shotaro.
Mengingat itu semua Renjun termenung, 'apakah benar seperti itu?'.
"Kau belum tidur, tidurlah ini sudah larut malam" kata Jeno sambil menepuk bantal disampingnya.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Aku merindukan teman-teman ku China"
"Setelah kita mengadakan resepsi pernikahan kita akan ke China"
"Tapi itu lama"
"Resepsinya dua minggu lagi. Cepatlah tidur"
Renjun membaringkan badannya di samping Jeno, namun perutnya seakan tertindih sesuatu. Saat Renjun membuka selimutnya tangan Jeno berada diatas perut Renjun. Jeno memeluk nya dengan sangat posesifnya.
Renjun yang awalnya menatap langit-langit, kemudian membalikan badannya menatap Jeno. Tangan Renjun menjelajahi muka Jeno, mengibaskan rambut Jeno yang menutupi matanya. Sampai saat tangannya menyentuh bibir nya Jeno, Renjun teringat saat dirinya dan Jeno mengucapkan janji suci.
Jeno menciumnya dengan manis, pipi Renjun bersemu merah mengingat itu... Dan
Chuuuuu
Renjun tersentak saat Jeno mencium nya dengan sangat cepat.
"Jangan memancing oppa, cepatlah tidur"
Renjun langsung memejamkan matanya, dia malu. Renjun pikir Jeno sudah tidur.
Jeno semakin mendekap Renjun, sehingga tak ada celah. Hanya kain yang menjadi pembatas diantara mereka.
***
"Aku harus menyusul Renjun ke Korea. Rindu ini benar-benar menyiksa. Tapi aku terlalu takut Renjun menolak ku untuk yang ke dua kalinya"***
TBC