Extra Part - Balikan? No, I Cant Love Myself

201 54 15
                                    

Pergi ke rumah dan rebahan adalah salah satu cara terbaik untuk tenang.

Kai frustasi sekali. Kalau sudah begini, emosinya jadi tak terkendali. Cowok itu jadi kesal dengan semua orang dan merasa tak seorangpun berpihak padanya.

Kai merogoh kunci di saku dan berniat membuka pintu rumah. Tapi ternyata, pintunya tak terkunci. Ia jadi heran, padahal tadi pagi cowok itu sendiri yang menutup pintu.

Apa hantu yang membuka pintu?

Jangan-jangan maling?

Sejak kapan maling punya kunci serep?

Dengan penasaran, ia masuk tanpa salam. Ia celingak-celinguk, barangkali ada Kayla atau Mbok Darmi yang kembali dari pulang kampung. Tapi, hening.

"TERCIDUK KAMU!"

"Heh?!"

Suara high heels terdengar keras menuruni tangga, mengagetkan Kai yang mengira rumah kosong. Cowok itu menatap wanita yang berjalan dengan anggun menghampiri dirinya.

Bu Laras. Mamanya.

Entah sejak kapan.

Cowok itu tercekat.

"Mama ke sini buat ambil berkas yang ketinggalan. Nggak taunya harus ngeliat kau. Kau lagi, kau lagi."

Kai menelan ludah. Ini tidak terjadi sekali, namun reaksinya selalu sama. Setiap mamanya kelelahan akibat bekerja, bawaannya jadi marah-marah mulu. Kayak cewek PMS, tapi PMS-nya tiap hari.

"Mama capek?"

"Iya capek. Mama udah capek sama kamu!" Mamanya yang kesal memilih membanting sebuah vas sebagai pelampiasan kekesalannya. "Kenapa sih, Mama harus ngelahirin anak kayak kamu? Beban keluarga doang. Contoh tuh, tokoh-tokoh wattpad! Mereka lulus S3 di usia 15 tahun! Bisa banggain orang tua, bikin perusahaan sendiri! Kamu kapan?!"

Sejak kapan kehidupan Kai jadi angst begini?

Ibarat buah simalakama, kalau diem Kai bakal makan hati. Kalau bantah, dia dikutuk jadi batu.

Kai memilih pilihan pertama.

"Mama malu punya anak kayak kamu. Nggak bisa diandalkan. Nyusahin. Kecelakaan, lagi! Ngabisin duit tau, nggak?! Untung motornya gapapa."

Apa motor lebih berharga dari nyawa Kai? Benarkah?

"Aku nggak sengaja."

"Alah, alasan terus. Bikin salah terus! Tapi apa? Nggak berubah! Semua cowok tuh sama aja!"

Kejadian demi kejadian membuat dada Kai terasa sesak. Sial sekali dia hari ini. Ditolak Najwa, dimarahin Alvaro, dibentak mamanya pula. Besok ia juga pasti akan dimarahi guru BK karena bolos. Sempurna.

Dunia ini terasa menyebalkan, dan mendadak Kai benci semua itu.

Perasaannya berkecamuk.

Kenapa sejak dulu Mamanya tidak pernah mencoba memahami?

Setelah kehilangan sang papa, Kai mengubur mimpinya di tata boga dan masuk IPA demi mamanya. Tak peduli meskipun ia jadi bodoh karena tak paham hitung-hitungan. Namun, hanya cacian yang dia dapat.

Menyedihkan.

"Bukannya bagus kalau kau mati sekalian? Jujurly, Mama bakal jauh lebih bahagia kalau kamu nggak ada."

Ngilu.

Pilu.

Apa semua mama di dunia ini begitu?

Pacar Unfaedah 2 (SUDAH TERBIT ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang