Extra Part - Maaf, Nggak Balikan

211 64 7
                                    

Aku berada di situasi yang membagongkan.

Kai bercanda, kan?

Apa dia lagi mabok?

April Mop masih lama, kenapa dia ngeprank aku kayak gini?

"Jauhi Kai. Jangan perdulikan dia. Cuekin dia. Kalo perlu, cari cowok lain. Balikan aja dengan cowok Nobita itu. Tapi jangan Kai. Janji?"

Itu membuatku gugup. Padahal, kalau saja janji itu nggak pernah ada, aku pasti akan cepat bilang iya. Bagaimanapun, aku masih belum move on. Cowok keren yang mau sama aku cuma Kai, nggak ada lagi.

"Aku ... Aku ... Aku--"

"AWAS!"

Kai tiba-tiba menghadangku, dan membuat sesuatu kini terlempar ke arahnya. Aku yang dari tadi menunduk, kaget melihat bola boli yang terlempar ke kepala Kai.

Brak!

"Kau ini gimana, sih? Kenapa lemparnya bar-bar banget?" Seseorang berada di lapangan, kini memarahi temannya yang melempar sembarangan. "Bolanya kena cogan, tuh!"

"Beneran? Waduh, gimana kalo terjadi sesuatu pada wajah gantengnya?!"

"Pokoknya kalau dia minta ganti rugi buat operasi plastik, aku ga tanggung jawab!"

"Oke, aku minta maap sekarang!"

Kedua orang yang tadi bermain voli, mendekatiku dan Kai. "Maaf, aku nggak sengaja! Apa kau kekurangan darah? Mau kupanggilkan ambulans? Mau kuanter ke rumah sakit terbaik?"

Kejadian itu bikin aku bengong.

Aku jadi teringat awal-awal aku pacaran dengan Kai. Bedanya, aku kena bola voli lemparan Kai dan pelemparnya nggak punya niat baik untuk minta maaf.

Dunia emang nggak adil.

Mereka hanya peduli pada yang berparas baik.

Coba kalo aku yang kena, pasti aku yang disalahin karena nggak hati-hati.

"Gapapa, kok," ujar Kai. "Dinosaurus, ayo anter aku ke UKS."

"Jauhi Kai. Jangan pedulikan dia. Cueki dia."

Aku teringat janjiku pada Fida, tapi aku menggelengkan kepala. Aku nggak bisa nyuekin dia. Aku khawatir, apalagi dia udah nolong aku. Lemparan bola itu cukup keras, dan jika aku yang kena mungkin saja aku kehilangan nyawa.

Aku berdosa karena aku ngelanggar janji itu nggak, ya?

Aku nggak bisa nyuekin Kai.

Gapapalah, cuma sekali.

Paling kena api neraka dikit.

Aku menghela napas. "Yaudah, ayo."

***

"Apa kau berantem lagi?" tanya seorang penjaga UKS cantik yang jaga di sana. "Sini, biar kuambilin obat merah. Ada keluhan lain? Ada gejala mual-mual? Pusing? Muntah? Morning sickness?"

"Gejalanya kayak orang hamil," cibirku.

"Buat jaga-jaga aja. Ada keluhan?"

Kai meringis. "Aku nggak berantem. Kena bola voli."

"Jahat banget ya, yang ngelempar?" Petugas UKS itu mengambil kotak obat. "Apa keluhanmu? Biar aku cariin obat terbaik."

Aku sedikit sedih karena aku baru sadar bahwa yang peduli pada Kai ternyata banyak, tapi aku nggak punya hak untuk marah.

Pacar Unfaedah 2 (SUDAH TERBIT ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang