Jay POV
"Saem, Tolong terima ini!" Wanita bertubuh mungil, dengan baju sekolah dan rambut yang di ikat dengan pita pink, memberikanku sebuah surat berbentuk love berwarna sama dengan pita rambutnya.
Aku langsung mengernyitkan dahi. Mengambil surat dari tangannya. Kedua teman wanitanya yang berada di belakang dia, tersenyum senang melihat aku menerima surat darinya
"Apa ini?" Aku kembali mengunyah permen karet yang tadi kubeli di supermarket dekat sekolah. Sudah 2 jam kira-kira lamanya aku mengunyah permen karet.
"Saem baca dulu," katanya dengan wajah malu-malu.
"Aku hanya perlu jawaban ya atau tidak" Mendengar perkataannya aku langsung membaca surat 1 menit yang baru saja ia kasih. Wow, surat cinta, lagi. Gila bukan? Murid menembak guru sendiri. Memang umurku dan mereka hanya berbeda 7-9 tahun. Tapi tetap saja aku tidak minat dengan murid, apalagi dia perempuan. Ya, Aku Gay. Memang bahaya jika murid atau guru-guru tau tentang penyakit kecilku ini. Untung saja aku bukan orang yang gampang menyebar rahasia diriku sendiri Aku membaca surat dengan tinta berwarna biru dan membacanya hingga selesai. Baru 6 bulan lalu aku bekerja di sekolah ini. Tapi sudah 100+ surat yang ku terima. Dari yang cantik populer sampai cantik kutu buku. Mungkin karena jarak umurku yang tidak jauh beda, dan juga gampang bergaul dengan mereka. Banyak juga yang bilang bahwa aku adalah Guru terkeren di sekolah.
Aku menatapnya lembut, tersenyum kecil dan mengembalikan surat berwarna pink ini.
"Siapa namamu?"
"Namaku? Ningning!" Katanya penuh antusias. Senyum tidak hilang dari bibir pinknya. Melihat muridku tersenyum membuatku ikut tersenyum juga.
"Ningning, maaf. Aku hanya menganggapmu sebagai murid," Aku mengusap kepalanya pelan. "Jika aku menerima mu, aku tidak bisa bertemu dengan kalian lagi. Termasuk kau Ningning" Senyum Ningning menghilang, dan ya, wanita selalu menangis jika cintanya ditolak.
"Jangan menangis. Banyak sekali wanita menangis karenaku, aku jadi merasa bersalah. Lagi pula kita masih bisa berteman" Aku merayu Ningning yang sudah mengeluarkan wajah sedihnya dan bersiap menangis. Baiklah, aku stress. aku tahu aku Gay, tapi aku tetap tidak ingin menyakiti perasaan wanita. Rasanya sakit sekali jika melihat wanita menangis karenaku. Walaupun ini sudah terjadi berapa kali, memang dasarnya aku bodoh dalam hal seperti ini, tetap saja aku tidak bisa menanganinya.
"Ningning, dengar," Aku menarik dagunya untuk melihatku dan menghela napas. "Aku tahu, aku hanyalah pria bodoh yang menyia-nyiakan gadis cantik sepertimu. Tapi aku guru, bagaimana jika kepala sekolah mengetahui hubungan kita? Dan aku tidak bisa melihat kalian lagi? Itu akan membuatku sedih. Tidak bisa bertemu dengan kalian lagi. Keep smile please, for me" Bagus! Kata-kataku tidak menunjukan aku menolaknya karna aku Gay kan?
Nining menatapku penuh perhatian, di seka olehnya air mata yang berlinang di mata bulatnya, dan tersenyum padaku. "Iya. Aku akan tetap tersenyum" katanya dengan senyuman yang mengembang.
"Bagus. Dan sebaiknya kau masuk, karena pelajaran akan dimulai" Aku tersenyum seraya mengangkat dagu.
Ningning berjalan meninggalkanku dengan senyum. Dia berbeda dari yang lain, perempuan lain pasti akan menangis dan mengataiku 'jahat' atau 'tidak berperasaan' atau apapun yang mereka ingin bilang. Sebaliknya, jika Ningnung berjalan menuju arah Barat, aku berjalan menuju arah timur. Dimana ruang guru hanya beberapa langkah lagi.
Mengingat tulisan dan kata-kata indah yang diberikan Ningning padaku hanya membuatku menggelengkan kepala. sama sekali tidak tertarik pada perempuan, wanita, gadis atau apapun yang jenis kelaminnya berbeda denganku. Aku menyadarinya saat aku berumur 16 tahun, cinta pertamaku, Lee Heeseung. Heeseung adalah salah satu cowok populer di SMA-ku dulu. Sedangkan diriku, hanya seorang kutu buku yang berteman dengan itu-itu saja. Dan itu pun hanya belajar dan belajar. Tidak lengkap bukan, kalau seorang kutu buku tidak di bully oleh anak-anak populer?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gay Teacher
FanfictionJay Park. Seorang guru dari SMA ternama di Seoul. Berparas tampan dan umur yang masih muda, membuat dirinya banyak dikagumi oleh siswi-siwi di sekolah tempat ia kerja. Disayangkan sekali, Jay sama sekali tidak tertarik pada perempuan mana pun, karen...