Unexpected Meeting

905 112 68
                                    

Jay POV

Ahhh, setelah tidur siang rasanya badan lebih enak. Aku menarik badan untuk melemaskan beberapa otot.

Tunggu, rasanya ada sesuatu yang melingkar di pinggang ku?

Aku membalikan badan, dan mendapati Ni-Ki sedang tertidur, tangannya melingkar indah di pinganggku.

Ya tuhan! Baruku ingat bahwa tadi ada Ni-Ki. Dia datang kesini bersamaku.

Kutatap wajahnya, imut sekali jika sedang tertidur. Tak ada wajah mesum atau berdosa. Aku melepaskan tangannya hati-hati dan pergi ke arah dapur.

Hei, jangan berpikir aneh-aneh dulu. Tadi aku dan Ni-Ki memang pulang bersama dan ke apartementku, tapi sesampainya aku tidak melakukan hal gila yang diinginkan Ni-Ki saat di sekolah tadi. Aku langsung tertidur pulas hingga jam segini, 5 sore.

Merasa lapar. Membuka pintu kulkas dan mengambil daging sapi untuk kujadikan smoked beef.

Apa aku harus membuatkan untuk Ni-Ki juga? Pikirku menghentikan acara memotong daging
Tidak perlu, biarkan saja. Aku masih masih kesal dengannya. Demi tuhan aku masih kesal dengannya!

Ni-Ki sama sekali belum dewasa. Walaupun sudah berumur 23 tapi tingkahnya bukan main anak kecil. Dia sangat labil, lihat sekarang? dia tertidur dengan memelukku, padahal kemarin dia marah-marah.

"Hai, calon suamiku!" Dan bibir Ni-Ki mendarat di pipi kananku, tangan kokohnya memelukku dari belakang.

Aku terkejut dan bergidik. "Ni-Ki!!!" Umpatku kesal.
Lihat apa yang ia lakukan padaku, tanganku berdarah terkena pisau yang kupegang. Terkejut karena dia yang tiba-tiba memelukku dari belakang.

Segera aku mengambil serbet dan membersihkan lukaku.

"Bodoh! Jika kau berdarah bersihkan dulu dengan air!" Ni-Ki memegang kedua tanganku dan menuntunnya ke tempat cuci piring. Aku hanya diam tak bergeming, hembusan napasnya terasa di telinga kananku.

"Sok tau" Aku berbisik, aku berani sumpah, aku hanya berbisik! Namun kuping macam apa yang Ni-Ki miliki?

"Apa katamu?"

"Tidak ada, memang aku bicara apa?"

"Memangnya aku tak mendengar kau mengataiku 'sok tahu' hah? kau guru atau bukan? hal begini saja tidak tahu, anak kecil ingusan atau nenek-nenek umur 100 tahun pun tahu hal ini"
Jelasnya panjang lebar dan masih membantuku mencuci tangan. Nadanya sedikit meledek.
Kembali tak bergeming, aku hanya menikmati gerakan tangan Ni-Ki di tanganku. Walaupun terkena air tapi terasa hangat. Jujur, aku menikmatinya.

Setelah selesai, Ni-Ki melepaskan tangannya dan pergi mencari obat merah.

Sedikit kehilangan.

"Di laci dekat TV, rak kedua" Kataku tanpa ditanya oleh pria itu.

la kembali berjalan membawa obat merah ditangan kirinya dan perekat luka ditangan kanan.
Menaruhnya di meja, dan mengadahkan tangan kanannya ke diriku. Aku memberikan tanganku yang luka. Dengan hati-hati dia memberikan obat merah di bagian yang berdarah. Sakit tapi masih bisa kutahan. Untuk mengakhirnya dia memberikan perekat.

"Selesai" Ni-Ki tersenyum manis padaku.

Melihatnya aku ikut tersenyum. "Terimakasih"
Tidak ingin berbohong, sungguh, dari dia membantuku membersihkan darah saja sangat terlihat bahwa dia adalah orang yang care dan lembut. Hanya diwaktu tertentu sepertinya
Aku tertipu dengan wajah manisnya saat kita bertemu. Kupikir dia orang polos, ternyata tidak. Pikirannya tidak jauh dari pikiran mesum!

Haahh, memang awalnya aku yang tergila-gila dengan Ni-Ki, tapi tingkahnya sangat membuatku frustasi. Bodohnya, aku tetap menaruh minat padanya.

Tidak begitu bodoh sih, wajarkan? Aku tidak punya apa apa selain murid-muridku. Lagipula terakhir aku punya pacarpun 5 tahun lalu.

My Gay Teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang