Ningning POV
Mungkin ini sangat mengejutkan. Aku salah satu wanita populer dan-bukannya aku mau sombong-wanita tercantik di sekolah ini.
Ditolak oleh Jay Saem? Guru muda di sini?
Lucu bukan main, tapi aku mengerti setelah ia menjelaskannya. Aku percaya pada tatapan itu. Ia memintaku untuk mempercayainya, bahwa tidak ada yang lebih menyedihkan dibanding berpisah dengan murid- muridnya.
Jay Saem termasuk pria penyayang, aku bisa melihat dengan jelas bagaimana ia memperlakukan murid-murid, bagaimana cara bicaranya, bagaimana sentuhan untuk menenangkan. Oh ya ampun, betapa beruntungnya wanita yang akan menjadi calon istri dia.
Mungkin saja Lia Saem. Ia mempunyai sifat yang anggun, wajahnya sangat enak di pandang, kulit putih porselennya membuat dia terlihat lebih imut, namun sangat dewasa dan tidak nampak sifat anak kecil yang berada dalam dirinya."Hmm" gumam Dongpyo, temanku.
"Kau baru saja di tolak, kenapa tidak sedih? Huh?"Aku tersenyum miris. Memang ada rasa sakit dalam hati, karena aku sudah mengincar Jay Saem sejak dia masuk. Umurnya memang tidak terbilang muda, berbeda 7 tahun. Dariawal aku memang sudah tahu akan di tolak, tapi apa salahnya mencoba.
Pikiranku juga sudah aneh-aneh saja. Dia guru, mana mungkin dia akan menerima. Harusnya aku sudah menyiapi mentalku, agar tidak ada rasa sesak di hati.
"Jangan bertanya hal yang bodoh. Kau bisa melihatnya dengan jelas," aku membuang muka. "Aku memang sedih, tapi semua kata-katanya membuatku tennag kembali. Aku dapat mengerti kenapa dia menolakku"
Dongpyo tertawa kecil, menarik kursi dan duduk di depan mejaku. "Kenapa? Karena dia tidak suka dengan orang jelek?"
Aku mengerucutkan bibir. "Enak saja! Jay Saem sendiri bilang padaku bahwa dia memang bodoh menyia-nyiakan wanita secantik diriku"
"Iya. itu karena dia takut kau akan menangis semalaman jika dia berkata yang sebenarnya" ucap Dongpyo mengejek. "Maaf, Ningning, aku tidak tertarik dengan wanita jelek sepertimu" tambahnya dengan suara di buat-buat, seakan dialah Jay Saem. Dan diakhiri dengan tawa renyah miliknya, pria di depanku ini, Dongpyo si iblis.
Tak kuhiraukan perkataan dia. Memang tak perlu, karena itu tidak penting. Asal kalian tahu saja, aku dan Dongpyo sudah 12 tahun bersama, bukan, bukan pasangan kekasih melainkan 1 sekolah. Dari kelas 1 sekolah dasar sampai kelas 3 sekolah menengah atas. Aku tidak tahu ini takdir atau bukan, tapi jika ini takdir, ini adalah takdir yang menyebalkan.
Jika kita membicarakan fisik, Dongpyo termasuk kategori pria yang populer. Sayang, kepopuleran yang berasal dari wajah tampannha itu tertutupi dengan sifat menyebalkan Dongpyo.
Bisa kalian bayangkan seberapa populernya dia. Baru keluar kelas 1 langkah saja sudah dikerumuni gadis-gadis cantik dari kelas 10 sampai 12. Andaikan saja mereka tau seberapa menyebalkannya idola mereka itu.
"Dongpyo!" Merasa namanya dipanggil, ia membalikan tubuhnya untuk mengetahui sumber suara itu.
Minhee, sang kapten sepak bola di sekolah ini, sedang berjalan menuju kami dengan senyum lebar.
"Aku sudah memikirkan semuanya!" Seru Minhee setelah ia berada di samping mejaku, tangan kanan Minhee asal mengambil bangku dan menaruh di depannya, lalu duduk dengan senyum yang masih tercetak di bibir. Matanya menatapku dan Dongpyo bergantian.
Aku mengernyitkan dahi. "Memikirkan apa?"
"Kita sudah membicarakan ini, Ningning!"
"Apa?"
Dongpyo mendengus. "Tentu saja ulang tahun Mijoo, Kekasih Minhee! Kau bodoh atau apa? Ulang tahun sahabat sendiri di lupakan"
Bibirku berbentuk O.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gay Teacher
FanfictionJay Park. Seorang guru dari SMA ternama di Seoul. Berparas tampan dan umur yang masih muda, membuat dirinya banyak dikagumi oleh siswi-siwi di sekolah tempat ia kerja. Disayangkan sekali, Jay sama sekali tidak tertarik pada perempuan mana pun, karen...