Dream?

672 86 21
                                    

Ni-Ki POV

Sudah 3 hari sejak kejadian Jay marah bahkan membentak ibunya.

Sudah 3 hari juga ia selalu mengunci dirinya dalam kamar, setiap kami pulang ke apartement, Jay langsung pergi kekamar tanpa makan, mandi pun harus ku ancam.

Dia kesal dengan perilaku ayahnya,tapi melampiaskans emua ke ibunya.

Mungkin ini cara dia menghukum diri sendiri karena sudah membentak ibunya kemarin. Tidak makan, tidak menonton tv, tidak memegang laptop atau hiburan-hiburan lainnya.

Setelah membuat spaghetti, aku melangkah menuju kamar Jay yang tertutup rapat

"Jay! Makan malam!" Teriakku sembari mengetuk pintu kamar.

"Jay!" Ulangku. Juga tak ada jawabannya. Baru kusadari bahwa pintunya tak dikunci.

Perlahan aku membuka pintu dan mendapati Jay sedang tidur telungkup dan membenamkan wajahnya dibantal berwarna merah kesayangannya itu.

Aku berjalan mendekat dan duduk di pinggiran dekat kakinya.

"Ayo kita makan." Ujarku seraya mengelus betis lelaki ini.
"Aku tidak lapar, makanlah sendiri."

Harapanku hanya satu, saat Jay bilang tidak lapar, perutnya bunyi sangat besar dan ia akan malu sendiri.

Tapi sepertinya naga yang di perutnya juga ikut bersalah,
sehingga tidak berteriak kelaparan.

Aku merebahkan tubuhku di samping kanan Jay, posisi tubuhku miring menghapnya.

Tangan kiriku berada di punggungnya dan mengelusnya lembut. "Kumohon, aku susah payah membuatkannya untukmu."

"Aku tak ingin." Wajahnya masih dibenamkan di bantal.

Yah, walaupun aku bingung ia tidak kehabisan napas.

"Aku tak mau kau mengurung diri terus tanpa makan, kau bekerja, Jay."

"Sebaiknya aku mati saja-Awww! Apa yang kau lakukan?"

Dia mengangkat wajahnya dan berteriak kesakitan saat aku mencubit perutnya.

"Jangan bicara yang tidak-tidak! Ayo kita makan." Jay memang bukan tipe orang yang mudah kapok.

Lihat, dia tidak berdiri, Ia hanya menaruh kedua tangannya di atas bantal lalu menumpu kepalanya.

Wajahnya menghadap wajahku. "Apa kau berpikir aku anak durhaka?" Tanyanya lirih.

Aku menggeleng. "Tidak, kau hanya mengeluarkan semua apa yang ingin kau katakan sejak kau diusir."

"Kau yakin? bahkan kau sendiri ikut marah saat aku membentak ibuku."

"Ya, memang aku marah saat kau membentak ibumu. Tapi setelah kupikir-pikir itu hanya unek-unek mu."

"Benarkah?"

"Ya, ayo sekarang kita makan."

Kukecup keningnya sebelum aku beranjak dan
membantunya berdiri.

Jay kubiarkan jalan lebih dulu. Agar aku bisa menatapnya dari belakang.

Rambut yang berwarna hitam kecoklatannya-dan juga harum mint- terlihat lembut dan mengkilap, kulitnya putih halus, lengannya sedikit berotot, lehernya dihiasi dengan mark buatanku yang hampir hilang membuatku tertawa geli.

Jay mengambil 2 piring di rak, dan berbalik, tanpa permisi , aku yang hanya berjarak 1 jengkal, mencium Jay lembut.

Bibirnya terasa manis, rasanya ingin melumat bibir ini sepanjang hari tanpa berhenti. Hanya butuh 10 detik Jay membalas ciumanku. Ia menaruh piring yang ia genggam dibelakang, meja dapur dekat rak piring.

My Gay Teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang