Reckless

883 126 15
                                    

Jay POV

Aku membasuh wajahku dengan air, menyegarkan kembali wajah kusutku. Apalagi sejak kejadian 'guru baru' tadi.

Apa yang dia lakukan disini? tidak adakah sekolah lain? Ya ya, aku tahu ini sekolah umum, tapi aku jadi merasa bodoh, kenapa? entahlah aku juga tidak tahu, apa aku takut dia akan tahu bahwa semalaman aku terus memikirkan dirinya? bisa jadi.

Ni-Ki sedang tour sekolah dengan kepala sekolah. Selesainya pertemuan guru tadi aku langsung buru-buru kesini, ke toilet khusus guru laki-laki. Seharusnya aku mengajar sekarang, tapi aku masih terlalu shock.

Kamar mandi terbuka, dan aku hanya melirik dari kaca untuk mencari tahu siapa yang masuk, bernapas lega karena yang masuk bukanlah Ni-Ki.

Pak tua itu melihat ke arahku. "Kau seharusnya mengajar kan?"

Aku mengangguk lemah. "Ya, seharusnya, tapi aku sangat pusing dan mual sekarang"

"Kenapa tidak bilang pada kepala sekolah?"

"Bi-bisa aku minta tolong? sungguh aku sangat pusing"

Dia mengangguk. "Ya, setelah aku buang air kecil" Katanya sambil masuk toilet
"Terimakasih," Suaraku hampir menggumam.

Aku kembali bercermin, dan menatap diriku di kaca. Kenapa? Kenapa wajahku sangat terlihat kurang tidur?

Argh, Aku benci wajahku, aku benci jika Ni-Ki tahu bahwa penyebab aku kurang tidur karena dia, karena wajahnya yang terbayang setiap kali aku memejamkan mata.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa aku salah menolaknya kemarin? Apa memang seharusnya aku membiarkan kami bermain tadi malam? Ribuan pertanyaan memenuhi pikirannku, dan jelas, sangat jelas, sejelas kristal, aku tidak bisa menjawabnya.

Terasa sakit di kepala, aku mencengkram erat wastafel berwarna biru ini.

Suara lain di pikiranku ikut berbicara. 'Meminta maaflah padanya, dia lebih muda darimu'

Tidak semudah itu untuk meminta maaf.

"Kenapa? kau hanya perlu menjelaskan yang sebenarnya'

Bodoh, aku lupa kalau yang berbicara adalah sebagian dari diriku. Pastilah ia tahu apa yang aku pikirkan.

'Ayolah Jay, dia gay, kau menyukainya, kenapa kau tidak melakukan apa yang memang ingin kau lakukan? jangan termakan dengan pikiran warasmu. lakukan apa yang kau mau.' Dan tidak lagi muncul suara sialan itu.

Untuk kedua kalinya, pintu kamar mandi terbuka, tapi kali ini berbeda, bukan seorang pak tua yang masuk, melainkan guru baru -yang ku tahu sedang tour sekolah, Ni-Ki.

la sama sekali tak melirikku, padahal dia berdiri tepat disebelahku, bercermin memperbaiki penampilannya.

Tidak sadarkah dia? bahwa ada seseorang yang ketakutan sekarang, disebelahnya? Berdiri kaku?

Pak tua tadi keluar dari toilet dan berlalu dari kamar mandi khusus guru. Sekarang tinggal kami berdua, Aku dan Ni-Ki.

"Apa yang kau lakukan disini?" Suara bassnya mengagetkanku, mata Ni-Ki tetap melihat ke arah cermin.

"Seharusnya aku yang menanyakan itu, apa yang kau lakukan disini?"

Ni-Ki memutar badannya jadi menghadap ke arahku. Jantung sialan, bisakah berhenti berdetak lebih cepat!

"Ada apa dengan matamu?" Tangan Ni-Ki menarik wajahku untuk menghadapnya.

"Ck! Lepaskan tanganmu" Kataku Seraya melepaskan tangannya.

Demi tuhan, sudah berapa kali aku bilang aku takut dia mengetahui bahwa dialah penyebabnya, semalaman aku teru memikirkannya.

Padahal tadi malam dia tampak marah, dan membuatku tidak bisa tidur, sekarang dia malah mengajak ku mengobrol dan dengan asalnya menarik wajahku untuk bertatapan mata dengannya.

My Gay Teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang