Approval

965 75 17
                                    

Ni-Ki POV

'Ada yang harus aku bicarakan'

Dari nadanya terdengar tak meyakinkan.

Aku mengernyitkan dahiku, "Pentingkah?"

la menghela napas. 'Menyangkut masa depan kita berdua'

Dari perkataan saja sudah membuat hatiku tak enak.

Ada apa sebenarnya? Jay tak pernah berkata se tegas ini.

Aku mengangguk, dan menarik napas. "Baiklah, kapan?"

la terdiam kembali, namun selang 10 detik menjawab 'Sekarang, diapartemenku'

Dengan perlahan, aku melihat isi rumahku, terlihat sama, orang orang yang sibuk sendiri. Aku rindu dengan kondisi rumah yang ramai dan di penuhi dengan tawa karena ayahku.

"Baiklah, aku segera kesana"

Setelah menyampaikan perkataan itu kepada Jay, aku segera menutup telepon dan mengambil mantelku.

Ibu yang sedang memotong sayuran, melihatku mengambil mantel segera memberhentikan kegiatannya dan menghampiriku.

"Kau mau kemana Riki?"

Kutolehkan kepalaku menuju Ibu, "Apartement Jay"

Ibu menghela napas, menatapku dengan datar, "Pulang cepat agar bisa makan malam disini"

"Aku tak janji" Jawabku sambil berlalu "Aku pergi"

.
.
.

Kini kepalaku semakin sakit, aku menopang kepala di tangan seraya mengontrol nafasku kembali

Apa yang harus kulakukan ya tuhan?

Jay memintaku untuk bicara pada ayahnya yang jelas jelas sangat benci dengan kaum gay

Bagaimana jika nanti muka ku biru-biru?

Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya dengan kepastian "Kau yakin?"

Jay menghela napas, kemudian mengangguk "Ya"

"Kita takkan selamat"

"Ibu akan membantu kita"

la beranjak dari kursinya, berjalan menuju dapur
Tanpa aku lihat, aku tahu dia sedang mengambil minum, terdengar suara air yang dituang.
Kemudian terdengar langkah kakinya menuju tempatku.

Tuk!

Gelas yang ia pegang ditaruh didepanku. Ia masih berdiri di sebelahku

Mungkin Jay tahu seberapa sakitnya kepalaku sekarang. kepala belakangku terasa seperti di cengkram kuat-kuat

"Ni-Ki, aku mencintaimu, kumohon, ini yang terbaik untuk kita"

Aku mendongakan kepala untuk melihatnya.
Wajahnya tampak memelas, pancaran matanya seperti memohon, ah dia memang sedang memohon.

Aku mengusap wajahku kemudian berdiri menghadapnya. Mata kami bertemu, sekilas aku mencium bibirnya lalu membawanya kepelukanku."Tetaplah disampingku"

.
.
.

Kami berdiri dalam diam, di depan pagar berwarna Coklat ini. Rumah yang terbilang besar, tanaman tanaman indah di sekitar rumah, juga jalan batu setapak menuju pintu rumah.

Aku tak tahu ternyata Jay termasuk anak orang kaya, ada dua mobil di garasi.

Kembali ku lirik pria mungil yang juga tampak ragu untuk melangkah kedepan, memasuki rumah ini, rumah yang pernah ia tinggali.

Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi jika kami melangkah memasuki pekarangan rumah ini.

"Apa kau sudah yakin, Ni-Ki?" ucapnya tanpa meliriku ke arahku

My Gay Teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang