Pain

606 74 1
                                    

Jay POV

Ah, melelahkan sekali.

Mataku terhenti di tempat pensil depanku, namun pikiranku penuh dengan Ni-Ki.

Bagaimana kondisinya sekarang ya?

Tadi aku mendapat kabar bahwa dia tidur di UKS. Apa karena ia terlalu kepikiran tentang hubungan kami?

Ukh, aku juga tak tahan bertengkar dengannya, tapi mau bagaimana lagi, kepala sekolah sudah bilang untuk menjauh. Ni-Ki tidak mencoba untuk menjauh, hasilnya harus aku yang melakukannya.

Aku mengambil beberapa barang di mejaku lalu beranjak pergi dari kelas ini.

Lorong sudah sepi, menandakan anak-anak sudah kembali belajar, padahal baru saja tadi istirahat.
Dari arah berlawanan aku melihat Tzuyu, sang guru di UKS, berjalan dengan gelisah.

"Selamat siang" Sapaku.

Dia menatapku kaget, seakan aku adalah orang yang tak ingin ia temui sekarang, matanya membulat hampir keluar. Tak membalas hanya menatapku.

Aneh.

Padahal dia termasuk guru ramah, jika di sapa biasanya ia pasti balik menyapa, tapi kenapa dia malah menatapku seperti aku adalah hantu.

"Haloo?" Aku melambaikan tanganku di depan wajahnya.

Tzuyu langsung mengerjap-ngerjap kan matanya, mulutnya dia tutup rapat, lalu tersenyum canggung. Kemudian meninggalkanku sendiri.

Melihatnya membuatku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

Ada apa sebenarnya?

Langkah ku percepat, menuju ruang guru.
Aku tak terlalu ambil pusing kejadian tadi, mungkin saja benar dia habis melihat hantu.
Tapi kenapa perasaanku tidak baik.

Aku menaruh barang-barang yang kubawa tadi ke meja kerjaku. Ukh, lihat kertas-kertas ini, berantakan sekali. Segeranya kubereskan semua barang berantakan dimejaku.

Selesainya aku duduk, memandang satu persatu foto-foto yang aku taruh di bawah kaca, mulai dari fotoku sendiri waktu kecil hingga fotoku bersama Ni-Ki.

Tenang saja, semua guru disini berpikir aku dan
Ni-Ki adalah teman.

Satu tangan mungil mendarat di pundak kananku. Aku menoleh dan mendapati Ningning sedang menatapku dengan alis yang bertaut, raut wajahnya terlihat sedih juga kaget.

Ada apa dengannya?

"Ya?"

Ningning mengepalkan tangan kirinya di depan dada, tangan kanannya masih menggenggam pundakku.

"Sa-saem...."Lirihnya, wajahnya tertunduk.

Ya tuhan, kenapa perasaanku tak enak? Ada apa dengan Ningning?

Aku berdiri menghadapnya. "Ningning, kenapa?"

Tes!

Satu dan akhirnya diikuti semua, air mata gadis itu jatuh di pipi mulusnya.

Panik? tentu saja aku panik, dengan Ningning yang nangis dihadapanku, juga perasaan buruk ini.

"Ya tuhan! Ningning ada apa?" Suara Lia terdengar dari pintu, ia langsung melangkah menuju kami dan memeluk Ningning, Lia menatapku penuh tuntutan.

"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja dia menangis."

la memeluk Ningning semakin erat kemudian berkata, "Kau dipanggil kepala sekolah, sebaiknya kau cepat kesana."

Aku hanya mengangguk lalu berjalan meninggalkan dua wanita itu, mungkin Lia bisa mengerti apa yang terjadi dengan Ningning.

Setiap langkahku menuju ruang kepala sekolah, malah semakin membuat hatiku berdegup kencang, apa akan ada masalah lagi? Ah, tidak kumohon jangan ada masalah.

My Gay Teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang