bagian 1

338 47 20
                                    

Masih tergulung didalam selimut, anak terkecil dari 3 bersaudara keluarga Min tidak berniat untuk membuka matanya barang sekalipun saat jam mulai menunjukan pukul 7.

Brug. . .brug. . Brug. . .brug. .

"Jin shil!. . . . Jin shil. . . Jin shil. . . .! Banguuuuuuunnnnn. . . .! Buka matamu atau aku akan menendangmu sampai jatuh." Teriak kakak kedua Denise yang terus melompat-lompat diatas tempat tidur Denise.

Dengan enggan Denise berusaha membuka matanya. Kesadaran Denise masih tercecer entah dimana. Dia terduduk dengan menyanggah kepalanya agar tidak terlelap kembali.

Mata Denise nyaris keluar dari rongganya saat melihat kakak kedua menaiki tempat tidurnya dengan masih menggunakan sepatu. " Min Jimin keparatttttttt aku akan membunuhmu!" Denise melompat kearah Jimin yang sudah mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri.

Jimin merasa puas dapat mengganggu adik kecilnya Dipagi hari. Jimin berlari menuruni anak tangga menuju ruang makan dan Denise terus berusaha untuk membuat perhitungan dengan Jimin.

"Aku tidak akan memaafkanmu Jimin-nie!" Teriak Denise membuat seisi rumah terkejut.

"Yak! APA yang kalian lakukan! Setiap pagi berkelahi, setiap pagi berlari, berteriak. Apa kalian berdua tidak bosan, huh?" Ibu Denise terus mengomel saat kegiatan paginya terganggu dengan Jimin yang bersembunyi di balik punggungnya mencari perlindungan.

"Jimin naik keatas kasurku dengan menggunakan sepatu, ibu! Bagaimana jika Jimin baru saja menginjak kotoran anjing. . . ."

"Jimin oppa, Denise! Dia kakak mu, bersikaplah yang sopan. Dan kau.!" Jinny berbalik menatap Jimin sembari menjewer telinganya. " Siapa yang mengijinkan mu membawa naik sepatumu ke kasur adik mu, huh?"

Jimin merasakan telinganya nyaris putus saat Jinny menarik keras telinganya. " Bukan salahku. Salahkan saja dia ( menunjuk Denise) dia tidur seperti mati. Berapa kali aku berusaha membangunkanmu? Hari ini hari pertamamu masuk sekolah dan kau ingin membuatku terlambat huh?"

Jinny menghela nafas lelah. Hari ini Denise akan bergabung dengan sekolah Jimin setelah sebelumnya menempuh pendidikan di Texas selama tinggal bersama neneknya. Nenek Denise dari pihak ibu ( Jinny) baru saja meninggal tidak lama. Jinny tidak tega jika harus membiarkan anak perempuan satu-satunya tinggal seorang diri jauh dari keluarga. Jinny dan Suga menjemput paksa Denise dan membawanya kembali ke Korea meskipun Denise sangat enggan untuk berpisah dengan teman-teman baiknya disana.

"Denise! Bersihkan dirimu, dan cepat bersiap. Hobi akan mengantar kalian sebelum kuliah. Jadi jangan lama-lama dan jangan buat kakak mu terlambat....."

"Jinny! Dimana berkas- berkas ku. . ." Jinny jengah mendengar teriakan suaminya dari dalam ruang kerjanya.

"Kalian dengar itu! Bahkan ayah kalian tidak bisa membiarkan ibu bernafas dengan tenang  untuk sejenak. Siapa yang bekerja? Bagaimana bisa dia bertanya berkas pekerjaannya padaku, huh?!" Ucap Jinny berjalan sembari terus mengomel.   Sebelum meninggalkan ruang makan, Jinny berbalik menatap kedua anaknya. " Denise! Cepat mandi dan sarapan. Jangan buat kakak-kakakmu menunggu."

Dari tangga terlihat jhope datang dengan ransel di punggungnya. Dia berjalan menghampiri Jinny.  " Morning, mom!" Sapa jhope saat berpapasan dengan Jinny dan mendaratkan dua ciuman di pipi ibunya.

"Pagi, sayang. Eoh hobi. Tolong urus dua adikmu. Ibu akan menyiapkan perlengkapan ayahmu lebih dulu." Ujar Jinny melewati jhope.

"Oke." Balasnya acuh.

Jhope bergabung dengan Jimin. " Apa Denise belum bangun?" Tanya jhope yang tidak mendapati adik kecilnya.

Jimin menjejalkan sandwich kedalam mulutnya. " Mwandi." Jawabnya singkat namun tidak jelas.

Jungkook & DeniseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang