Setelah prosesi penyematan cincin, denise bergegas pergi untuk bersembunyi. Duduk seperti seseorang tanpa jiwa di bawah pohon cemara. Dia memutar cincin dijari manis dengan tatapan rumit, seolah pertunangan itu hanyalah oase di padang guru.
"Kenapa kau sendirian di tempat seperti ini?"
Suara jungkook benar-benar mengejutkan denise, membuat gadis itu nyaris terjungkal dari kursi kayu mahoni.
"A-aku hanya ingin mencari udara segar."
Jungkook memiliki senyum geli diwajahnya, seolah dia tau bahwa denise tengah malu, juga gugup.
"Bolehkah aku bergabung dengan mu?" tanya jungkook menunjuk sisi kosong kursi yang diduduki oleh denise.
"Tentu."
Jungkook tidak membuang kesempatan, dia mengambil tempat didekat denise, dan menatap langit malam yang begitu cerah.
"Langit malam ini terlihat begitu cerah, bahkan sinar bintang jauh lebih terang dari malam sebelum nya."
Denise mengikuti perkataan jungkook. Dia ikut menatap keatas langit. "Mungkin karena malam ini kau sangat bahagia, jadi langit terlihat jauh lebih indah dari penglihatan mu."
Mendengar itu, jungkook tidak tau harus menangis atau tertawa. Denise benar-benar blak-blakan. Dia bahkan tidak memberinya wajah.
"Aku tidak pernah berpikir bahwa anak bibi jinny akan menjadi kau." kata Jungkook menengadahkan kepalanya.
"Tidak berbeda denganku. Kau ingat bagaimana aku menolakmu? Rasanya seperti menampar diriku sendiri. Sial, ternyata itu adalah kau."
Mereka tertawa bersama. Mereka berpikir bahwa Situasinya sangat konyol.
Keheningan mulai datang. Keduanya tidak berencana untuk membuka suara.
"Eekhhmm. . . . bagaimana perasaanmu, setelah mengetahui situasi saat ini?" tanya jungkook berusaha mencairkan suasana.
Denise menatap cincin dijari manisnya dan memutar benda berkilau tersebut dengan senyum geli. "Aku cukup puas. Setidaknya aku benar-benar mengenalmu."
Jungkook menyembunyikan senyum dengan menundukkan kepalanya. "Jadi kita akan memiliki hubungan lebih baik?"
Denise memiringkan kepalnya dan menarik satu alis dengan raut bingung. "Maksudmu adalah?"
"Kita akan akur, benar?"
"Ya, tentu." jawab denise singkat.
Denise kembali membuang pandangannya. Menatap kesunyian di luar rumah.
"Denise!"
Denise menoleh kearah jungkook tanpa perhitungan. Saat tatapan mereka bertemu, jarak diantara keduanya sangatlah tipis.
"Bolehkah aku. . . . aku men. . . mencium mu?" tanya jungkook menatap fokus pada bibir tipis gadis itu.
"TIDAK!" Suara barito Suga mengejutkan keduanya. Dan seketika terlonjak untuk memisahkan jarak.
"Ayah! Apa yang ayah lakukan?"
"Ini mensionku, haruskah aku meminta ijin untuk berkeliaran di rumahku, eoh?"
"Tidak, tentu tidak."
"Jika aku tidak datang, apakah hal-hal ini akan bisa dihindari. Kalian baru bertunangan tapi kau (menunjuk jungkook) akan melecehkan anak ku?"
Denise menatap jungkook dan suga secara bergantian. "Ayah, jangan pergi terlalu jauh. Aku dan jungkook bukan anak kecil dan lagi, dia meminta ijinku. . . "
"Ow. . . ow. . . lihatlah, bahkan anak ku sudah mulai menentang ku. Denise, kau sangat meng---"
"Min Yoongi. . . . harus berapa kali kuingatkan padamu untuk tidak ikut campur?! Denise sangat dewasa, dia tau apa yang dia lakukan. Hanya berciuman tidak akan membuatnya hamil, oke!"
"Itu akan, jika ciuman terus menjalar ke area-area berlebihan. . . "
"Excusme, apakah kau sedang membicarakan dirimu sendiri Min Yoongi?"
"Ya!. . . eh, apa? Tidak! Aku tidka melakukannya."
Jungkook dan denise tersedak mendengar pertengkaran kedua orang tua denise. Mereka sama seperti denise, begitu terbuka dan blak-blakan.
"Apa yang kalian tertawa kan, huh?" tanya yoongi menyalang.
"Tidak ada." denise dan Jungkook menjawab secara serempak.
Jinny meraih kerah Yoongi dan membawanya pergi menjauh dari keduanya.
"Kau akan berurusan denganku!" ancam jinny menyeret suaminya.
"Apakah mereka selalu seperti itu?" tanya jungkook penasaran.
"Ya, hidupku selalu meriah, setiap hari. Ibu dan ayah tidak pernah berhenti membuat keributan."
"Itu sangat menyenangkan. Pasti kehidupanmu tidak pernah sepi?"
"Ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkook & Denise
Fanfiction"are you ok?" Jungkook tersenyum getir saat gadis asing datang untuk menolongnya. Jungkook mengulurkan tangan meraih tangan Denise. Jungkook menatap senyum Denise yang tidak pernah luntur "semua akan baik-baik saja. kau tidak buruk, suatu saat nant...