bagian 7

98 33 10
                                    

"apa kau baik-baik saja, hmm?" Denise menatap lekat wajah Jungkook. Tangannya terulur menyentuh pipi dan area lain yang lebam berkat pukulan dari kakaknya.

Jungkook menarik sudut bibirnya namun terhenti ketika hal tersebut membuat bibirnya semakin sakit. "Aku baik-baik saja. Ini bukan hal yang besar." Ucapnya lirih mencoba menenangkan Denise.

Dengan bibir mungilnya, Denise berdesis membayangkan betapa sakitnya luka Jungkook.

"Maafkan aku. Ini semua kesalahanku. Kau terluka. . . . Maaf." Wajah Denise berubah sendu saat mengatakannya.

Jungkook menelan ludahnya kasar. Ini adalah kali pertama seseorang meminta maaf kepadanya dengan sangat tulus. Jungkook tidak tau bagaimana harus menanggapi hal tersebut, dan melihat wajah sedih Denise membuat hati Jungkook terasa sakit.

"Ayo kita ke UKS. Aku akan mengobati lukamu." Tanpa menunggu persetujuan Jungkook, Denise lebih dulu menyeretnya pergi ke UKS.

Sesampainya di UKS, Denise terkejut melihat kakaknya berbaring diatas tempat tidur UKS. Jungkook mematung menyadari keberadaan J-Hope disana. Dan dia mulai memasang kuda-kuda, bersiap jika J-Hope berencana menyerangnya.

"Oppa! Aku marah pada mu. Kau benar-benar keterlaluan oppa. Seharusnya kau bertanya terlebih dahulu padaku. Kenapa kau percaya begitu saja dengan Jimin."

Awalnya J-Hope nyaris terlelap, namun mendengar suara Denise dia kembali terjaga. "Deniseeeeeeee. . . Bisa kau memberi oppa mu waktu untuk istirahat, eoh?"

"Oppa? Apa kau baik-baik saja, eoh?" Denise mengulurkan tangannya menyentuh kening J-Hope. Tindakan Denise tidak terlepas dari pengamatan Jungkook yang merasakan asam di dalam hatinya.

"Oppa! Kau demam. Apa kau sudah minum obat? Haruskah kita pergi kerumah sakit?" Tanya Denise panik.

J-Hope meraih tangan Denise dan meletakkannya diatas kening. "Biarkan seperti ini. Aaagggghhhhh ini terasa nyamannn. . . ." Gumam J-Hope.

Denise bertukar pandang dengan Jungkook, wajah Denise menggambarkan rasa bersalah pada dirinya, karena dia tidak dapat memenuhi janjinya untuk merawat luka-luka Jungkook.

Jungkook memberikan senyum terbaiknya, meskipun didalam lubuk hati terdalam, dia seperti menenggak berliter- liter cuka.

Tidak lama seseorang masuk kedalam ruang UKS. Seorang gadis dengan rambut blondenya berjalan mendekati Jungkook.

"Apakah itu Lucas dan Irene, hmm?" Tanya hulli pada Jungkook.

Mendengar pertanyaan tersebut, Jungkook terkejut. Dengan cepat dia menyangkalnya. "Bukan. . . Mereka tidak melakukan apapun padaku." Ucapnya terburu-buru sebelum Hulli berspekulasi dengan salah.

"Apa kau masih ingin membela gadismu, huh?! Kau sudah terlihat begitu menyedihkan dan sekarang. . . . Aku tidak tau harus berkata apa padamu."

Wajah Jungkook semakin pucat, dia tidak suka hulli membicarakan tentang Irene, setidaknya untuk waktu sekarang, saat Denise bersama mereka.

"Maaf, eonni. Jungkook terluka karena ulah hobi oppa. Maafkan aku." Denise menyela pembicaraan antara hulli dan Jungkook.

Hulli menatap lekat wajah Denise dan beralih pada pria yang tertidur di tempat tidur UKS. "Jadi kau murid pindahan dari Texas yang sering diperbincangkan, hm?" Tanya hulli pada Denise. Dan Denise hanya mengangguk pelan.

"Kenapa oppa mu memukulnya?" Tanya hulli lagi.

Denise menatap Jungkook sejenak sebelum kembali menatap hulli. Dengan gugup Denise berkata. " Ka. . . Karena aku menciumnya."

"Agghhh kau menciumnya. . . ." Awalnya hulli tidak benar-benar memahami namun detik berikutnya dia merasa sedang disambar petir. " Apa?! Kau menciumnya?! Apa kau gila?! . . . . Tolong katakan padaku, bahwa Jungkook yang menciummu, bukan sebaliknya." Hulli seperti kehilangan sebagian kewarasannya.

Selama ini tidak ada satu gadis pun yang mau berdekatan dengan Jungkook karena dia dianggap sebagai anak sampah namun secara mengejutkan, anak yang baru datang dari Texas mencium Jungkook adiknya dengan terang-terangan.

Denise menggeleng pelan. Dia menyangkal pemikiran hulli.  Melihat hal tersebut, hulli tidak dapat menahan rasa curiga terhadap Denise. " Katakan padaku, apa tujuanmu melakukan itu. Apa kau ingin mempermainkan Jungkook ku. Jika benar, sebaiknya mulai sekarang kau jauhi dia. Anggap kalian tidak pernah saling mengenal satu sama lain." Sergah hulli mengingatkan Denise yang sukses membuat Jungkook marah.

"Noona!! Apa yang kau bicarakan. . ."

"Diam! Atau aku akan menghajarmu." Ancam hulli pada Jungkook.

"Itu tidak benar. Aku hanya ingin membantunya. Irene dan Lucas terus menyudutkan Jungkook. . . . Aku tidak menyukainya." Denise menghela nafas panjang. "Jungkook bersikap normal pada Irene namun mereka terus membesarkan hal tersebut seolah Jungkook tergila-gila padanya. . . . Aku hanya ingin mereka tau, bahwa tidak ada Irene di dalam hati Jungkook. Dan berhenti membuat ulah."

"Dan kau melakukan hal gila. . . Ya Tuhan gadis Texas, apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan hmm? Semua orang pasti akan mengira kalian benar-benar berkencan. . . Dimana kau meninggalkan otak mu?"

"Noona!. . "

"Jangan memanggilku Noona! Kau sama bodohnya dengan dia."

"Jika mereka berfikir begitu maka biarkan tetap seperti itu." Ucap Denise acuh.

"Dan oppa mu?!" Lanjut hulli.

Denise menimbang pertanyaan hulli dan menatap J-Hope yang masih terlelap. "Kurasa dia akan baik-baik saja. Aku akan memberitahunya saat pulang sekolah nanti."

Hati Jungkook berdenyut sakit mendengar perkataan Denise. Dia merasa iri pada J-Hope karena memiliki kekasih yang begitu sempurna dalam segala hal terutama dalam kebaikan hatinya.

Jungkook berencana meninggalkan ruangan UKS namun langkahnya terhenti.

"Eonni bisa gantikan posisi ku sebentar. Aku ingin merawat luka Jungkook." Tanya Denise pada hulli.

"Tidakkah menurutmu akan lebih baik jika aku yang merawat luka kookie, hmm?!"

"Tidak, luka itu karenaku. Jadi biarkan aku yang merawatnya."

"Tidak. Aku bisa merawatnya sendiri." Ucap Jungkook berusaha menolak kebaikan Denise.

Denise mengabaikan penolakan Jungkook dan dia merawat Jungkook dengan teliti tanpa membuat keributan.

Hulli yang mengompres kening J-Hope dengan tangan tidak dapat mengalihkan perhatiannya pada Jungkook. Dia terus mengamatinya. . .

Jungkook menyukai gadis Texas. Hmmm aku tidak tau harus menangis atau tertawa, dengan Irene kau sudah melakukan kesalahan sekarang kau mencintai orang yang benar namun diwaktu yang salah. Dia sudah memiliki kekasih kookie! Kau benar-benar sial dalam percintaan. Haruskah aku turun tangan, huh?! Gadis Texas terlihat cukup baik. Dia begitu serasi dengan Jungkook. Tapi sial dia sudah memiliki kekasih. Aku ingin adikku yang sial mendapatkan sedikit kebahagiaan, haruskah aku membantunya? Apakah itu tidak terlihat kejam jika aku merebut kekasih gadis Texas demi adikku?  Apa yang harus kulakukan. . . . Aku ingin Jungkook benar-benar lepas dari Irene, wanita sialan. Aggghhhhh. . . . Apa yang harus ku lakukan eoh?! Bolehkah aku sedikit jahat. Pria ini memiliki wajah yang tidak buruk. Ya Tuhan . . . Aku bisa gila hanya karena adik sialan ini. Sekalipun kami bukan saudara biologis namun dia sudah tumbuh denganku sejak masih bayi. Sulit untuk tidak menganggapnya adikku. Jungkook kau terus menyulitkan ku.

Jungkook & DeniseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang