Bagian 14

54 19 2
                                    

Sesuai janjinya, ayah datang tidak lama setelah panggilan yang ku lakukan. Dengan setelan formal abu-abu gelap dan rambut hitam tersisir rapi dia berjalan dengan penuh kewibawaan.

Pandangan kami saling bertemu, ayahku tetap dengan wajah datarnya saat berjalan melewati ku. Aku ingin marah karena diabaikan namun hal itu segera kuurungkan. Ini adalah keinginanku. Tidak mengenal satu sama lain didepan publik adalah peraturan yang telah ku tetapkan sebelumnya.

"Apa yang membawamu datang kemari, tuan Min?" Tanya Seokjin menyambut kedatangan ayahku.

Kulihat ayah memukul pelan punggung Paman Seokjin dan berjalan bersama menuju ruang pertemuan. Aku sangat penasaran dengan rencana ayahku, namun sial ruangan itu kedap suara aku tidak dapat menguping bagaimana pun caranya.

Saat aku panik seorang diri, beberapa wali murid datang dari arah yang berlawanan. Aku tidak tau siapa mereka, namun aku yakin bahwa mereka datang untuk kasus Irene. Terlihat jelas dari raut wajah mereka yang cukup tertekan, dan pucat disaat yang bersamaan.

Aku masih berdiri menunggu di lorong, saat aroma anyir menguar dan tercium oleh hidungku. Secara alami aku berbalik menatap Jungkook yang sangat kacau. Dia dipenuhi dengan sampah dan pecahan telur busuk. Benar-benar kacau.

Jungkook menatap lekat, saat tatap kami bertemu, dengan cepat dia mengambil satu langkah mundur, menjauh dariku. Entah karena dia tidak ingin aku kotor atau apapun, yang jelas dia benar-benar memberi jarak yang kontras diantara kami.

"Apa kau akan masuk?" Tanya ku menghentikan langkah mundur Jungkook.

Jungkook terkejut mendengar pertanyaan ku, secara alami dia mendongakkan kepalanya menatapku dengan mata yang tak terduga.

Tidak ada balasan, dia hanya mengangguk pelan dengan wajah yang masam.

"Dengan penampilan seperti itu?" Tanya ku lagi sembari mengamatinya dari ujung kaki hingga kepala yang sangat kacau.

Sekali lagi Jungkook hanya menganggukan kepalanya. Aku hanya dapat menghela nafas panjang melihat tanggapan Jungkook terhadap pertanyaan ku yang terkesan tidak penting. Aku tau kenapa dia melakukan hal itu. Ini murni karena diriku sendiri. Setelah aku meninggalkan Jungkook saat dia menerima penghinaan besar sebelumnya tentu dia akan menjauhi ku seperti saat ini.

"Mungkin ada baiknya jika kau datang dengan tampilan ini. Biarkan pemilik yayasan mengetahui tindakan anarkis siswa mereka yang mengerikan. Dan mengambil tindakan tegas. Kau patut mendapatkan keadilanmu."

Jungkook terus menggulung jari-jarinya, dia terlihat gugup meskipun aku tidak yakin dengan alasan dibaliknya.

Dia menatapku untuk sejenak dan berkata. "Aku akan pergi." Dan berjalan melewati ku begitu saja.

Matakuku mengikuti pergerakannya yang pelan.  tidak jauh setelah dia melewati ku, aku sudah tidak tahan untuk lebih dekat dengan nya. "Jungkook!" Teriakku memanggil namanya. Jungkook berbalik, dia menungguku untuk mengatakan sesuatu. "Semua akan baik-baik saja. Kau akan mendapatkan keadilanmu. Pergilah." Lanjutkan sebelum akhirnya meninggalkan Jungkook yang masih membeku ditempatnya.

"Kau tidak membenciku? Maksudku tidakkah kau berfikir bahwa aku memiliki pemikiran itu terhadap Irene sama seperti yang dipikirkan mereka?"

Jadi itukah yang ada didalam pikirannya, eoh?! Takut jika aku ikut menuduhnya. Aku tersenyum kecut mengetahui pemikiran itu darinya.  "Apa yang kau pikirkan?! Tentu saja tidak. Kenapa aku harus memiliki pemikiran itu? Aku hidup bertahun-tahun di Texas. Kehidupan disana jauh lebih keras. Bukan berarti aku membenarkan tindakan kotor semacam ini hanya saja aku sudah terbiasa dengan kehidupan bebas. . . Apa kau tau apa yang ku maksudkan, eoh?"

Jungkook menganggukan kepalanya ribut. "Sekarang pergilah. Aku yakin, situasi nya tidak seburuk itu." Kataku memberinya dorongan.
.
.
.
.
.
.

"Bagaimana situasinya, ayah?" Tanya ku saat melihat kedatangan ayahku di ruang kepala sekolah.

Ayah datang dan memukul kepalaku dengan map ditangannya. "Apa yang kau khawatirkan saat aku ada disini, hum?!"

Itu adalah hal bagus. Semua berjalan dengan baik.

"Aku menunjukkan video itu pada keluarga Irene dan Lucas secara langsung. Tidak perduli keputusan apa yang akan diambilnya, kami sudah tidak memiliki tanggung jawab pada kasus ini."

Hatiku secara ajaib ikut lega mendengar keputusan ayahku yang tepat. Dengan begini Jungkook tidak akan disudutkan oleh keluarga Bae. Dan secara alami kasus ini akan segera  terselesaikan.

Aku terkejut saat tangan dingin ayahku menempel tepat di pipiku dan tidak alam sentuhan itu menjadi cubitan besar. "Apa yang membuatmu terlihat begitu lega dan bahagian huh?! Ini kasus Jungkook, dan kau terlihat sangat banyak bersyukur atas berkat ku, huh?"

Aku mendorong tangan ayahku menjauh. "Aku tidak tau bahwa mata ayah akan seburuk ini. Tidak ada hal semacam itu. Dia temanku, tidak lebih."

Aku jengkel saat ayah mulai menggodaku terutama jika itu menyangkut hubungan merah jambu.

Ayah terus menatapku dengan jail sebelum akhirnya dia berkata. "Eoh benarkah? Kukira dia calon suamimu,  tidakkah?!"

Jika dia bukan ayahku, aku pasti sudah menendang tulang kering nya.

Jungkook & DeniseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang