Mension min.Jhope memarkirkan mobilnya digarasi setelah sebelumnya menurunkan Denise, Ning- ning dan juga bibi fan didepan rumah.
Denise berbicara cukup serius dengan bibi fan. "Bibi fan, boleh aku meminta sesuatu darimu." Pinta Denise dengan wajah memelasnya.
"Jika bibi bisa, pasti bibi akan berusaha memenuhinya." Ucap bibi fan percayadiri.
"Bibi jangan pernah membicarakan tentang kehamilan didepan ibuku." Ujar Denise mengingatkan bibi fan.
Sementara itu, bibi fan tidak dapat menutupi rasa penasaran melalui raut wajahnya.
"Kami tiga bersaudara, aku adalah anak terkecil. Usiaku menginjak 16 tahun, tidakkah menurut bibi itu konyol memiliki adik bayi diusia seperti aku dan kakak-kakak ku. Dan ibu cukup frustasi. Itulah kenapa ibu menyibukkan dirinya sendiri, kurasa ibu cukup syok dengan adikku didalam perutnya, apa bibi mengerti apa yang ku maksud, hmm?"
Bibi fan sedikit ragu, namun dia berusaha memperjelas. " Apakah nyonya tidak menginginkan kehamilannya, begitukah maksud nona?"
Denise mengangguk, saat dia merasa yakin bahwa bibi fan mengeri dengan kebohongannya. "Aku tidak ingin ibuku terlalu kelelahan. Jadi kumohon agar bibi fan mau tinggal bersama kami, dan merawat kami semua. Bibi fan bisa memegang kata- kataku. Ayahku adalah pemilik sekolah yang cukup ternama seantero Korea. Ning- ning akan menempuh pendidikan yang sama seperti kami sebagai imbalannya dan bibi fan bisa tinggal dan makan dikediaman kami layaknya keluarga. Jadi kumohon kerjasama dari bibi." Denise berbicara panjang lebar demi bisa memberi bibi fan dan Ning- ning tempat tinggal.
Jhope yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah polah adik kecilnya. Jhope menggeleng sembari berjalan melewati mereka, dan tidak lupa satu usapan lembut di pucuk kepala Denise sebelum pergi. "Sebaiknya kita cepat masuk. Udara diluar cukup dingin." Ajak jhope pada yang lain.
Didalam kediaman min, tepatnya di ruang keluarga. Jimin dan Suga berbagi bantalan paha Jinny dimasing-masing sisi. Suga larut dalam acara yang tayang di televisi dengan Jinny sementara Jimin sibuk memainkan game didalam ponselnya.
"Ayah! Kudengar kau mengganti kepala sekolah di sekolah kami, huh?" Tanya Jimin masih dengan mata yang terfokus pada ponselnya.
"Hemm. . . . Aku meminta kakak Taehyung untuk bergabung. Pria tua yang menjabat selama ini terlalu korup. Aku gatal ingin menendangnya. Namun belum cukup bukti. Dan sekarang, semua sudah beres. Aku memiliki cukup bukti untuk menendangnya sampai mati." Ucap Suga asal.
Tangan Jinny terus menyisir Surai rambut Suga. " Maksudmu Kim seokjin?"
"Ya! Aku sudah mengganti pria botak itu dengan Seokjin. Besok adalah awak seokjin untuk bergabung. ." Tangan Suga meraih tangan Jinny yang membelai rambutnya, dan membawanya tepat didepan bibir penuhnya. Suga mencium telapak tangan Jinny, menghirup aroma vanila yang biasa tercium dari tubuh Jinny.
"Itu bagus, ayah. Setidaknya paman seokjin adalah orang yang jujur dan disiplin. Kurasa Irene dan Lucas tidak akan bisa berulah lagi karena tidak ada pendukung dibaliknya." Ucap Jimin setuju dengan keputusan ayahnya.
"Bagaimana dengan adikmu? Apa dia berulah lagi?" Tanya Jinny penasaran.
Jimin menghentikan permainannya sejenak dan beralih menatap Jinny. " Dia berlaku seperti pahlawan kesiangan, ibu. Dia menolong Kim Jungkook disaat orang lain berusaha untuk tidak terlibat karena takut pada Irene dan Lucas tapi kau tau bagaimana dia menyombongkan dirinya." Jeda Jimin sejenak. " Aku akan memecahkan botol ke kepala Irene jika dia berani membuat masalah denganku." Ucap Jimin melebih-lebihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkook & Denise
Fanfiction"are you ok?" Jungkook tersenyum getir saat gadis asing datang untuk menolongnya. Jungkook mengulurkan tangan meraih tangan Denise. Jungkook menatap senyum Denise yang tidak pernah luntur "semua akan baik-baik saja. kau tidak buruk, suatu saat nant...