"Apa yang kalian berdua lakukan disini?" Seokjin menatap Irene dan Lucas secara bergantian.Dahi Lucas dan Irene berkerut dalam. "Bukankah seharusnya anda menanyakan hal itu pada dua orang mesum ini, hmm?" Irene mendongakkan wajahnya, memancarkan kesombongan yang selama ini sudah ia tinggi-tinggikan.
Seokjin menghela nafas panjang. " Ini area tingkat pertama, dan apa yang kalian lakukan anak tingkat akhir berada disini? Apa kalian sudah tuli?! Bell sudah berdering beberapa menit yang lalu dan kau masih berkeliaran?!"
"Siapa kau? Apa kau tidak tau siapa aku? Aku bisa menendangmu dari sekolah ini, jika aku mau." Ancam Irene mendekat seokjin dengan tatapan merendahkannya.
Seluruh murid yang hadir dibuat terkejut saat suara decihan dan tawa geli seokjin lolos dari bibirnya. "Bae Irene. Bisakah aku meminta tolong padamu? Tolong sampaikan kepada ayahmu, jika dalam kurun waktu 24jam ayahmu tidak mengembalikan uang yang dia pinjam dari Park company, aku pastikan perusahaan dan rumah kalian akan rata dengan tanah sebelum pagi datang."
Irene bergidik ngeri menatap mata seokjin yang gelap dan dingin. Tidak ada gurauan disana. Apa yang dikatakan seokjin bisa dipastikan kebenarannya.
Semua murid mulai berbisik membicarakan apa yang didengarnya tentang Irene. Wajah Irene mulai memerah menahan marah dan rasa malu. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Irene menarik tangan Lucas dan mengajaknya meninggalkan kelas Denise. Begitu mereka tidak terlihat lagi, semua murid mulai riuh bersorak gembira. Bahkan soodam berlari menerjang tubuh Denise yang mendapatkan tatapan horor dari Jungkook.
Denise mengusap pucuk kepala soodam. " Aku yakin, nenek sihir itu tidak akan memiliki wajah di kemudian hari. Apa kau melihatnya, bagaimana reaksinya saat melihatmu melakukan kiss scene? Aku yakin dia ingin menelanmu hidup-hidup, Denise." Ucap soodam bahagia melihat Irene tertampar oleh pemberontakan Denise dan malaikat yang baru datang sebagai penyelamat..
Soodam tertegun saat pikirannya mulai kembali ke kesadaran. Dia beralih menatap Seokjin yang terus menatap Denise dan Jungkook secara bergantian. Dia juga menggelengkan kepalanya dengan penuh rasa heran.
Seokjin menunjuk Denise dan Jungkook.
"Kalian berdua ikut aku." Tegas seokjin berjalan mendahului mereka.Jungkook menatap Denise dengan gugup. Sementara Denise hanya mengedikan bahunya acuh dan berjalan mengekori seokjin.
Jungkook menatap punggung Denise yang semakin jauh. Dia menghela nafas panjang dan bergegas menyusul Denise.
Lagi-lagi disudut yang tidak terlihat seseorang tengah membeku menyaksikan adegan panas yang dilakukan olah adik kecilnya. Dengan tangan bergetar Jimin meraih ponselnya. Dia melakukan panggilan pada jhope.
"Yeob.. . "
"Hyung! Denise kita sudah tidak murni lagi Hyung. . . De. . .Denise. . ."
"APA yang kau bicarakan?!"
"Denise. . Dia. . Dia melakukan itu. . Hyung. . Kau tau maksudku. . ."
"Brengsek. . Brengsek. . . Brengsek!! Bajingan mana yang melakukannya?! Dan kau. . . Aku akan membunuhmu, min Jimin! Sudah kukatakan untuk menjaga Denise kita, dan kau. . . Apa yang kau lakukan disana, eoh?!"
"Hyung! Aku pergi kesekolah untuk belajar bukan menjadi pengawas anak. Kau tidak bisa terus menyalahkan ku. Jika hal itu begitu penting untukmu, berhentilah kuliah dan awasi adikmu."
Jimin geram dengan kakaknya yang begitu overprotektif. Dia akan terus menjadi kambing hitam jika sudah menyangkut Denise. Jimin pergi dengan menghentak- hentakkan kakinya. Sesekali dia akan menendang tanpa tau arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkook & Denise
Fanfiction"are you ok?" Jungkook tersenyum getir saat gadis asing datang untuk menolongnya. Jungkook mengulurkan tangan meraih tangan Denise. Jungkook menatap senyum Denise yang tidak pernah luntur "semua akan baik-baik saja. kau tidak buruk, suatu saat nant...