7

802 51 3
                                    

Di jam 7 pagi seperti ini, jaehyun sudah sibuk berkutat dengan adonan roti bersama ibunya.

"jae ... " jaehyun menoleh kearah ibunya yang tengah menguleni adonan .

"ya eomma, perlu bantuan? "

"apa kau menyukai seorang pria?" nyonya Jung menatap putranya yang sudah menginjak usia 21 tahun itu dengan teduh.

"apa eomma sedang membicarakan sexualitasku? " jaehyun melanjutkan kegiatannya, ia dengan hati hati mengambil roti coklat dari oven.

"ya, eomma juga harus tau bukan? kau putra kecil kami satu satunya" nyonya jung menyerahkan adonannya ke para pegawai untuk diisi selai.

"aku bukan anak kecil lagi eomma, aku sudah berusia 21 tahun" jaehyun kini beranjak menata roti roti panas ke show case cake.

"walau kau beranjak dewasa tapi kau tetap putra kecil ku, walaupun usiamu akan terus bertambah seiring waktu kau tetap putra kecil eomma. Dan menyangkut usia mu yang seharusnya sudah menikah - " nyonya jung menggantung perkataannya.

Jaehyun menoleh, benar saja.
Lagi lagi pembicaraan pagi ini menyinggung tentang menikah, lagi lagi tentang seorang cucu.

"apa kau tidak berniat untuk memberi eomma seorang cucu, jung?"

"eomma aku masih ingin membesarkan toko ini, tuhan juga tidak akan lupa mempertemukan ku dengan jodohku nanti. Jangan terburu buru eomma, kau sendiri yang selalu bilang terburu buru itu tidak baik" jaehyun terduduk disamping ibunya yang kini menunduk.

pria berlesung pipi itu menyenderkan ibunya di pundak.

"aku tahu ibu ingin, aku pun ingin, tapi bagaimana jika ada seseorang yang berputar dipikiranku setiap malam tapi bukan seorang wanita?" nyonya jung mendongakkan kepalanya melihat nanar putra kesayangannya ternyata benar seperti apa yang ia fikirkan.

"kau menyukai pria?"

jaehyun mengangguk, bukankan menikah dengan pria sama saja tidak akan mendapat keturunan?

"benar benar gila, di dunia masih banyak wanita Jung masih banyak yang bisa memberikan eomma cucu. besok kita harus ke dokter, kau benar benar sakit " ibu jaehyun berjalan menjauhinya, tangannya kini sibuk berkutat dengan handphone.

jae menahan tangan ibunya, mengerutkan keningnya bingung.

"aku tidak sakit,"

"kau sakit, didalam keluarga kita tidak akan pernah ada penyimpangan. ingat! mari berbicara dengan appa mu nanti malam" nyonya Jung selesai mengirimkan pesan ke mantan suaminya.

"eomma, inilah yang aku takutkan saat aku berkata jujur padamu" lelaki ber lensung itu menunduk.

ibunya mengelus kepala putranya sayang, menatapnya penuh harap.

"jika kau jujur lebih awal kita akan lebih awal juga untuk mengobati mu, eomma akan membantumu kembali kejalan yang benar, percayalah"

"aku tidak sakit eomma!" jaehyun menyingkirkan tangan ibunya lalu terdiam, ia sadar ia telah menaikan suaranya.

"m — aaf eomma, bukan maksudku untuk membentakmu tapi aku benar benar tidak mau dianggap mempunyai kelainan seperti yang eomma katakan" jae menggenggam tangan ibunya.

"diam, jam 8 kau harus sudah siap kita akan bertemu appamu" ibu jae meninggalkan dirinya didapur.

sekarang pikirkannya berputar bagaimana jika ada pertanyaan tak terduga dari appanya?

Ah, sudahlah ia sedang malas berpikir dipagi hari seperti ini.








                            🥨🥨🥨

BAD KITTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang