Bagian Delapan

11 2 0
                                    

••••

"Mang, bakso enam, Mang!" teriak seseorang pada Mamang penjual Bakso di kantin.

Sebuah tempat yang lumayan besar itu sekarang sudah mulai ramai didatangi pengunjung dari anak SMA Bakti Jaya. Mereka mulai berdesak-desakan agar segera mendapatkan makanan pesanan mereka.

"Eh, Deden! Udah sehat kamu teh, sepi kalau nggak ada kamu di sini, Den," ucap Mamang masih sempat-sempatnya menegur Deden di tengah keramaian orang yang memesan bakso.

"Aa cocwit sekali Mamang, nih." Deden menjawab dengan suara yang dimanja-manjakan serta menampilkan jari berbentuk love.

"Alhamdulillah udah sehat, Mang. Iya sih masih pegal-pegal dikit, tapi amanlah, kan babang Azel yang rawat," ucap Deden lagi dengan diakhiri mengedipkan matanya pada Azel.

Azel menjijay, "Apaan sih!"

Tidak lama menunggu akhirnya bakso pesanan mereka selesai juga dan siap untuk disantap. Selama apapun mereka memesan, tetap makanan mereka akan didahulukan oleh siapa saja yang berjualan di kantin itu.

"Munafik loh ya! Hijab aja lebar taunya murahan ya!" ucap seorang wanita dengan keras di kantin.

Azel and the geng yang baru menyantap bakso mereka seketika terhenti saat mendengan macian yang keluar dari mulut seseorang.

"Maksudnya?" tanya wanita yang mendapat cacian dari seorang wanita yang memakai bendana merah dengan rambut dibiarkan tergerai itu.

Azel terdiam, ia merasa kenal dengan suara wanita yang menjadi objek makian wanita lain yang dikenal dengan nama Aren itu, anak dari kelas 12 IPA 1.

Tak hanya tinggal diam, Azel beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju lokasi kegaduhan itu terjadi.

"Ngapain lo berduaan sama cowok gue ha?!" bentak Aren.

"Siapa?" jawab Ayzia yang masih dengan sifat cuek dan dinginnya.

Ya, wanita yang sedang dimarahi dan dicaci maki itu adalah Ayzia. Ayzia masih tidak tau kemana arah pembicaraan wanita yang dikenal dengan nama Aren yang merupakan kakak kelas Ayzia.

Aren menunjukkan sebuah foto pada Ayzia, "Masih mau ngelak lo!"

"Oh, kak Zidan." Ayzia masih tetap stay cool dan tak panik sedikitpun saat berhadapan dengan kakak kelasnya itu. Hal tersebut justru semakin membuat Aren semakin kesal dan tidak terima dicuekkan seperti yang dilakukan Ayzia.

Tanpa pikir panjang, Aren langsung menjambak rambut Ayzia yang berada dibalik hijab lebar yang sedang dipakai.

"Kalau gue ngomong sama lo, jangan sok nggak bersalah!" bentak Aren dengan terus menjambak rambut Ayzia.

"Hajar, Ren!"

"Jangan kasih kendor, Ren!"

Begitulah teriak orang-orang yang semakin membuat Aren bersemangat melakukan hal yang sesuka hatinya pada Ayzia.

"Aw, kamu bisa lepasin nggak tangan kamu dari rambut aku?" jawab Ayzia masih menahan diri.

"Makanya jangan murahan! Hijab jangan di kepala aja, di hati harus juga," ucap Aren.

MENOLAK RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang