Bagian Dua Belas

10 2 0
                                    

••••

Hari berganti, Ayzia menjalani harinya seperti biasa. Sejak hari itu hari dimana ia mengetahui bahwa sepupu yang selama ini selalu ia rindu-rindukan hadirnya ternyata sudah selalu ada di depan matanya. Kakak sepupu yang ia kenal cerewet dan over protektif terhadap dirinya kini sudah berubah 180° menjadi pria yang dingin dan cuek terhadap sekitarnya.

Ayzia duduk seorang diri di taman sekolahnya. Saat ini ia merasa berbeda dengan kakak sepupunya itu, bagaimana bisa ia melupakan kenangan masa kecil mereka yang selalu bersama dalam hal kecil sekalipun.

"Dorr!"

Seseorang datang mengejutkan Ayzia yang masih termenung di taman itu. Masih dalam suasana hati yang tak karuan Ayzia menoleh pada seseorang yang sudah menjailinya.

Ck.
Bukan berhenti terkejut, ia malah semakin kaget saat melihat siapa yang datang menghampirinya.

"Kak Evan! Eh, Kak Devan?" ucap Ayzia kikuk.

"Kenapa sih panggil kak Devan, panggilan biasa aja kali, Zii," Devan menimpali.

Ayzia masih terdiam dan sebentar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Masih bingung dengan perubahan sikap kakak sepupunya itu bukannya saat acara kemarin mereka jadi makin canggung dan kenapa hari ini berbeda.

Puluhan jam yang lalu mereka sama-sama terkejut saat mengetahui fakta bahwa mereka memiliki hubungan dan kenangan masalalu yang begitu indah. Tetapi, pada saat mengetahui hal itu ada rasa canggung yang begitu kuat menguasai diri mereka berdua.

"Hehe, silakan makan Om, Aunty, Kak Devan!" ucap Ayzia memecah keheningan diantara dirinya dan yang lain terutama dengan Devan— sepupunya.

Hening. Tetapi tak hening dalam kehangatan keluarga, hanya hening antara Ayzia dan juga Devan. Mereka masih sibuk dengan pemikiran masing-masing, bukan tidak menerima, tetapi masih saja terasa canggung setelah mengetahui bahwa mereka selama ini sudah bertemu yang harusnya ada rasa bahagia malah bertukar menjadi rasa canggung.

Tak lama setelah acara makan-makan dan beberapa kali juga tertawa renyah karena candaan, tante berpamitan untuk pulang ke rumahnya karena malam yang semakin larut. Tawaran menginap pun semakin bersautan dari Umi Khadijah dan juga Abi serta juga Ayzia dan Afdhal— Adik Ayzia.

"Kapan-kapan ya Kak, Bg, sayang-sayangnya Aunty. Besok kalau ada hari libur Aunty bakalan nginap di sini ya. Hari ini ga bisa soalnya pagi Aunty ada meeting di kantor. Aunty minta maaf banget ya sayang," ucap Aunty sambil mengusap lembut kepala dua keponakannya yang saat ini sudah tumbuh menjadi anak-anak yang soleh dan sholehah tentunya hal itu berkat didikan kedua orang tua dari Ayzia dan Afdhal yang tak lain adalah Abang dan kakak iparnya yang hebat.

"Hellooo! Kok malah bengong?" ucap Devan tiba-tiba saat melihat Ayzia melamun saat setelah disapanya.

"Eh, nggak apa, Kak. Ini seriusan aku panggil kak Evan lagi? Bukan Kak Devan?" tanya Ayzia memastikan.

Devan tertawa cekikian. Adik sepupunya benar-benar sudah merasa canggung akan dirinya. Ya, ia paham betul saat malam itupun ia juga sudah menghadirkan rasa canggung antara dirinya dan Ayzia. Tapi, ia tak mau hal itu berlarut-larut, kenangan dirinya dan Ayzia sangat banyak dan indah sekali. Devan sudah sangat sayang dan menganggap Ayzia adalah adiknya, dan begitupun Ayzia padanya. Mereka merupakan perpaduan yang sangat cocok. Ayzia yang tak memiliki kakak dan Devan yang tak memiliki adik, hingga mereka berdua dapat saling melengkapi satu sama lain.

MENOLAK RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang