Bagian Tujuh Belas

9 1 0
                                    

Happy Reading, Guys :)

Malam ini, udara yang sejuk perlahan memasuki celah rumah mewah berlantai 2 dengan cat putih yang dikombinasikan dengan warna biru  tua itu. Seorang wanita dengan setelan hijab instan dan baju tidur bergambar animasi Doraemon menatap langit malam yang cerah, berhias bintang-bintang yang bertaburan menambah kecantikan langit malam.

Dirinya hanya diam, menatap kagum langit itu. Hati dan pikirannya mulai tersentak, mengingat masalalu yang begitu indah, namun berkombinasi dengan kesedihan.

Dua tahun silam, seorang gadis tengah duduk di tepi danau sembari meminum susu cokelat favoritnya.

"Eh, kenapa mata gue ditutup?" gadis itu merasakan matanya tengah ditutup oleh dua tangan yang memiliki bau wangi khas lelaki pujaannya.

"Coba tebak, siapa hayo," jawab seseorang yang menutupi mata gadis itu.

"Ehem, orang jelek sih pasti," balasnya dengan terkekeh pelan.

"Orang jelek, tapi tampan, kan?"

"Apaan kek gitu, jeleknya gak pakai tampan sepersen pun."

"Tapi, jelek-jelek kata lo ini, tetap orang yang bisa bikin Ayzia si cewek cuek dan jutek luluh loh."

"Hahah, iyain dehh."

Pria itu tertawa puas mendengar jawaban wanita yang sangat dicintainya itu. Sebut saja nama pria itu adalah Rizki. Rizki melepas tangannya dari kedua mata Ayzia, memperhatikan wajah wanitanya itu semakin menggemaskan setiap harinya.

"Boleh gue duduk?" tanya seorang pria bernama Rizki itu.

"Silakan," balasnya.

Pria itu duduk tepat di samping seorang gadis yang sedang santai sambil menikmati secangkir susu cokelat hangat kesukaannya.

Beberapa menit terdiam. Hanya memandang ke depan menatap danau yang menjadi tempat ternyaman mereka bertemu.

"Kenapa, Ki? Kok malah jadi kelihatan murung?" tanya gadis yang bernama Ayzia tersebut.

Rizki masih diam, menatap lekat manik mata Ayzia yang masih bingung perihal perubahan sikapnya yang begitu cepat. Rizki menarik dalam napasnya, menahan buliran bening yang hampir tak mampu dibendungnya.

"Gue dijodohin, Zia," ujarnya lirih dengan langsung memalingkan wajahnya.

Ayzia tersedak saat menyeruput singkat susu cokelat hangatnya. Sekarang, dialah yang berbalik menatap lekat bola mata hitam pekat di dekatnya saat ini.

"Lo serius, Ki? Terus lo diam aja dan gak nolak gitu?" Ayzia menatap lekat.

"Serius. Gue udah nolak, Zi. Tapi mama gue sakit, dan itu permintaan yang mungkin bisa buat dia sembuh, gue gak bisa nolak."

Ayzia terdiam, memalingkan wajah kearah lainnya. Hatinya sudah tidak bisa berdamai saat ini, buliran bening sesaat langsung menerobos kelopak matanya, baru saja merasakan bahagia, namun harus kembali mendengar kabar menyakitkan.

"Maafin gue, Zi. Gue udah bikin hati lo patah," lanjut Rizki menggenggam tangan Ayzia lembut.

"Tapi, kita masih SMP Ki, kenapa mama kamu harus jodohin kamu diwaktu yang cepat ini?" ujar Ayzia masih memalingkan wajah. Ia tidak sanggup jika harus menatap kekasihnya itu.

"Tujuan mama bilang cepat biar aku dan calon pilihan mama bisa lebih dekat, sampai nanti hari H pernikahan, kami tidak begitu canggung."

Ayzia menghembuskan napas kasar. Sesak di dadanya masih bisa ia rasakan begitu sakit.

MENOLAK RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang