"Eh, ngapain kakak di sini?" Ayzia canggung.
Lelaki yang memayungi Ayzia masih terlihat cool dan tak menanggapi pertanyaan Ayzia. Dia tetap memayungi Ayzia tanpa menatap Ayzia. Ya, lelaki itu jelas lebih tinggi dari Ayzia hingga ia menatap lurus pun belum bertemu dengan ujung kepala Ayzia.
Ayzia merasa diacuhkan, ia berjalan menjauhi lelaki yang saat ini berdiri di dekatnya. Bagaimana ada orang seperti ini, seolah peduli namun tidak tau tujuannya apa, pikir Ayzia.
"Kenapa pergi?" tanya lelaki itu.
Ayzia diam, sekarang ia lah yang mengacuhkan lelaki itu yang tak lain ada ketua geng Vounter, ZELDIANO.
"Kalau orang nanya tuh dijawab?" ujar Azel lagi yang saat ini sudah menatap Ayzia yang sedang sibuk dengan aktivitas menyapunya.
Ayzia yang mendengar ucapan Azel hanya menarik dalam nafasnya. Ia berpikir lelaki yang ada di dekatnya saat ini adalah lelaki egois yang tidak memikirkan kesalahannya, di mata lelaki itu selalu-lah orang lain yang salah. Ayzia tidak suka.
Azel berjalan mendekati Ayzia, entah apa tujuannya, Ayzia sudah merasa tidak nyaman karena yang ada di lapangan itu hanyalah Ayzia dan Azel saja.
"STOOOOP!!" titah Ayzia.
Azel terdiam mendengar teriakan Ayzia, cukup terheran dengan wanita yang selalu ia lihat lemah lembut meski terkadang juga jutek, saat ini sudah berani berteriak memerintah orang lain, apalagi seorang ZELDIANO yang merupakan ketua geng Vounter.
"Kenapa?" tanya Azel heran.
"Nggak mahram, ngapain dekat-dekat!" ucap Ayzia menetap tajam Azel.
"Pede banget jadi cewek, orang mau ngambil botol air mineral ini yang gak sempet lo pungut, makanya punya mata tu dipake, jangan dijadiin pajangan aja." Azel jengkel.
Ayzia mendengus, ia merasa malu karena sempat berpikiran hal seperti itu. Tapi, nggak salah juga berpikir seperti itu, karena yang mana posisinya hanya ada Azel dan Ayzia di lapangan tersebut.
"Jaga-jaga." Ayzia kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Mau dibantu?" Azel menawarkan diri.
"Gak." Singkat, padat dan jelas jawaban Ayzia menolak tawaran Azel.
Azel hanya diam saja menanggapinya, meskipun ada rasa sedikit kecewa saat mendapat penolakan dari wanita yang ada di dekatnya saat ini. Entah kenapa, ia juga tidak tau, rasa kecewa itu hadir dengan sendirinya yang padahal dia pun juga baru saja mengenal Ayzia.
"Ok," satu kata, Azel perlahan beranjak pergi meninggalkan Ayzia.
"Tunggu!" Ayzia berteriak.
Ayzia berjalan dengan terburu-buru bahkan sedikit berlari menuju Azel yang sudah berhenti saat mendengar teriakan Ayzia padanya.
"Why?" ucap Azel heran.
"Makasih."
"Untuk?"
"Karena udah belain aku di ruang BK tadi."
"So what?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MENOLAK RASA
Teen FictionTerbiasa sendiri Bukan aku tak ingin membuka hati Tapi, aku adalah wanita yang takut akan patah hati... Aku tidak lemah, juga tidak pemberani.. Tapi, untuk menyembuhkan torehan luka, aku butuh waktu yang terbilang cukup lama.. Untuk itu, aku lebih m...