THIRTY-SEVEN

8.4K 348 5
                                    

°°°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°°°

"Winter."

"Winter."

"Bangun sayang."

Winter membuka matanya dan segera terbangun dari posisi tidurnya yang meringkuk di sofa itu.

Yuna langsung memeluk Winter yang terbangun dari tidur gelisah itu.

"Ma, Axcel dia -"

"Axcel baik baik saja. Lihat, dia baik baik saja kamu hanya bermimpi buruk. Hanya mimpi buruk sayang." Ujar Yuna menepuk pundak sang menantu pelan.

"Dia pergi meninggalkanku." Isaknya pelan ketika ia kembali bermimpi Axcel menghilang dihadapannya.

Pria itu belum sadar sama sekali.

"Kamu hanya bermimpi buruk dan tadi mama tak ingin mengganggumu ketika kamu tertidur sambil memeluk sebuah amplop tadi. Mama pikir kamu perlu istirahat dengan baik." Ujar Yuna yang memang melihat Winter tertidur sambil memeluk sebuah amplop di dekapannya.

Winter hanya menangis dipelukan Yuna dengan terisak miris. Ia takut semua yang ia mimpikan tadi benar - benar menjadi nyata.

"Aku takut aku takut. Aku belum siap kehilangan lagi." Isaknya.

"Tak ada yang pergi sayang. Semuanya baik baik saja." Ucap Yuna menenangkan hati Winter yang gundah itu.

Walaupun ia sendiri tak tahu kapan Axcel akan sadar tetapi ia selalu berdoa kepada tuhan meminta ampun untuk membawa Axcel kembali agar pria itu dapat melihat anaknya lahir.

"Mama bawakan kamu sop buntut kesukaan kamu dan dimakan ya. Kamu harus punya energi yang cukup untuk merawat Axcel terutama bayi kalian. Tolong kuat deminya nak." Ucap Yuna menyentuh perut yang masih rata itu.

Winter hanya mengangguk dan ia berjalan ke arah ranjang dimana Axcel berbaring sambil mengusap air matanya yang masih meleleh itu.

"Please. apapun yang terjadi jangan tinggalin aku sendiri disini. Cepat pulang jangan terlalu lama disana." Bisiknya mengecup Axcel di kening pria itu dengan air mata yang kembali menetes.

Ia tak tahu sudah berapa kali air matanya keluar sejak kecelakaan itu tetapi mereka tak mau mengering juga. Masih mengalir dengan lancar dengan hati pilu itu.

"Aku dan little Wang menunggumu." Ucap Winter.

Ya, Winter memanggil anaknya Wang ketika Zee meninggalkannya dengan pesan yang wanita itu sampaikan sebelum kejadian naas itu terjadi dan ia juga berharap bawah anaknya akan menjadi calon pemimpin yang berani dan kuat seperti papanya dan juga bisa menjaga keluarga dan orang yang ia cintai dengan baik.

Dan saat ini Wang menjadi penyemangatnya di hari hari berat kedepan yang akan di lalui sendiri tanpa kehadiran Axcel yang belum tahu kapan pria itu akan sadar.

Sin : Between You And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang