1. Perihal kesederhanaan

693 65 13
                                    

______________________________

Semua hanya tentang hal-hal sederhana. Suasana, keadaan, latar, kisah maupun cerita semuanya hanya sama seperti biasa, biasa dalam artian kehidupan yang berjalan seperti biasanya dan juga pada umumnya. Namun, bukankah sesuatu yang bermakna datangnya dari hal-hal yang sederhana?

-'Brother's Jae'-

_______________________________




































"Siapa perwakilan Abang None dari kelas X-C?"

"Denger-denger Jidan sama Karina"

"Serius Karina?"

"Auto baris paling depan"

"Kenapa sama Jidan, sih?"

"Iya, nggak cocok"

"Denger-denger juga di kelas sana nggak ada yang mau nyalonin diri, lu tau laki mah ogah banget ikut-ikut begituan"

"Terus, kenapa Jidan?"

"Karena dia ketua kelasnya, jadi mau nggak mau"

Keadaan sekolah menengah kejuruan yang letaknya di salah satu pusat kota telah dipenuhi oleh berbagai macam siswa dengan jenis pakaian adat yang beragam.

Sudah menjadi tradisi rakyat Indonesia di setiap tanggal 21 bulan April untuk memperingati hari Kartini, dan bukan hal yang terdengar asing lagi jika setiap sekolah mengadakan acara tersebut, setelah melakukan upacara bendera terdapat pula serangkaian lomba kecil-kecilan beserta pakaian adat yang beragam, tujuannya tentu saja untuk mengenang jasa pahlawan yang amat sangat berjasa.

Banyak siswa yang berbincang dengan ramai, beragam benturan suara menggema menjadi satu, ramai tentu saja, sebab kontes Abang None dari perwakilan kelas baru saja di mulai.

Suara sorai sorak sudah mulai terdengar bergemuruh, banyak sekali siswa yang antusias menyemangati serta mendukung setiap kandidat dari perwakilan kelasnya.

Satu persatu perwakilan kelas telah usai, tersisa kandidat perwakilan kelas X-C yang kini keduanya tengah berjalan di atas gulungan karpet merah dan panggung sederhana namun meriah.

"Lo bisa rangkul lengan gue"

Jidan berbisik pada sebagian rungu Karina, senyum keduanya takkan luntur sebab seluruh pasang mata tengah tertuju pada mereka.

Panggung sederhana itu pun mereka langkahi perlahan seakan keduanya tengah berada di atas panggung catwalk, sorak sorai memenuhi suasana lapangan sekolah sana, banyak pula yang merekam aksi berjalan dari keduanya.

Karena, sebagian besar terpesona atas kecantikan si primadona sekolah. Ya, Karina.

"Duh, mata gue liat apa, nih?" seru Ajun tiba-tiba.

Ajun dan Yusuf ada dibarisan terdepan di antara banyaknya siswa, keduanya tidak sengaja berada di depan, tidak tahu tiba-tiba saja mereka ada di baris terdepan.

"Duhh.. duhh.." Ajun meringis lagi.

"Lu kenapa, sih?" tanya Yusuf dengan nada yang tak biasa, sebab sedari tadi Ajun berdiri tidak bisa diam disisinya, ingin sekali rasanya ia lempar ke luar, luar angkasa maksudnya, biar sekalian dijadiin anak cucu alien.

"Pantes mata gue sakit, akibat nggak sengaja ngeliat Jidan rupanya. Ha ha ha"

Tidak tahu diri, Ajun tertawa seraya menepuk keras lengan Yusuf, Yusuf hanya menggeleng dan meng-iya-kan saja, biar cepat katanya.

Brother's Jae | TREASURE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang