17. Beben kembali pergi

74 16 0
                                    

Kenapa sih selama-lamanya waktu libur, pasti tetap terasa cepat? Dan itulah yang dirasakan oleh mereka, pasalnya besok sudah kembali masuk sekolah dan itu dengan suasana yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa sih selama-lamanya waktu libur, pasti tetap terasa cepat? Dan itulah yang dirasakan oleh mereka, pasalnya besok sudah kembali masuk sekolah dan itu dengan suasana yang baru. Ya, baru, sebab Jidan, Yusuf, Ajun, Dani, Marcell, Yuda, Beben, Jaerom, Ashraf, Yuda, Karina, dan juga Ningning akan naik tingkat ke kelas 11. Dan, Aldo, Haru, Jojo, Irwan, Yuna, dan juga Yujin akan memasuki dunia sekolah menengah atas.

Tapi itu masih terhitung esok hari, masih ada sisa 24 jam lagi mereka untuk berlibur ria.

Entah mengapa, gabut banget, Ningning pagi-pagi kurang kerjaan melompat-lompat di bawah pohon ceri. Untuk mengambil buah ceri? Bukan, hanya untuk mengambil ujung daunnya saja.

Tetapi tetap saja dia tidak pernah sampai, mungkin karena tubuhnya yang semampai--semeter tidak sampai. Hehe, canda, nggak gitu kok, Ning, sumpah gue nggak niat bodi syeming.

Namun, tiba-tiba saja Ningning terkejut di kala Beben yang sudah ada didepannya seraya memberi ujung daun yang sedari tadi Ningning berusaha raih. Beben, dia tersenyum disana bersama dengan kedua mata bulan sabitnya.

"Gabut banget, ya?" kata Beben.

"Haha, iya, makasih ya" Ningning meraih daun itu dari tangan Beben.

Tak lama keduanya berjalan beriringan, tidak ada tujuan yang dituju, hanya arah asal seraya bercerita.

"Beben nanti balik ke pesantren lagi, ya?"

Mereka berjalan sama-sama tidak saling menatap, yang satu memandangi langit dan yang satu memandangi ujung-ujung kaki.

"Iya, nanti sore" sahut Beben.

"Setahun lagi dong bisa ketemu Beben" sebenarnya Ninging berucap pelan, namun yang namanya tengah berdampingan tetap saja itu akan sampai pada telinga Beben, dan Beben tersenyum saja.

"Ning"

"Ya?" Ningning menghentikan langkah yang membuat Beben salah tingkah dibuatnya.

"Lanjut jalan kayak tadi aja, jangan berhenti, malu" katanya, dan Ningning kembali berjalan seperti tadi.

"Ning, Ben suka sama Ning, dari dulu dari umur 4 tahun"

Mendengar pengakuan itu Ningning tidak terkejut sama sekali, justru ia berucap, "Sama kok, Ning juga"

"Tapi Ben nggak mau pacaran, pacaran 'kan dilarang keras sama Allah, tapi Ben juga nggak mau Ning jadi milik orang lain, ahh Ning ngerti 'kan?"

Ningning hanya tertawa kecil mendengarnya, karena Beben terlihat sangat lucu dimatanya, sampai akhirnya Beben berucap lagi..

"Jaga hati buat Ben, ya? Sampai Ben mampu nikahin Ning nanti"

Entahlah Ningning bingung harus bersikap seperti apa, bahkan dia berpikir bahwa perempuan lain akan merasakan hal yang sama bukan kalau sedang berada diposisinya sekarang? Dia bahagia, dikala orang-orang sibuk pacar-pacaran justru Beben malah sibuk mempersiapkan masa depan. Pokoknya hati serta jantung Ningning lagi nggak karu-karuan saat ini.

"Semoga jodoh ya, Ben" hanya itu yang bisa Ningning ucap.

Benar, karena manusia hanya bisa berencana, sedangkan Tuhan? Dia yang punya kuasa.

"Beben pernah baca suatu paragraf indah yang isinya.."

"Jangan lelah untuk menjaga diri, bersabarlah untuk satu cinta yang sempurna, jangan terlalu dekat nanti maksiat, jangan terlalu mengenal nanti menyesal, berteman boleh asal jangan berlebihan, sebab jika terpikat atas izin Allah pasti akan mendekat. Kita sama-sama mengimani takdir Allah, jika sudah waktunya Allah pasti akan pertemukan kita di titik terbaik-Nya. Karena yakinlah, bahwa yang terjaga hanya untuk yang menjaga."

"Dan, Beben hanya berharap sama Allah, semoga kamu orangnya"

Sungguh, Ninging lagi-lagi terdiam, hanya bingung harus bertindak seperti apa, tak heran jika itu Beben yang berucap tapi bukan berarti dia akan bersikap biasa saja. Sebab, bagaimana bisa? Perasaanya kini tengah terbang jauh di angkasa, hatinya meleleh hingga tak terbentuk, bahkan dirinya sudah seperti jelly, sebab rasanya susah sekali untuk tetap berjalan lurus dan berdiri tegak, ahh pingsan saja boleh nggak, sih?

Tapi mana mungkin, dengan cepat dirinya kembali pada kenyataan, dirinya sangat bersyukur dan merasa beruntung bisa dicintai oleh seseorang seperti Beben, bahkan dirinya juga terus menekankan bahwa dia tidak mencintai orang yang salah.

Dan akhirnya Ningning berucap, "Makasih buat segalanya ya, Ben"

"Lagi-lagi manusia cuma bisa berharap, sedangkan Allah yang menentukan" sambung Ningning kembali.

"Iya, kalau gitu aku pamit buat balik ke pesantren lagi, ya. Jaga shalatnya ya, jaga diri juga baik-baik, terakhir jangan lupa jaga hati" katanya tertawa kecil, dan Ningning hanya mengangguk dengan senyum yang tiada henti disana.

"Iya" jawabnya.


































•Brother's Jae•



































Di bawah langit sore, rumah Beben sudah ramai dipenuhi oleh mereka yang berkumpul sebab Beben akan kembali pergi.

Banyak sekali makanan yang mereka bawakan untuk Beben disana, dan saking banyaknya Beben serasa habis merampok toko makanan, mungkin untuk sebulan juga itu tidak akan habis.

"Banyak banget ini, sebagian buat di rumah aja ya, Beh"

Namun Babeh menggeleng keras, "Udeh buat disana, biar elu gemuk" katanya, Enyak pun menyetujui, apalagi teman-temannya.

"Yaampun, nggak gini juga, tapi makasih banyak ya"

"Sama-sama, sehat-sehat lu disana" ujar Jidan merangkul pundak Beben.

Berbeda dengan mereka yang semangat menemani kepergian Beben, justru disana Yusuf hanya terdiam dengan seutas senyum simpul. Padahal, dirinya teman paling dekat bagi Beben setelah Ningning.

"Kenapa lu diem aja? Sedih gue tinggal pergi?" seru Beben dengan nada meledek.

"Kenapa cepet banget sih?"

"Yang namanya waktu pasti terus berjalan, 'kan tahun depan kita juga bakal ketemu lagi, udah ah jangan sedih-sedihan. 'Kan dari dulu udah janji setiap gue pulang maupun pergi nggak boleh ada yang namanya air mata!"

"Iya-iya" dan akhirnya Yusuf tersenyum lebar, memeluk Beben erat kemudian mengelus surai tebal milik temannya itu.

Saat pelukan Yusuf belum lepas, mereka pun beramai-ramai saling memeluk hingga membuat sebuah pelukan besar, dan sebesar itu lah rasa cinta mereka terhadap temannya.

"Sayang Bang Beben" kata Jojo yang terdengar agak, gitu deh.

"Nggak boleh" sahut cepat Ningning.

"Lah, kenapa?"

"Punya Ningning"

Iya deh.














Next Chapter..

Next Chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brother's Jae | TREASURE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang