19. Drama mi instan

97 18 0
                                    

Kamar Brother's Jae kini tengah dipenuhi oleh obrolan-obrolan serius dari seorang Yusuf dan juga Jidan.

Obrolan itu mengenai suatu hal yang penting di sekolah. Sebab tak lama lagi acara LDKS untuk para siswa baru akan dilaksanakan, sedangkan Jidan adalah anggota pramuka, sudah jelas yang banyak ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut adalah osis dan juga pramuka.

Sebenarnya semua extrakulikuler ikut andil dalam acara sekolah tersebut, karena demo ekskul akan diadakan seperti biasa, tetapi tentu saja para osis dan anggota kepramukaam yang lebih mengambil bagian, memang tradisinya.

"Bisa-bisa gue nggak tidur seharian, kegiatan buat satu hari aja padet banget" keluh Jidan yang bersandar pada kursi belajar milik Yusuf.

Meja belajar mereka di kamar memang hanya satu, dan itu hanya digunakan oleh Yusuf, jadi mereka sering bilang kalau itu meja belajar milik Yusuf.

"Udah pasti nggak tidur, Ji" sahut Yusuf memberi fakta.

Sedangkan disana, di kasur tingkat bawah, Arjuna hanya duduk bersandar pada bantal. Ngapain? Berjuang melawan musuh, alias push rank.

"Kalau lu ikut ekskul, Jun, kita semua bisa nginep di perkemahan bareng-bareng" tiba-tiba saja Yusuf berucap demikian seraya memandangi Arjuna. Sedangkan Jidan? Ahh, hanya membayangkannya saja dia sudah lelah, dia masih merasa terbebani akan kegiatan sekolah tersebut.

"Ogah, banyak nyamuk, rebutan makanan, udah gitu temen tidur pada ngorok semua, mau mandi susah, udah mana badannya pada bau-bau banget ketek, hih nggak lagi-lagi gue"

Baik Jidan maupun Yusuf serentak tertawa mendengar keluhan adik bungsunya itu, mereka sekilas hanya teringat tentang memori LDKS tahun lalu saat mereka jadi anak baru, dan apa yang di ucap Arjuna semuanya 1000% benar.

"Gue sih paling gedeg sama orang yang pura-pura kesurupan. Najis, hih ngapain sih? Pengen banget digodain setan" keluarlah mulut mercon dari seorang raja julid, siapa lagi kalau bukan Jidan, makanya jangan dipancing dah.

"Udah-udah, inget dosa lu pada" seperti biasa, Yusuf yang mengakhiri, meski tidak ikut-ikutan julid tetapi jujur tawanyalah yang paling kencang dari pada yang lain, hei kamu sama saja Yusuf.

"Ji, gue laper"

Jidan yang hendak berdiri dari kursi belajar menuju ranjangnya pun menoleh sesaat menatap Arjuna, "Lah terus?"

"Beliin indomi, gih" katanya.

"Iya, Ji, gue juga mau" sambung Yusuf setelahnya seraya menaiki ranjang atasnya.

"Niat banget ya lu berdua ngerjain gue, gambreng aja deh, yang beda sendiri jalan beli ke warung, gimana?"

"Nggak, gue maunya lu yang ke warung!" sahut Arjuna tidak tahu diri.

"Udah sana, Ji, ih laper gue" sambung Yusuf memanas-manasi keadaan.

"Emangnya Bunda nggak masak?" justru Jidan merebahkan diri pada ranjangnya, dia enggan untuk pergi ke warung, karena malam sudah terbilang larut, sudah pukul 11 malam saat ini, Bunda sama Abah saja sudah tidur, dan kampung tentu saja sudah sunyi hanya dihiasi oleh suara tokek maupun jangkrik.

"Lo nggak inget sayur asem sama tempe goreng lu abisin semua?! Padahal gue sama Yusuf belum makan, Ji, berasa anak tiri gue"

Bukan Arjuna kalau nggak dramatis, Jidan memang kebiasaan menghabiskan makanan di saat malam sudah larut, karena Jidan tahu dari pada makanan tersebut besok paginya terbuang makanya malam ia habiskan, mubazir, dan biasanya juga Yusuf maupun Arjuna jarang makan malam, memang alasan mereka berdua saja yang pingin makan indomi tetapi mager jalan.

Brother's Jae | TREASURE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang