BAB 21🌿

2.8K 133 2
                                    

Fhelisa pikir hukuman atau apalah itu cuma bercanda, tapi nyatanya ia sungguh-sungguh minta dot. Di usia remaja masih ngedot sangat memalukan.

Kenapa dirinya bisa bertemu mahluk seperti ini, yang ngga pernah Fhelisa bayangkan. coba saja ketemu dengan opa-opa Korea pasti ia bahagia.

Salah apa dirinya sampai dapat karma sekejam ini?

"Mau dot!"

"Buat sendiri!"

"Arvin ngga mau buat sendiri. Pokoknya Arvin mau dibuatkan sama kamu, Arvin ngga terima penolakan titik ngga pake koma!"

"Siapa lo suruh-suruh gua? Mending gua tidur dari pada ngurusin bayi besar ngga tahu malu," sindir Fhelisa sambil membanting badanya ke kasur empuk milik Arvin.

"Arvin ngga peduli. Pokoknya mulai sekarang Kamu pacar Arvin. Ingat Arvin ngga terima penolakan!"

"Najis, gua ngga mau jadi pacar lo! Sana minta orang lain saja."

"Apapun jawaban kamu, kamu tetap pacaran Arvin!"

"Terserah lo," kata Fhelisa sambil menutup matanya.

"Buatkan Arvin dot, jangan tidur!"

"Ih__ buatkan Arvin dot!"

"Arvin hitung satu sampai tiga kalo ngga bangun Arvin aduin ke mami!"

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

"Oke, ini pilihan kamu."

"Mami, dia jahat," teriak Arvin.

Fhelisa yang awalnya bodo amat mendengar teriak Arvin langsung duduk sempurna. Dasar cowok nyusahin, sudah manja, anak Mami, pemaksaan, hidup lagi. Kapan lo mati?

"Mami!"

"Ih, Mami dimana?"

"Mami, dia jahat."

"Pukul dia Mami," teriak Arvin seperti orang gila.

Entah dimana Delisa ngga mendengar teriakkan anaknya. Biasanya ia cepat menemui anak kesayangannya takut hal berbahaya menimpanya.

Ayo Mami datang, jangan buat Arvin malu sama pacar Arvin.

Arvin ngga masalah di cap sebagai anak mami asalkan jangan di cap sebagai pembohong karena tadi ia bilang maminya akan menghukum pacarnya itu, yang di harapkan ngga sesuai dengan kenyataan.

"Mami!"

"Haha__ mampus," Fhelisa tertawa bahagia. Akhirnya ia melihat anak Mami ini menderita, enak 'kan ngga diturutin makanya jangan manja.

"Arvin yakin Mami datang."

"Kamu jangan bahagia dulu, nanti kamu dihukum sama Mami."

"Gua ngga takut!"

"Ih__ jahat."

"Ayo buatkan Arvin dot. Arvin haus!"

"Ogah, siapa lo? Buat saja sendiri!"

Satu kalimat yang mewakili perasaan Fhelisa sekarang senang. Ia senang debat dengan Arvin seakan-akan ia mempunyai Adek dan keluarga baru semenjak mengenal Arvin. Ia bisa melupakan masalah yang menimpanya.

"Kan Arvin pacar kamu. Ayo buatkan."

"Bodo amat gua ngga dengar," kata Fhelisa seoalah-olah menjadi orang tuli.

"Auah, Arvin bete," katanya naik ke tempat tidur menarik selimut sampai ke pinggangnya dengan posisi membelakangi Fhelisa.

Yah dia ngambek, eh tunggu kenapa dirinya peduli bukannya tadi ia bodo amat. Baru saja Fhelisa menemukan keluarga baru sekarang sudah marahan lagi. Fhelisa gengsi untuk menggatakan kalo ia menyukai debat dengan Arvin, garis bawahin menyukai debat bukan memiliki perasaan.

"Uutata, anak mami ngambek. Gua pikir anak mami ngga bisa ngambek ternyata bisa. Gua pikir anak mami cuma bisa ngadu."

Ngga ada jawaban sedikitpun dari Arvin, ia  mengabaikan Fhelisa.

Harus gunakan cara apa supaya Arvin mau debat dengan Fhelisa, ia bosen diam seperti ini. Fhelisa lebih suka debat dari pada diabaikan.

"Oke deh gua buatkan dot," pasrah Fhelisa cuma cara ini yang bisa buat Arvin bicara dengan dirinya.

"Telat, Arvin sudah ngga nafsu."

Arvin bukan ngga nafsu dot, ia mau kasih Fhelisa hukuman sebab ngga dengarkan kata Arvin sebagai pacarnya. Ngga ada Delisa, Arvin bisa menghukum Fhelisa sendiri.

"Lah, ko bisa? Baru 5 menit."

"Pokoknya Arvin ngga nafsu dot, jangan paksa Arvin!"

"Ih, geer siapa yang paksa lo. Gua cuma bicara 1 kali, lo yang berkali-kali," sindir Fhelisa ngga terima.

Yah Arvin ketahauan, kenapa Arvin ngga bisa diamkan Fhelisa walaupun 1 menit rasanya berat. Arvin kangen debat dengan Fhelisa.
Mami Arvin ngga bisa, mami tolong buang muka Arvin!

"Auah, Arvin ngambek lagi!"

"Uuutata ada yang malu."

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang